Part 3

110 6 3
                                    


       Apa hubungan ayat ini dengan kejadian itu. Aku yakin ayah tak seperti yang mereka tuduhkan. Aku semakin penasaran, kugeledah seluruh barang paman tanpa merubah posisi barang seperti semula. Di sisi lain aku merasa ada yang mengawasiku. Aku melanjutkan mencari di meja kerjanya. Kubuka lacinya dan ternyata lukisan abstrak itu terbuka. Aku hendak menegok apa yang ada di dalamnya, namun kudengar suara mesin mobil paman. Sunggguh menyebalkan. Segera kurapikan dan kubersihkan tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Huh.....

       Kuhempuskan napas lega karena aku telah berada di kamar. Ternyata paman menyimpan rahasia yang belum kumengerti. Aku mencari makna dari ayat itu. Dan mungkin ini adalah isyarat untuk memperoleh kebenaran.

       Surat Al Hujurat ayat 6. Kubaca berkali-kali ayat ini. Namun, aku belum menemukan titik pencerah. Aku mencoba mencari di internet dan bertanya kepada temanku yang merupakan seorang ahli tafsir, masyaallah. Dan ia menjelaskan,

"Jadi, jika orang yang melanggar syariat Allah datang kepada kalian dengan membawa suatu berita, maka teliti dan periksalah terlebih dahulu kebenaran berita itu. Hal itu supaya kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum--tanpa kalian mengetahui keadaan mereka--sehingga apa yang telah kalian lakukan terhadap mereka--setelah nyata bahwa mereka tidak melakukannya--menjadikan kalian selalu menyesal atas kejadian itu, dan berharap kejadian itu tidak kalian lakukan."

       Aku tak tahu kapan pastinya, kejadian itu. Sebab saat itu usia tujuh tahun. Dan kini, aku menginjak usia 21 tahun. 14 tahun berlalu dan aku masih terus mencari.

       Adzan terdengar lirih di telingaku. Aku bangkit dan segera bersiap-siap sholat menuju masjid dekat rumah paman. "Jangan biarkan pahala 27 derajat terbuang sia-sia." Itulah motto ibadah sholatku. Sesuai sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

"Shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat sendirian dua puluh tujuh derajat." Hadis ini diriwayatkan oleh imam Malik, imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam At-Tirmidzi, imam Ibnu Majah, dan imam An-Nasai dati sahabat Ibnu Umar r.a.

"Mayla, boleh paman minta tolong ?." Teriaknya dari ruang tamu.

"Iya, sebentar." Jawabku singkat.

        Aku segera menghampirinya dan belagak tak terjadi apa-apa. Paman telah mengetahui keberadan mafia yang beberapa hari lalu dilacaknya. Paman memintaku mempersiapkan keperluannaya. Tanpa pikir panjang segera kusiapkan dan meletaknya di sofa ruang tamu. Aku sudah terbiasa, maka dari itu paman tak perlu memberitahuku pun aku bisa.

" Paman, semuanya sudah siap di ruang tamu." Ujarku, sambil berjalan menuju kamarnya.

        Kubuka pintu, ternyata paman sedang beetelepon dengan seseorang yang terlihat penting hingga tak menghiraukanku. Aku mendengar ucapan paman pada lawan bicaranya itu.

"Iya aku mengerti. Segeralah pergi dari sana. Biarkan anak buahmu tetap disana. Karena kami sedang perjalanan menuju markasmu."

        Aku tetap di tempat dan mulai merekam pembicaraan itu. Siapakah itu? Haruskah aku bertanya padanya. Seperti harus kuurungkan niatku itu.

"Paman, sudah siap semua." Ujarku kembali padanya. Paman terkejut dan menoleh padaku.

"Iya May, terima kasih. Eh, kamu disini sama Mbok Jum ya." Jawab paman.

        Aku mengangguk dan pamit untuk kembali ke kamar. Sebentar lagi paman akan pergi. Aku akan leluasa masuk ke kamarnya tanpa harus takut ketahaun. Tapi, sekarang. Siapakah yang ditelpon paman tadi? Seperti ada kejanggalan dari percakapan paman.

Siapakah dia? dan apa maksud dari percakapan mereka?

tunggu ya.....

TBC


Mengkuak KebenaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang