Mentari terbit indah di ufuk timur. Terang cahayanya mulai perlahan muncul, tampak sedikit malu-malu bersembunyi di balik cerahnya langit biru. Udara pagi menyapa syahdu, angin bertiup lembut, mengusik dedaunan pada dahan dan juga jalanan. Jangan lupakan debu pula yang juga ikut terusik, berpindah dari tempatnya dan menempel ke tempat yang lainnya.
Seorang remaja laki-laki bersetelan piama lucu juga turut terusik dengan suara kencang yang memekik gendang telinganya. Jari-jari panjangnya lalu terulur perlahan, meraba ke sisi tempat tidurnya. Mencari sumber keributan yang mengusik tidur nyenyaknya dan mematikan benda bernama alarm tersebut.
Si tampan bernama Yujinu Putra Nugroho alias Unjin, meringkuk kembali melanjutkan petualangannya di dunia mimpi. Ia seakan tak peduli pada langit yang sudah mulai terang di luar sana dan hanya ingin memanjakan matanya yang pagi itu masih enggan untuk membuka.
"Adek, bangun!"
Teriakan seorang wanita yang terlampau sering Unjin dengar itu seolah tak memberi dampak sedikitpun. Ia justru semakin jauh berlayar di alam bawah sadarnya, tanpa risau sedikit pun pada sekitar.
Ya maklum saja ! Jangankan suara mami-nya, suara alarm yang memekik kencang di dekat telinganya saja tak Unjin pedulikan, apalagi panggilan mami-nya yang ada di lantai bawah sana.
10 menit berlalu, si bungsu dari dua bersaudara itu masih setia mendekap bantalnya. Sampai pada detik berikutnya, suara panggilan amat akrab itu memekik begitu gaduh dan mengejutkannya.
"Adek, Unjin. Bangun !!!"
Teriakan itu kini diiringi dengan ketukan pintu yang ribut di luar kamarnya. Unjin pun tersadar dari alam mimpinya, lalu langsung bangkit seketika itu pula.
"Adek ... bangun, Nak ! Nanti terlambat berangkat ke sekolahnya !"
Mata Unjin membidik cepat ke tempat di mana jam berbentuk persegi itu berada. Matanya membulat seketika, saat ia sadar waktu sudah menunjukkan pukul 06:10.
Unjin bergegas lompat dari tempat tidurnya. Ia menunaikan aktifitas mandi dan sebagainya dengan secepat kilat, berpacu pada waktu yang enggan berdiam di tempat.
"Ahh ... ketampanan yang sempurna !"
Pujinya pada pantulan diri di kaca. Usai menyemprotkan parfum andalan ke baju seragamnya, Unjin pun bergegas keluar dari kamarnya.
"Adek, kebiasaan deh kalau dibangunin susah banget ! Ayo cepat sini sarapan, biar gak telat berangkat ke sekolah !" omel sang mami tersayang.
"Itu susunya diminum sampe habis. Terus sarapannya juga dimakan yang banyak !"
Unjin tampak mengangguk-anggukan kepala dan enggan menginterupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mate [TERBIT]
Teen FictionSekuel 'My Posesive Mom' 💦 Cerita sudah terbit Blurb: Sebuah kisah tentang ikatan yang mereka sebut sebagai persahabatan, namun nyatanya tak bisa disebut sekedar persahabatan bagi siapa saja yang melihat keakrabannya.