Tet Tet Tet
Semua murid bersorak gembira karena bel pulang yang mereka tunggu tunggu datang juga meninggalkan Bu Jasmin, guru Sejarah yang mendecih kesal karena pembelajarannya terpotong.
"Baiklah kerjakan tugas itu di rumah, besok kumpulkan di meja saya" pesan Bu Jasmin
"Siap bu" jawab seluruh murid 11 IPS1 serempak
"Kalau begitu saya permisi, selamat sore" pamit bu Jasmin yang berlalu dari kelas itu.
Semua murid pun berhamburan keluar kelas dengan membawa tas mereka masing masing.
"Huh untung bel duluan, kalo enggak tadi gue udah disuruh maju kedepan" ucap seorang siswi bernama Isni yang merapikan buku bukunya
"Salah sendiri, siapa yang suruh tidur udah tau bu Jasmin itu galak" balas Rivi teman satu bangkunya
"Habisnya bosen sih. Udah tau di jam jam terakhir itu hawanya ngantuk, eh malah ditimpal sama pelajaran sejarah, ya tambah ngantuk" jelas Isni lesu
Sementara Lita sedang termenung sembari menatap hasil ulangan hariannya tadi. Dalam hatinya kembali berdecih, lagi lagi dapat nilai merah. Entah mengapa ia sangat benci kertas itu dan ingin membuangnya saja. Tapi ia tidak bisa, itu akan semakin memberatkan hukumanya nanti.
"Tu tu liat" seru Rivi dengan mata yang menunjuk ke arah Lita
"Hais, ngapain sih ngurusin tu anak. Udah biasa kalik dia kayak begitu, namanya juga orang setres" jawab Isni sembari tersenyum meremehkan
"Eh...kalo punya mulut tu dijaga ya! Seenak nya aja kamu bilang Lita setres" bentak Shindy yang langsung mendorong pundak Isni
"ih emang bener kok kalo temen lu itu stres, lu nya aja yang sok sok gak tau" balas Rivi tak terima
"Jangan asal ngomong ya kalian!" bentak Shindy
"Kita kan ngomong berdasarkan kenyataan dan fakta, emang bener kan Lita itu stres, up gila maksudnya" jelas Isni membuat kemarahan Shindy menggebu gebu
"Kalian itu kenapa sih, suka banget menghina orang lain. Kalian gak punya kaca ya dirumah! Emang kalian kira kalian itu udah sempurna apa!" bentak Shindy yang tidak terima sahabatnya direndahkan
"Lu lama lama bikin kesel juga ya" ucal Rivi mendorong pundak Shindi dengan kasar sehingga punggung gadis itu terpentok meja di belakangnya.
"Auuu...kamu itu emang gak punya otak ya!" bentak Shindy sembari meringis kesakitan
"Lu yang gak punya otak" balas Isni
"Udah berhenti!" lerai Lita yang berdiri di hadapan Isni dan Rivi
"Orang gilanya muncul. Kenapa? Gak terima? Mau jadi pahlawan? Berani lu sama gue?" tanya Rivi menantang
Lita hanya menatap lekat kedua teman tak tau malu nya itu. Rasa emosi pasti ada, namun benar dirinya tidak cukup punya keberanian untuk melawan mereka.
"Aku memang tidak berani. Kalo kalian nggak suka sama aku, lampiasin ke aku jangan ke orang lain"
"Gitu? Oke, gue cabut dulu. Buang buang waktu taugak ngomong sama orang setres kayak elu" tunjuk Isni yang langsung keluar diikuti Rivi dibelakangnya yang menjulurkan lidah kearahnya
"Kamu nggak kenapa kenapa kan Shin" kata Lita yang membantu Shindy
"Aku nggak papa kok, kamu jangan dengerin omongan mereka, mereka emang suka ngomong ngawur" ucap Shindy menepuk pundak kiri Lita
Lita hanya tersenyum kemudian kembali ke bangkunnya. Memasukkan buku buku yang masih tergeletak di meja maupun di kolong meja ke dalam tasnya, tak lupa dengan lembar jawab hasil ulangannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan dari: KARLITA
RandomHIATUS Lita harus menerima takdirnya yang selalu diberikan siksaan dan ketidak adilan dari ayah dan kakak laki-lakinya. Hidupnya tidak bebas dan menderita. Dirinya hanya gadis bodoh dan karena kebodohan itulah penyebab ayahnya membencinya. Tidak ha...