*4. Keluarga Baru*

37 4 10
                                    

Lia menyodorkan kaos hitam kepada Kevin. Diraihnya kaos itu dari tangan Lia. Namun, tangan Kevin tak sengaja bersentuhan dengan tangan Lia. Tak lama, mereka tersadar dari lamunannya. Kevin segera masuk ke kamar mandi dan berganti pakaian. Sedangkan Lia masih berusaha menetralkan nafasnya agar tidak sesak mendadak. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang, dirinya seakan terbang tinggi ke angkasa.

"Lo kenapa si moncrat-mancrit depan pintu kek gitu?" Kevin yang baru saja keluar dari kamar mandi dibuat bingung oleh Lia yang mondar-mandir seperti orang gelisah di depan pintu. "Cewe aneh!" Gumam Kevin lirih

"Nggak pa-pa kok, lo mau minum apa? Teh? Jus? Ato kopi?" Sumpah Lia sangat gugup berhadapan dengan Kevin. Dirinya sukses dibuat baper oleh Kevin.

"Ga, gue langsung pulang aja. Bajunya besok gue kembaliin!" Kevin merasa tidak enak berlama-lama di rumah cewe.

Akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Kevin menaiki motornya dan meluncur keluar dari pekarangan rumah Lia. Ditatapnya punggung lelaki itu yang semakin menjauh, dan Kevin sendiri masih memperhatikan wajah Lia melalui kaca spion motornya. Tak lama, senyum manis bin tulus terukir di wajah Lia yang pucat itu. Setelah itu, dia memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan belajar untuk esok hari.

***

Suara klakson mobil sukses memecah kefokusan Lia yang baru saja ingin menjawab soal-soal Fisika. Lia merutuki hatinya kesal. Dia segera turun ke bawah dan membukakan pintu. Ternyata orangtuanya yang baru pulang ta'ziah.

Rani mengukir senyum nya kearah Lia dan dibalas anggukan kepalanya. Lia terkejut ketika Rani membawa seorang gadis cantik, berkacamata yang sudah tidak asing lagi di matanya. Benar! Dia Carlin.

"Carlin." Lia langsung terhambur kedalam pelukan Carlin. Begitu pula dengan Carlin yang membalas pelukan Lia.

Mereka semua masuk ke rumah. Rani menceritakan kejadian demi kejadian yang menimpa keluarga Carlin kepada Lia. Akhirnya Rani mengajak Carlin untuk tinggal dengannya. Lia pun memahami perasaan Carlin sekarang.

"Yaudah, Carlin tidurnya sama aku aja ya ma! Biar Lia ada temennya." Lia merangkul pundak Carlin dengan santainya. Rani hanya bergedek heran dengan putri satunya ini.

"Iya tan, Carlin juga mau tidur sama Lia." Carlin tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya. Lesung pipinya juga membuat gadis itu manis saat sedang tersenyum.

"Iyaiya, buruan sana tidur. Dah malem, selimutan ya!" Rani mengiyakan permintaan anaknya dan menyuruh mereka berdua untuk segera tidur.

Mereka berdua berdiri dari sofa dan naik ke lantai dua. Carlin sungguh kagum dengan Lia, dia memiliki segalanya. Keluarga yang lengkap dan harmonis. Carlin menginginkannya. Dengan segera dia tangkis perasaan iri itu ketika Lia sudah membuka pintu kamarnya. Carlin tersenyum ramah kearah Lia.

***

Carlin duduk di tepi ranjang milik Lia. Dia memandangi isi ruangan itu satu per satu. Polaroid fotonya dan keluarganya yang utuh. Dinding bercat abu-abu. Rapi dan bersih. Carlin sangat menginginkannya. Sungguh.

"Tidur aja udah! Besok ngantuk lho." Ujar Lia yang sudah terbaring di kasur nya sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Iya, tapi gue masih belum ngantuk." Jawab Carlin


"Ke balkon yuk, gue juga belum ngantuk." Ajak Lia.

"Boleh." Kedua gadis itu akhirnya keluar kamar dan menuju ke balkon.

Lia memandangi langit bertaburkan bintang itu. Matanya menatap tajam bulan purnama yang bersinar terang memancarkan cahaya kebahagiaan. Tanpa sengaja, pikirannya melayang kepada seorang lelaki. Siapa lagi kalau bukan Kevin. Dia tersenyum. Ternyata seseorang yang awalnya dia kira dingin dan jutek,  malah berkepribadian sebaliknya.

"Drtt..." ponselnya bergetar, Lia tersadar dari lamunanya dan mengambil handphone itu dari saku baju tidurnya.

Mungkin hanya notifikasi pesan dari teman-teman nya. Dia malas membukanya karena sudah pasti isinya unfaedah semua.

Sedangkan Carlin hanya termenung meratapi hidupnya yang penuh kesedihan. Dia merasa iri dengan semua yang Lia miliki. Tuhan tidak adil kepadanya. Carlin benci itu.

"Lin." Panggil Lia

"Kenapa?" Jawab Carlin

"Lo kalau mau apa-apa bilang gue atau nyokap gue gapapa kok. Ga usah sungkan-sungkan." Lia tersenyum manis kearah Carlin.

"Makasih." Carlin tersenyum miris, menghembuskan napasnya pelan. Kemudian menariknya kembali. Menetralkan dirinya agar tidak gegabah menghadapi situasi.

____________________________________________________________

Makin garing ya? Maaf kalo lama update. Lagi males juga authornya🙏🏻🙂

Jangan lupa ninggalin vote and comment.🌻
Maaf ya kalo ngebosenin🙏🏻

TROUBLE IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang