Ayah Murka

201 4 0
                                    

    

Jam sudah menunjukan pukul 19.15 WIB. Dan apa yang barusaja Lita lakukan? Tidur. Selepas pulang dari sekolah gadis itu langsung mandi dan merebahkan tubuhnya. Tapi tidak terbesit pikiran untuk tidur selama ini sampai menjelang malam. Gawat kakaknya pasti mengamuk. Tapi tumben pria itu tidak membangunkanya? Oh lupa, pintunya ia kunci dan kedua telinganya ia sumpal dengan kapas. Bagus Lita, tinggal menunggu beberapa menit lagi mungkin pipimu akan kena tampar atau rambutmu akan rontok karena dijambak.

"Aduh kok aku ceroboh banget sih jam segini baru bangun. Ck kena amuk lagi nih" ucapnya frustasi sambil mengusap mukanya.

Lita takut? Itu pasti. Tiba-tiba teringat kejadian sekitar dua minggu yang lalu ketika ia bangun kesiangan sehingga membuatnya tidak sempat pergi kesekolah. Bukan karena apa, tubuhnya memang demam saat itu.

"Kamu tu bego banget sih! Jam segini baru bangun? Gunanya ayah nyekolahin anak kayak kamu yang pemalas gini itu apa? Ha apa?" ucap Argan murka. Saat itu Lita tengah haus dan ingin mengambil segelas air di dapur

"Ka-kak ga kuliah?"

"Kakak kuliah siang. Oh...jadi kalau misal kakak kuliah pagi kamu bisa santai-santai gak sekolah? Iya?"

"Buk-bukan gitu kak, tapi ini Lita beneran sakit--"

"Halah banyak alasen, sini kamu!"

Argan langsung menarik tangan kiri Lita dan membawa gadis itu ke kamar mandi terdekat. Tanpa buang waktu Argan melelapkan kepala Lita di Bath up yang penuh air. Tanganya terus menahan kepala Lita. Lita yang telah kehabisa nafas mulai berontak hingga rambutnya ditarik keatas

"Ka-k ja-ngan" lirih Lita setengah tersenggal akibat meraup udara sebanyak-banyaknya.

"Ini hukuman buat kamu karena udah sengaja bangun telat biar gak sekolah. Hari ini kamu ada ulangan harian dan kamu mau bolos iya!?" Lita hanya menggeleng lemah. Dirinya sudah sesenggukan.

"Air mata kamu gak guna taugak! Gak bakal buat kakak iba!" langsung saja Argan melepas pakaian luar Lita dan membuangnya ke bathup. Tersisalah Tanktop dan celana tipis sepaha yang saat itu masih melekat di tubuh Lita

Tulisan dari: KARLITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang