Created : 2012 - 2013
Publish on Wattpad : 2014 - 2015
Remake : 2016 - 2017Cerita ini masih mengalami perombakan (remake). Jadi untuk chapter yang kosong dulu itu aku emang sengaja hapus biar gak kena plagiat dan chapter yang sudah di remake dulu aku private. Tapi berhubung aku sudah balik dari hiatus (kurang lebih 4 tahun wkwk) aku publish lagi cerita ini, sambilan aku nerusin buat remake-nya :)
Aku minta maaf atas ketidaknyamanannya, selamat membaca!
.
.
.
Hujan deras menemani sore itu. Angin bertiup kencang, suara petir yang saling bersahutan, serta kilatan petir yang menghiasi langit kelabu gelap itu. Entahlah, sepertinya suasana ini sangat mendukung untuk membuat hari gadis itu menjadi semakin kelam.
Gadis itu duduk di antara dua nisan dari sekian banyaknya nisan di pemakaman itu. Memeluk secara bergantian dua nisan yang bertuliskan nama kedua orang tuanya. Penampilan gadis itu sungguh kacau. Tak memperdulikan dirinya yang telah basah kuyup akibat berada di tempat itu selama kurang lebih satu jam, gadis itu sama sekali tidak berniat untuk pulang atau bahkan sekedar mencari tempat berteduh. Dress hitam yang ia pakai pun telah kotor, terkena tanah basah yang ia duduki.
Setelah acara pemakaman selesai satu jam yang lalu, gadis itu bersikeras untuk tetap tinggal. Ia tidak mau meninggalkan tempat peristirahatan terakhir orang tuanya. Rasanya sangat berat untuk merelakan kepergian orang tuanya. Bahkan, tadi ia sempat berteriak kepada kakeknya karena melarangnya berdiam disini saat hujan mulai turun. Mengabaikan kekhawatiran sang kakek yang takut jika ia terserang flu keesokan harinya. Tapi ia tidak perduli, ia hanya ingin lebih lama bersama dengan orang tuanya untuk terakhir kalinya.
Raungan memilukan gadis itu bercampur dengan derasnya suara hujan sore itu, membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa hatinya ikut teiris. Gadis itu dulu berpikir, jika kedua malaikatnya, orang tuanya, akan terus bersamanya hingga ia tua nanti. Ia berpikir, ia akan dapat membahagiakan dan membanggakan orang tuanya sebelum ajal menjemput mereka. Namun, semua itu hanya angan. Orang tuanya kini telah tiada.
"Mama! Papa! Jangan tinggalkan Elsa! Elsa mohon, hiks"
Gadis itu tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi begitu cepat. Gadis itu, Elsa, bahkan masih berharap jika ini semua hanya mimpi buruk, yang saat ia terbangun besok pagi maka semuanya akan kembali normal. Saat sang mama membangunkannya di pagi hari lalu menyuruhnya untuk segera turun untuk sarapan, atau saat menemukan orang tuanya beserta sang kakek yang menyambutnya di ruang makan. Ini semua pasti hanya mimpi buruk. Buruk. Sangat sangat buruk. Bahkan ia tak sempat mengucapkan kata perpisahan atau sekedar meminta maaf kepada orang tuanya, dalam mimpi sekalipun.
"Ini pasti mimpi, mama dan papa tidak mungkin tega meninggalkanku. Yah, ini mimpi, i-ini mimpi, hiks"
"Aku bahkan belum mengucapkan salam perpisahan, hiks. Mama.. Papa.. jangan begini, ayo bangun lalu kita pulang, hiks"
"Mengapa tuhan? Mengapa kau sangat tidak adil? Mengapa aku tidak ikut mati bersama orang tuaku?! Mengapa kau sangat kejam padaku?! Mengapa hal ini terjadi padakuuu.. hiks" suara gadis itu kian melirih. Tak memperdulikan suaranya yang semakin serak, gadis itu menangis sambil memanggil orang tuanya.
Tangan gadis itu terulur untuk menekan dadanya, menekan rasa sesak yang terasa di jantungnya, rasa sesak seperti tertimpa oleh batu besar yang sangat berat. Beberapa kali ia memukul kecil dadanya, sekedar untuk meredakan rasa sesak itu. Ia sudah tak bertenaga, badan gadis itu pun melemas, dan kepalanya berdenyut hebat. Saat di rasa kepalanya kian memberat dan pandangannya mengabur, seketika semuanya menjadi gelap. Gadis itu pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain : Because of You [On Hold]
Fantasi[Masih dalam tahap perbaikan] Hujan. Hujan mendatangkan hal yang paling menyakitkan untukku dan juga mendatangkan sebuah kebahagiaan. Aku membenci hujan karena mengingatkanku akan kejadian menyakitkan yang sulit untukku terima, namun kau datang memb...