Sudah satu minggu semenjak kepergian Ibu. Rasa sepi yang kurasakan semakin menusuk, walaupun Dona selalu ada menemaniku, tetap tidak ada yang bisa menggantikan Ibu.
Hari ini hari pertamaku masuk kuliah lagi, setelah tidak masuk selama seminggu. Ternyata sudah banyak sekali tugas dan pelajaran yang tertinggal, belum lagi kegiatan dan rapat di kampus.
Setelah aku sampai di kampus, aku memarkirkan motorku ditempat yang menjadi favoritku, saat pertama kali Dona memaksa duduk di atas motorku beberapa waktu lalu.
Setelah beberapa hari gak masuk kampus, rasanya memang seperti ada yang berbeda, orang-orang menatapku berbeda, mungkin karena mereka tahu, kalau aku adalah Presiden Mahasiswa mereka, apa yang harus kulakukan? Apa aku harus jaga image? Apa aku harus berlagak cool?
"Oy, Presma!" Sapa seseorang dari belakang, aku sangat mengenal suara itu.
Doni, teman sekelasku. Dia adalah salah satu tim suksesku, dan orang yang selalu ada bersamaku, sebelum aku jadian sama Dona.
"Oy! Apa kabar, Don?" Jawabku sambil menanyakan kabarnya, Doni gak bisa datang dan melihat Ibu untuk terakhir kali setelah meninggal, karena dia masih di luar kota karena ada lomba debat nasional.
"Kuat ya, Sob! Gua selalu ada buat Presma andalan gua!" Tanpa menjawab pertanyaanku, Doni langsung merangkulku, aku tau dia berusaha membuatku move on dan terus menatap kedepan.
"Dona mana? Biasanya kalian bareng mulu?" Tanya Doni, karena memang selama ini aku apa-apa selalu sama Dona.
"Dia kelas siang ntar, lagian gua harus datang cepat karena mau rapat." Jawabku santai, kamipun berjalan menuju ruang auditorium untuk rapat organisasi.
Hari ini bisa dibilang rapat besar, karena seluruh perwakilan Angkatan dari setiap jurusan hadir untuk mempresentasikan program kerja mereka, yang seharusnya dilaksanakan seminggu yang lalu.
"Gua duduk dikursi pejabat, ye! Lu duduk di kursi presiden!" Ejek Doni sambil duduk di kursi perwakilan jurusan kami, jurusan Ilmu Komunikasi.
Akupun berjalan menuju tempat dudukku, aku selalu datang lebih cepat kalau ada sesuatu yang penting, aku lebih suka menunggu daripada ditunggu. Tapi ntah kenapa hari ini suasana ruang rapat nampaknya agar gelap.
"Omong doang tuh selalu ontime, buktinya dia nunda rapat sampai seminggu" Celetuk orang yang mungkin sengaja mengatakannya saat aku berjalan melewatinya.
"Gak bisa dipercaya memang kalau bukan anak Teknik, mah!" Aku hanya bisa diam, karena aku gak bilang kalau Ibu meninggal, mereka pasti berpikir kalau itu alasan.
Kampus kami terkenal karena persaingannya yang sangat ketat, apalagi aku yang berhasil melawan perwakilan dari Fakultas Teknik. Mereka bakal melakukan apa saja untuk melengserkan orang yang gak mereka suka, itu yang sering kudengar tentang mereka.
"Oke! Kita mulai rapatnya!" Ucapku dengan lantang untuk memecahkan suasana yang suram ini.
***
Setelah 2 jam rapat yang sangat alot, akhirnya rapat selesai dan bubar. Rapat ini intinya hanya ingin menunjukkan bahwa jurusan mereka yang paling kredibel, paling bisa diandalkan, dan memaksakan program kerja mereka untuk di realisasikan.
Aku berjalan keluar ruangan dan melihat seseorang yang sepertinya sudah lama menungguku di luar.
"Itu Ibu Presma udah nungguin, gua cabs dulu, ye! Mau makan sama Sofi" Doni menepuk pundakku dan pergi, dia juga menyapa Dona sebelum pergi.
"Gimana Pak Presiden? Rapat pertamanya di depan seluruh mahasiswa?" Tanya Dona sambil merapikan kerah bajuku.
"Biasalah, kan kamu tau sendiri." Aku selalu menceritakan seluruh isi rapatku ke Dona, yang membuatnya gak akan mau ikut organisasi di kampus.
"Beruntung banget sih tapi, kalau anak Teknik terus yang menang, kegiatannya adu otot mulu! Kalau kamu kan bisa seimbangin, ya walaupun di satu sisi kita memang selalu juara kota buat lomba olahraga." Dona selalu memberikan pendapat yang berbeda dari yang aku pikirkan, dia adalah teman bicara dan tempat bertukar pikiran yang terbaik.
Kami berjalan menuju ke kantin, tempat biasa, Kantin Argentina.
"Kemana aja kamu? Udah seminggu gak absen disini!" Tanya Ibu kantin sambil langsung menyiapkan yang pasti akan ku pesan.
"Ada urusan keluarga, Bu. Hehe" Jawabku sambil bercanda, aku gak mau memperlihatkan kesedihanku ke orang lain.
"Lu ngapain ngikutin gua ke kantin?" Tanya Doni, yang sedang makan dengan Sofi.
"Donaaaaaaaa!" Sapa Sofi sambil melambaikan sendoknya seperti melambaikan tangan.
"Ya ampun! Makan di Argentina juga, Ses?" Dona langsung menghampiri Sofi, mereka sudah berteman dari SD, wajar kalau mereka sedekat itu.
Aku pun bergabung dengan mereka, kami makan siang di Argentina, jauh juga ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Hati, 2 Dunia, 1 Rasa
RomanceDona, orang yang tiba-tiba datang dan mendobrak hatiku. Masuk kedalam hidupku, dan menggantikan peran ibuku.