C h a p t e r 〘o n e〙

867 115 36
                                    

A/n: kalo kalian mungkin merasa cerita ini familiar bahkan sampe judulnya sama, SELAMAT, artinya kamu pernah baca ff-ku yang dulu ku-unpub gara-gara aku merasa flop banget dan bingung juga soal magical world-nya! WKWKWKWKKW. Iya, ini remake cerita lamaku, cuma aku ubah jadi Panwink Hogwarts AU. Work ini juga cuma aku tulis kalo udah MENTOK BANGEETT sama works-ku yang lain HIKd. Selamat membaca manis-manisan ini! ♡

🌧

Guanlin menyukai Jihoon.

Seperti—sangat menyukai Jihoon.

Mungkin tak banyak orang yang mengetahui ini—heck, bahkan mungkin nyaris semua orang di Hogwarts akan terkejut saat mengetahui fakta bahwa bisa ada seseorang yang menyukai Park Jihoon, si pureblood arogan dan sedikit kejam sebagai lebih dari seorang teman di dunia ini.

Jihoon bahkan tidak memiliki begitu banyak teman di luar asrama Slytherin—tidak banyak orang yang tahan mendengar candaan kejam Jihoon mengenai asrama mereka. Dan tidak banyak pula orang yang mengerti motif Jihoon dalam melontarkan mantra-mantra kejam—bahkan mungkin bisa saja terlarang untuk melindungi orang yang Ia sayangi.

Sudah seperti itu entah sejak kapan—Guanlin bahkan tak ingat sejak kapan Ia mulai menyukai Jihoon.

Yang Ia ingat hanyalah, Ia suka semua yang ada pada diri Jihoon. Ia ingat Ia menemukan dirinya berbaring dengan mata terbuka lebar, merasakan jantungnya berdebar membayangkan senyum Jihoon, dan tawa puas pria itu saat berhasil membuat Daniel, kakak Guanlin jengkel.

Dan mungkin tak banyak pula orang yang mengetahui ini, tapi Jihoon punya kebiasaan-kebiasaan tertentu yang membuatnya terlihat manis tanpa perlu berusaha, seperti mengerucutkan bibir kemerahannya saat Ia merasa kesal, atau pipinya yang akan merona merah dengan mudahnya.

Guanlin adalah kebalikan dari Jihoon—pria itu memiliki banyak teman. Jadi ketika Ia mengetahui bahwa Slytherin dan Hufflepuff akan bertarung dalam sebuah permainan Quidditch hari ini, Ia segera mengajak, sedikit memaksa teman-temannya untuk menonton—mengingat fakta bahwa Jihoon adalah seeker tim Slytherin. Seorang seeker yang amat ahli, dalam hal ini, mengabaikan fakta bahwa sebenarnya Ia tak begitu tertarik pada Quidditch.

Dan ketika Jihoon berhasil menangkap snitch itu, bahkan ketika snitch itu telah berada tepat di hadapan Ha Sungwoon—seeker tim Hufflepuff, Ia-lah yang bersorak paling keras, mengalahkan anak asrama Slytherin sendiri, dan bahkan menanti Jihoon setelah pertandingan selesai hanya untuk memberikan sebotol air mineral pada pria manis itu. "Selamat atas kemenangan tim-mu, hyung" ujar Guanlin seraya menyerahkan sebotol air mineral pada Jihoon yang kini melangkah mendekatinya seraya menggunakan ujung kaus yang Ia kenakan untuk menyeka keringatnya. "Kau keren saat merebut snitch itu dari Sungwoon hyung"

Jihoon hanya mengulas sebuah senyuman manis seraya meraih botol air mineral itu dan menenggak isinya sampai habis—oh, ayolah. Walau posisi Jihoon sebagai seeker yang hanya harus terbang di atas sapu terbang sambal mengejar bola kecil yang beterbangan ke sana kemari tidak terdengar melelahkan, tapi snitch adalah bola kecil yang licik. Kau bisa saja terbentur kayu pembatas, bludger, atau bahkan pemain lain kalau tak pandai menghindar, dan siapapun tahu bahwa jatuh dari ketinggian sekian meter tak baik bagi siapapun, bahkan bagi Park Jihoon, si pureblood keturunan langsung dari dua penyihir terhebat lulusan Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry, Park Chanyeol dan Byun Baekhyun.

"Thanks" ujarnya seraya kembali menutup botol yang kini telah kosong itu dan menyerahkannya kembali pada pria berjubah hitam dengan aksen merah dan kuning yang telah Ia anggap seperti adiknya sendiri itu. Ia mengerucutkan bibirnya tak suka—sebuah kebiasaan Jihoon yang sangat menggemaskan, menurut Guanlin—saat baru saja menyadari apa yang dikatakan oleh Guanlin. "Dan aku tidak merebut snitch itu, Guanlin. Snitch tidak bisa direbut—mereka mengenal tubuh yang menangkapnya. Salah Sungwoon hyung sendiri dia lambat, makanya aku bisa mendahuluinya padahal snitch itu sudah ada di depan matanya"

Raining Spell For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang