SATU

30 9 5
                                    

Sore itu Frayn menghadiri rapat OSIS di sekolah. Sebenarnya Frayn sama sekali tidak tertarik dengan OSIS, teman-temannyalah yang mendaftarkan Frayn menjadi calon Ketua OSIS tanpa sepengetahuannya. Namun Frayn, tetaplah Frayn. Dia teguh dengan pendiriannya. Sesaat setelah ia terpilih dan dinobatkan sebagai ketua OSIS, disaat itu juga dia mengundurkan diri dan menunjuk Ryan sebagai ketua OSIS yang baru.

"Hey. Tadi itu membosankan, ya." suara seorang perempuan tiba-tiba saja muncul terdengar dari balik punggung Frayn.

Tanpa menghentikan langkahnya, Frayn menoleh ke sumber suara itu. "Ya." jawab Frayn singkat sambil meneruskan langkahnya menuju gerbang sekolah.

Perempuan itu menyodorkan tangannya dan memberhentikan langkah Frayn, "Kenalin gue Alicia."

Frayn meraih tangan Alicia, "Frayn."

"Udah empat bulan gue pindah ke sekolah ini dan baru pertama kalinya gue bisa ngobrol sama lo," Alicia tertawa kecil, "padahal kelas kita sebelahan dan sering ikut kegiatan OSIS bareng." sambungnya.

"Gue bahkan gak tau kalo lo anak baru." respon Frayn.

"Ya, gue gak sepopuler itu." raut muka Alicia pun berubah seperti kecewa setelah mendengar perkataan Frayn.

"Gue gak maksud."

Alicia tersenyum, "Gue tau. Papa gue udah jemput, duluan ya. Bye."

Frayn membatasi pertemanan. Itu sebabnya dia tidak banyak mengenal orang-orang yang ada di sekolah, bahkan nama anggota keluarga besarnya saja dia tidak ingat.

Cewek aneh. batin Frayn.

Suara klakson mobil menyadarkan Frayn yang sedang bergumam dengan batinnya. Sepertinya dia sudah tahu siapa orang yang ada di dalam mobil itu. Benar saja... Ia memutar bola matanya.

"Hey my bro!"

Frayn mengangkat kepala merespon sapaan dari orang yang ada di dalam mobil.

"Kuy." ajak orang itu.

Frayn mengernyitkan dahi heran, "Kemana?"

"Kita ke toko buku."

Frayn menghela napas berharap orang itu tidak punya niat untuk mengajaknya mati konyol dengan menabrakkan mobil itu ke tiang listrik atau semacamnya. Ia pun membuka pintu depan mobil itu dan memasukinya.

"Tumben?" tanya Frayn.

"Atlet juga perlu buku buat menutrisi otak."

"Bacot."

Ryan, dia adalah teman dekat Frayn. Mereka menjadi dekat setelah Frayn mau berbaik hati meminjamkan uangnya untuk membayar makan siang Ryan di kantin setengah tahun yang lalu.

Sepanjang perjalanan ke toko buku tujuan, Frayn sudah merasa mual mendengarkan Ryan yang terus berbicara seperti menceritakan riwayat hidupnya tanpa henti. Frayn merasa mendapatkan keselamatan setelah mendengar ponselnya berbunyi, jadi dia bisa beralih ke ponselnya dan mengabaikan Ryan.

Dari: Eva
Frayn! gimana, ada yang menarik gak di sekolah? gue gak bisa masuk sekolah nih tadi. Males. hehe

Ke: Eva
Membosankan seperti biasa. Gak ada yang menarik kecuali Anisa di bully sama Reza dkk.

Dari: Eva
Seriusan? Gila gak sih, Reza itu sok kegantengan banget. Ya walaupun Anisa emang *****

Ke: Eva
Ayolah Ev -,-

Dari: Eva
Hehe. lagi dimana? Pokoknya hari ini lo harus ke rumah gue. Gak ada alasan. Bye.

EquilibriumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang