Happy Reading!
Hari ini adalah awal yang melelahkan. Kezia disuruh presentasi secara tiba-tiba oleh Miss Novi, guru Sejarah. Padahal, Kezia sudah bilang kalau ia murid baru, mana tahu tugas minggu lalu, ia saja baru pindah kemarin. Sialnya, Miss Novi malah mengatakan kalau Zia banyak alasan. Ia bahkan mengancam tak akan meluluskan Zia di mata pelajarannya jika ia tidak presentasi sekarang juga. Dengan dongkol, Zia pun memaparkan apa yang ia tahu terkait materi, untung ia sudah pernah membacanya.
"Ck, ngeselin!"
Kesialan kedua saat ia tidak sengaja menyenggol seorang kakak kelas perempuan sehingga orang itu marah dan memakinya di depan umum. Sangat memalukan.
"Dasar kakel, sok berkuasa, ewh!"
Kezia berjalan menuju asrama sendiri. Michelle, Mauren, dan Diana sibuk dengan kegiatan ekstra mereka. Tadinya mereka mengajak Zia untuk bergabung salah satu ekskul, namun ia menolak. Katanya, tidak ada yang menarik hatinya. Padahal nyatanya, ia memang seorang yang sangat malas mengikuti ekstrakurikuler. Menurutnya itu melelahkan dan membuang waktu saja. Sudah sekolah fullday, tugas numpuk, ditambah ekskul, trus santainya kapan?
"Aish, capek banget gue, mau brenti skolah aja."
Sebelum masuk ke gedung asrama, Zia berhenti. "Ck, gue ngapain ke dalem, nggak ada temen, nggak ada jajanan, nggak ada penjual, ngebosenin." Gumam Kezia, kesal sendiri.
Kezia berbalik, matanya menyapu sekeliling. Di kiri ada taman, di kanan ada gedung asrama putra, di depan gedung sekolah, di belakang gedung asramanya.
Ia berdecak, "Sekolah bagus-bagus, donatur bos semua, tapi nggak ada mall. Halah, miskin!" Katanya sebal. Gadis itu lalu memilih duduk di taman. Belum lama menikmati keindahan taman, matanya menangkap pohon buah-buahan.
Kezia berdiri, kedua matanya berbinar senang. Tiba-tiba ia menyengir, "Sekolah tersayang, maafin Jia yang imut ini, ya. Lo nggak miskin kok, gue nggak sengajak bilang tadi. Gue minta apel, ya," gadis itu berbicara sendiri. Benar-benar gila.
Zia berjalan mendekati sebuah pohon apel. Ia semakin kegirangan melihat banyak buah apel di atas pohon. Gadis itu mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke dagu, sedang berpikir. "Gimana ya cara ngambilnya?" Gadis itu bergumam. "Apa gue panjat aja?" Cheera melirik sekeliling, "nggak ada orang kok. Panjat aja kali ya?" Seketika ia menggeleng, "Ah, nggak ah. Cari cara lain!" Zia berpikir keras, "Ayo Jiaa ayo mikiiirrr," ia menyapu pandangan, dan, "Aha!" Secepat kilat ia mengambil bambu yang tergeletak di dekatnya.
"Ini pasti buat ngambil buah, keliatan banget," gumamnya lagi. Sayangnya, berkali-kali ia mencoba mengambil buah itu, tak berhasil juga. Ia kesal. Ia pun mengguncang-guncang pohon itu agar apelnya berjatuhan, tapi nihil. Kezia makin kesal dibuatnya. Ia mencak-mencak dibawah pohon sambil mengumpat.
Tak lama, seseorang mengambil bambu yang ia pegang, lalu digunakan untuk memetik apel itu. Kezia terngaga. Sejak tadi ia susah payah menggapai apel itu, selalu gagal. Giliran Davian yang mengambil, sekali coba langsung berhasil.
"Yee, dasar pohon genit! Giliran dicolek cowok aja mau lo." Zia berdecak. Damian menatap gadis itu dengan alis terangkat. Seakan berkata, cewek aneh.
Kezia melihat, tapi ia tak menggubris. Ia merampas apel di genggaman Davian, dan memakannya dengan rakus. Davian melongo, "Heh bego! Itu belum dicuci." katanya setengah berteriak.
Kezia meliriknya, lalu tersenyum manis. "Nggak papa, alami." celetuknya, menikmati apelnya kembali. Kadang heran, sifat Zia kenapa mudah sekali berubah?
Davian berdecak, "Ck, gobloknya natural."
Zia mengendik. Setelah menghabiskan sebuah apel, gadis itu menarik Davian duduk di atas rumput--bersebelahan dengannya. Davian menurut, menunggu hal yang akan dilakukan si cewek gila selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oxygen
Ficțiune adolescenți"Mengenalmu, adalah keberuntungan terbesarku." Ini bukan tentang cowok most wanted yang bertemu gadis menarik. Bukan pula gadis cuek yang dikejar laki-laki playboy. Ini hanya sepenggal kisah, tentang Davian dan Kezia. Davian bukan cowok yang kelewa...