menyambut kepulangan seungsik yang udah rangkum study-nya di Amerika, sang mama memutuskan buat bikin acara keluarga, kecil-kecilan, katanya.
seungsik udah bolak-balik bilang gak usah. minta mama-nya untuk diem aja di rumah, karena serius, ratu di rumahnya itu harus cuci darah setiap akhir minggu. the last thing seungsik wants to happen is his mom to get sick, again.
kalau mama-nya balik sakit lagi, udah bisa dipastiin seungsik bakal hancur. lagi. untuk kesekian kali. dulu, kalau seungsik jatuh, ada sepasang lengan kokoh yang siap nangkep dia. peluk dia. mulut lelaki itu yang tebal gak bakal berhenti ngasih ucapan semangat di sepanjang hari, bibir yang gak akan berhenti ngecup pucuk kepalanya sayang. elusan tangan besar dan sedikit kasar itu akan terus ngelus punggung dan bahunya dengan sabar.
dulu, semua itu masih seungsik terima setiap dia jatuh. sekarang, semua hal kesukaannya udah jadi milik orang lain.
seungsik senyum, miris.
semakin miris pas liat sama siapa byungchan datang di acara keluarga besar-nya hari ini.
jangan nangis, sik. gak boleh.
subin—si bungsu yang paling disayang satu keluarga besar—memutar bola matanya malas pas liat kedatangan seungwoo dan byungchan. heochan—pacar sehidup sematinya cuma bisa narik subin ngejauh, takut - takut kalau si bontot sewaktu - waktu menerkam mantan calon kakak ipar dan kakak sepupunya itu.
raut wajah byungchan juga gak enak, kentara banget ini bukan hal yang dia mau. senyumnya kepaksa. lesung pipinya yang sedalem palung mariana itu gak keliatan jelas.
beda lagi sama seungwoo yang sekarang udah dikerumunin sama adik - adik sepupu seungsik yang masih kecil. semua pada teriak kangen. kangen kakak bos, kata mereka.
byungchan jalan ke arah seungsik, seungwoo ditinggal. orangnya juga masih sibuk nurutin kemauan para bocah yang minta digendong. raut muka byungchan kentara banget kayak penuh rasa bersalah.
bahkan bayi bongsor itu cuma nunduk pas udah sampe ke hadapan seungsik. gak berani natap mata kakak sepupu-nya yang paling dia sayang.
"hai," sapa seungsik pas ngeliat byungchan gak kunjung ngeluarin suara. tangannya ngelus bahu byungchan sabar, ngasih ketenangan.
yang harusnya ditenangin di sini siapa gue tanya.
byungchan ngangkat kepalanya, matanya udah berlinang sama air mata. gak tau kenapa dia ngerasa penuh dosa aja. padahal dia dan seungwoo juga gak ada apa - apa. tapi dia tau, he had done something terrible by letting seungwoo come to their family event and wreck seungsik—his beloved brother's feeling, again.
seungsik yang ngesense kalau byungchan bakalan breakdown gak lama lagi, akhirnya narik adik bongsornya itu ke kamar dia. tangannya terus - terusan ngelus punggung byungchan sabar, ngasih kekuatan.
dan hal itu semua gak luput dari pandangan seungwoo yang sekarang, pikirannya kosong. cuma ada nama seungsik dan byungchan di dalemnya.
"chan, kenapa? kok nangis?" seungsik nanya, pelan. byungchan udah didudukin di kasurnya. udah dikasih minum juga, kebetulan di kamar seungsik ada mini fridge.
byungchan tarik nafas, nunduk lagi. gak bisa ngeliat seungsik. berat. "mas sik, maafin chan.."
seungsik senyum, ngerti arah pembicaraannya kemana. dia jongkok di depan byungchan, tangan byungchan dipegang, punggung tepalaknya dielus. "udah gak usah dipikirin, chan. mas gak pa-pa."
byungchan geleng, nangisnya makin kejer. "aku berani sumpah mas, aku sama kak seungwoo gak ada apa - apa. aku gak tau kenapa dia tiba - tiba maksa ikut dateng kesini, mas. sumpah, maafin aku."
seungsik senyum aja, paham betul dia kalau byungchan dan seungwoo—sampai saat ini—memang gak ada apa - apa. tapi dia lebih paham, kalau dia dan seungwoo lebih gak ada apa - apa.
"iya chan, mas ngerti..." seungsik tarik byungchan kepelukannya, menenangkan, menguatkan. "mas gak apa - apa kok. kan udah selesai juga sama mas seungwoo."
bohong, seungsik sangat amat gak baik - baik aja.
byungchan geleng, gak mau jawab. gak tau harus jawab apa.
setengah jam kemudian, byungchan dan seungsik keluar dari kamar seungsik—saksi bisu tangisan byungchan yang gak kunjung reda. pun saksi bisu tangisan perih seungsik di setiap malamnya.
byungchan udah tenang, udah lega karena seenggaknya dia udah menjelaskan situasinya ke seungsik kalau dia dan seungwoo gak ada apapun. senyum terpatri di wajah manisnya.
pun seungsik.
senyum juga. berusaha terlihat baik - baik saja. berusaha menguatkan dirinya sendiri yang bahkan, udah gak ada bentuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
usai
Fanfictiondia kira selama ini dia memperjuangkan, namun nyatanya, dia hanya memaksakan. dan dia, memilih untuk usai. sampai di sini.