Epilog

868 44 73
                                    

Lulu si gadis penulis yang namanya kini tengah memuncak karena karya epiknya itu, terlihat sedikit sendu saat seseorang penggemar di hadapannya menanyakan perihal kedua sosok laki-laki yang tertulis di novel karyanya.

Tak ingin terlihat lemah, Lulu pun melempar senyum terbaiknya pada sang penggemar sebagai jawaban. Harus ia akui bahwa setelah buku yang ditulisnya menjadi Best Seller, Lulu semakin merindukan kedua sahabatnya tersebut. Ia ingin sekali menunjukkan bahwa dirinya kini mampu mewujudkan harapan dari kedua sahabatnya dahulu.

Seketika itu pula ucapan yang pernah Domi lontarkan padanya kembali terputar di ingatan. Ucapan sahabat terbaik yang memintanya kelak menjadi seorang penulis terkenal kini mampu ia wujudkan.

"Domi, Unjin ... Lulu udah bisa wujudkan harapan kalian. Apa kalian bisa lihat ini sekarang?" Batin Lulu mulai sendu. "Lulu rindu kalian ... amat sangat rindu ...."

Lulu menghapus butiran kristal yang mulai memenuhi pelupuk matanya dan menggantinya dengan senyum termanis saat penggemar di depannya telah berganti.

"Halo, apa kabar?" sapanya pada dua pria bertubuh tinggi yang memakai topi hitam dan juga masker dengan warna senada.

Kedua pemuda tersebut menyahut sambil sibuk meletakkan tumpukan buku berjudul Best Mate yang baru saja mereka beli tadi untuk di tanda tangani oleh sang penulis.

Wajah Lulu kini sempurna tertutup oleh tumpukan buku, hingga ia menatap heran pada kedua lelaki tersebut.

"Ini mau ditanda tangani semua?" tanya Lulu polos. Pasalnya jumlah buku yang disodorkan oleh penggemarnya itu sangatlah banyak, mungkin lebih dari sepuluh buku.

"Yup! Tanda tangani semuanya!" sahut keduanya kompak.

"Di bukunya mau ditulis sesuatu gak? Misalnya untuk yang tersayang gitu?" tawar Lulu, membuat dua laki-laki yang Lulu tebak sebagai mahasiswa dan murid SMA itu saling tatap sejenak.

"Boleh!" seru mereka kompak menciptakan tawa bagi Lulu saat melihatnya. "Kalian kompak deh kayak Upin-Ipin, hahaha," canda Lulu dengan akrab.

"Bukannya kamu Mailnya?" celetuk seorang dari mereka yang bertubuh lebih tinggi, membuat Lulu kembali tertawa.

Setelah itu Lulu pun mulai fokus menandatangani dan menuliskan pesan-pesan cinta yang mereka minta di dalam buku tersebut.

"Buat Mami, Papi, Abang, Kakak Ipar, Sepupu tergokil, tetangga terlaknat, RT terkece, RW tersavage, mantan terhot, pacar tersayang," sebut laki-laki yang disinyalir sebagai anak SMA tersebut pada setiap buku yang akan ditanda tangani oleh Lulu.

"Ini beneran buat mereka bukunya?" tanya Lulu kemudian. Entah kenapa ia merasa penasaran dengan semua itu.

"Iya itu untuk mereka ... dan juga untuk kamu yang harus dibahagiakan," sahut laki-laki itu lembut sambil mendekatkan wajahnya ke arah Lulu.

Lulu pun tergegap sesaat dengan semburat merah di pipi. Bisa-bisanya ia meleleh hanya karena ucapan seorang anak SMA, pikirnya.

Melihat sikap sang penulis yang malu-malu tersebut, membuat keduanya hampir tertawa, hingga akhirnya mereka kembali menyodorkan sisa buku yang masih harus ditandatangani oleh Lulu.

"Tolong Mba Ulat Bulu, buku yang ini ditulis sesuai kata-kata saya ya," perkataan laki-laki lain yang diduga seorang mahasiswa itu membuat Lulu mengalihkan netra padanya.

"Kalau kamu mau ditulis apa?" tanya Lulu sambil bersiap menuliskan sesuatu di atas buku tersebut.

"Untuk kamu yang spesial di hati kami," ucapnya sambil menatap Lulu.

Gadis itu pun segera menuliskan pesan tersebut di sana.

"Untuk kamu sahabat yang tak akan terganti," sambung laki-laki kedua membuat Lulu sejenak tercekat, namun tak berapa lama kembali fokus menuliskan kata-kata tersebut.

"Masih ingatkah dengan sebutan legendaris kita kala itu." Si laki-laki pertama kembali bersuara.

"Masih ingatkah dengan semua tingkah gila kita masa itu." Laki-laki kedua menyambung kembali.

"Bertiga selalu bergandengan tangan."

"Bersama dan sangat dekat tanpa peduli pandangan orang-orang pada kita." Kedua laki-laki itu terus berbicara secara bergiliran, sedangkan Lulu tampak fokus menuliskan semua kata-kata yang diucapkan.

"Kita saling membagi suka maupun duka."

"Saling melindungi dalam dekap erat persahabatan,"

"Hingga sesuatu hal mengharuskan kita berpisah dan meninggalkan luka terlalu lama."

Kalimat yang terlontar tersebut ternyata membuat Lulu menjeda tangannya untuk terus menulis. Maniknya menatap ke arah dua pemuda di depannya itu dengan hati penuh tanya mengenai siapa mereka berdua. Namun situasi itu tak berlangsung lama, karena pemuda lainnya kembali merapalkan kalimat sambungan yang harus segera ia tulis kembali.

"Nyatanya semesta kini meminta ... meminta kita bertemu kembali. Bersama, membawa nama---"

Laki-laki tersebut menjeda ucapannya cukup lama, membuat Lulu menatap mereka seraya bertanya,"nama apa?"

Kedua pemuda tersebut saling tatap.

"Kalian berdua siapa sih?" tanya Lulu kali ini dengan wajah sangat penasaran.

Kedua lelaki itu tak menjawab, hanya menatap Lulu dengan canggung.

"Tolong kalian buka masker kalian! Sekarang!" perintah Lulu menggebu dengan mata berkaca-kaca.

Harus diakuinya, bahwa saat ini tubuh Lulu tengah bergetar hebat. Ia tak bisa membayangkan siapa kedua laki-laki dibalik masker tersebut, tapi Lulu yakin bahwa kedua laki-laki tersebut adalah sosok yang sangat ia kenal, yang selama ini ia rindukan.

"Ayo cepet buka masker kalian!" paksa Lulu seraya meraih masker dari wajah mereka.

Saat masker benar-benar terlepas dari kedua wajah laki-laki tersebut. Lulu hanya bisa tertegun melihat kedua laki-laki di hadapannua itu.

"Ka--kalian ...."

Seluruh air mata Lulu pun kini luruh bersama perasaan rindunya yang menggebu.

THE END

💦💦💦

Hola chingu 🤗 akhirnya cerita ini selesai juga.
Tapi yakin nih udah selesai 😜😜

Ily mau ucapin terima kasih untuk kalian semua yang udah setia baca cerita ini.
Ambil yang baik2 aja dari cerita ini ya

Sampai ketemu di karya Ily selanjutnya 🤗🤗

Sebelum benar-benar berpisah, Ily akan kasih video good bye cast Best Mate. Perhatiin videonya ya siapa tau ada teori baru yang akan kalian temukan di sana 😁😁😁

Kalau kalian menemukannya langsung komen ya 😁

Best Mate [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang