"Kabar noona cantik itu bagaimana, ya? Kata eomma dia semalam pingsan dan noona yang mengurusnya."
Yohan menghela napas lelah. Adiknya ini, bukannya mengkhawatirkan yang tidak tidur semalaman karena menjaganya yang sakit, malah mengkhawatirkan orang lain.
"Dia tak apa-apa. Kata dokter cuma shock. Tapi yah, sampai pingsan begitu. Beberapa hari yang lalu juga dia pingsan di sekolah." jelas Yohan malas.
Dongpyo membulatkan matanya yang sudah bulat. "Yang benar noona? Ya ampun! Aku harus menjenguk noona cantik!"
Yohan memutar matanya malas. "Ya! Berhenti memanggilnya noona cantik, kau kan sudah tahu namanya Wooseok!"
Dongpyo malah nyengir. Ia senang telah membuat Yohan kesal karena terus-terusan menyebut Wooseok cantik. Yohan yang kakaknya saja tidak pernah disebut cantik. Yohan pasti kesal dan cemburu. Padahal Yohan juga cantik, kata ibunya sih.
"Lagipula dia sudah ditangani dokter-dokter terbaik di sini. Dia bahkan punya dokter pribadi. Dia itu tuan putri, berbeda dengan kita yang rakyat jelata. Kau jangan berharap macam-macam padanya Dongpyonie..." Yohan menopang dagu. Memikirkan betapa beruntungnya hidup Wooseok.
Cantik, pintar, dan sangat kaya. Pikir Yohan, Wooseok telah memiliki segalanya kecuali satu. Seungwoo. Ya, hanya Seungwoo yang belum berhasil dimiliki Wooseok. Yohan tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Tapi ia tahu pasti Wooseok dan Seungwoo telah lama saling mengenal. Ia tahu itu dari sikap Seungwoo saat Wooseok pingsan di depan mereka semalam.
Seungwoo terlihat sama khawatirnya seperti Seungyoun waktu itu, waktu Wooseok pingsan di sekolah. Hanya saja, Seungwoo lebih bisa bersikap bijak dan tidak gegabah. Ia langsung saja menggendong Wooseok ke tempat dokter pribadi Wooseok -yang ternyata juga tampan- dan menjelaskan keadaan Wooseok dengan singkat dan jelas.
Ah iya, satu lagi yang Yohan iri dari Wooseok. Wooseok selalu dikelilingi orang-orang tampan dalam hidupnya. Dokternya saja masih muda dan tampan. Yohan berani bertaruh bahkan ayah Wooseok masih tampan meskipun sudah tak muda lagi!
"Hayo... Sedang melamun apa?" Ibu Yohan tiba-tiba datang mengagetkan Yohan yang tengah melamun.
"Eomma!"
"Mandi sana. Malu-maluin ih anak gadis belum mandi jam segini. Kalau ada temanmu yang laki-laki itu datang bagaimana?" Tanya ibu Yohan setengah menggoda.
"Ih, eomma... Seungwoo maksudnya? Biarkan saja kalau hanya Seungwoo mah. Dia juga tak peduli aku wangi atau tidak." balas Yohan tak acuh.
"Hus! Tak boleh begitu. Kalau dia diam-diam naksir kau bagaimana? Bisa illfeel dia lihat gadis yang disukainya ternyata jorok."
"Iya, noona memang jorok. Pantas sampai sekarang belum punya pacar." Dongpyo dengan tidak berperasaannya malah ikut menimpali.
Yohan hanya mendengus sebal sebelum beranjak ke kamar mandi umum yang disediakan di ujung ruang rawat Dongpyo. Sedikit banyak ia membenarkan kata-kata ibunya. Tapi bukan khawatir Seungwoo akan datang, melainkan karena Seungyoun. Ya, bisa saja kan ia secara random bertemu Seungyoun di rumah sakit ini karena Wooseok juga menerima perawatan di sini. Mustahil Seungyoun tak datang kalau ia tahu Wooseok sakit.
Benar seperti kata Yohan. Seungyoun datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit untuk menjemput Wooseok. Yohan melihatnya saat baru dari kantin setelah membeli sarapan. Yohan ingin menyapa, tapi Seungyoun tampak terburu-buru. Akhirnya Yohan membuntuti Seungyoun ke ruang rawat Wooseok. Ruang rawat Wooseok tentu saja jauh berbeda dengan ruang rawat Dongpyo yang satu kamar dihuni enam pasien. Di ruang rawat Wooseok, hanya ada Wooseok seorang, dengan segala fasilitas terbaik yang mungkin ada di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECTANGLE [Yohan-Seungyoun-Wooseok-Seungwoo]
Fiksi PenggemarCinta segiempat. Saat mencintai dan dicintai tidak bertemu. Akankah ada akhir bahagia untuk mereka berempat? Kisah cinta remaja, kehidupan sekolah dan masalah keluarga. YounSeok, YounHan, WooSeok, WooHan. GS for Yohan and Wooseok. Happy Reading~