Part 3 : Mimpi

295 10 0
                                    

Elsa menatap langit-langit kamarnya. Gadis itu menerawang tentang kejadian-kejadian yang telah ia alami hari ini. Setelah mereka 'melarikan diri' dari café, ia langsung di introgasi oleh sepupunya, Dara. Elsa tak mungkin berkata jika ia merasakan getaran aneh, sehingga membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Apalagi saat tatapannya bertemu dengan lelaki yang membawa dua kotak kopi tadi, darahnya tiba-tiba saja berdesir. Jadi Elsa mencari jalan aman. Gadis itu berkata jika ia hanya tertarik pada postur tubuh kedua lelaki tadi, karena mereka memiliki tubuh yang tinggi dengan bahu yang lebar dan tegap. Sepupunya itu tau, jika ia memang suka melihat lelaki yang memiliki ciri-ciri seperti yang ia sebutkan. Maka dari itu, sepupunya itu tidak banyak bertanya setelahnya. Tentunya setelah mengejek dirinya habis-habisan.

Elsa bertanya-tanya dalam hati, apakah Dara merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan saat bertatapan dengan lelaki si kotak kopi? Karena lelaki yang Elsa lihat, adalah lelaki yang sama dengan lelaki yang pernah Dara nyatakan perasaannya. Tapi, Elsa tidak terlalu tertarik dengan tampang lelaki itu, karena ia hanya melihatnya sekilas. Elsa lebih tertarik dengan mata lelaki itu, dan juga debaran jantungnya yang tiba-tiba menggila karena lelaki itu. Anehnya, saat ia telah menjauh dari café, debaran jantungnya berangsur kembali normal.

Elsa masih belum bisa melupakan kejadian aneh itu. Bahkan saat Dara mengajaknya ke toko buku langganannya, Elsa hanya melirik malas deretan buku kesukaannya, komik. Hal itu juga terjadi saat Dara mengajaknya ke tempat makan favoritnya, lalu yang terakhir ke toko kaset film. Ia hanya akan berakhir dengan melamun. Setelah Dara mengantarnya pulang hingga dirinya berbaring di atas ranjangnya, Elsa masih saja memikirkan kejadian di café. Tanpa Elsa sadari, hari itu ia habiskan tanpa memikirkan kesedihannya tentang orang tuanya.

.

.

Sebuah mobil tengah melewati jalanan yang cukup sepi. Di kedua sisi jalan terdapat berbagai pepohonan rimbun yang menjulang tinggi. Hutan yang melingkupi jalanan itu menyebabkan suasana tak terik walaupun sudah tengah hari, melainkan lembab dan sejuk.

"Wah! Sejuknya!" seru seorang gadis, melongokan kepalanya keluar jendela mobil. Bibirnya melukiskan senyuman manis. Mata berbinarnya menatap pemandangan hutan yang dilewatinya. Hijau segar. Ia sungguh menyukai pemandangan hutan yang hijau. Hal itu selalu dapat membuatnya merasa tenang, nyaman, dan bebas. Gadis itu paling senang jika pergi berlibur ke rumah kakek dan neneknya yang berada di dekat pegunungan.

"Sayang, jangan terlalu lebar membuka jendela mobilnya, dan duduklah yang benar" Nasehat seorang wanita paruh baya yang duduk di samping kursi kemudi.

"Kamu tak mau kan, jika nanti ada lebah yang masuk ke dalam mobil." Sambungnya. Dengan bibir yang dikerucutkan gadis itu memperbaiki posisi duduknya lalu menutup jendela mobil hingga menyisahkan sedikit celah agar angin segar dapat masuk ke dalam mobil.

"Ini di hutan ma, bukan taman bunga. Lebah sangat jarang disini." Ucap gadis itu.

"Walaupun jarang, tapi untuk berjaga-jaga sayang. Ingat Alergimu." Setelahnya wanita yang dipanggil mama oleh gadis itu memberi suapan coklat kepada suaminya yang berada di kursi kemudi. Sementara gadis itu melahap coklat dalam genggamannya dengan brutal. Kalau mengingat tentang alerginya, gadis itu selalu berakhir dengan badmood. Alerginya terhadap sengatan lebah itu baru diketahui olehnya dan keluarganya saat dirinya tengah mengikuti kegiatan sekolah ke kebun bunga pada umur 11 tahun, saat ia kelas 5 sekolah dasar. Itu adalah moment yang sangat mengerikan dan juga menyebalkan. Walaupun tak mengancam nyawa, namun hal itu dapat membuat dirinya menjadi bahan ledekan. Tatapan kasihan dan khawatir di wajah teman-temannya hanya bertahan sebentar, setelah efek dari sengatan itu muncul, semua teman-temannya menatap dirinya sambil menahan tawa. Itu sungguh menjengkelkan.

Rain : Because of You [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang