November 27, 2019.
Lapisan salju memenuhi setiap sudut kota siang ini. Salju pertama di tanggal 27 November bertepatan dengan hari yang cukup spesial untuk seseorang.
Park Chanyeol tersenyum penuh arti melihat pemandangan di depannya. Ibu dan kakak perempuannya yang sibuk memasak. Juga seorang lelaki mungil yang tampak sibuk memoles sebuah kue tart dengan seorang bayi kecil memeluk kakinya seakan tidak mengizinkan sang papa beranjak.
"Nyuun~"
"Apa sayang, sebentar ya Nyun masih harus menyelesaikan ini. River mau kue kan? Nanti River ikut Nyeol tiup lilin bagaimana?" Meskipun begitu, Baekhyun masihlah menjadi si aktif yang selalu menjawab celotehan bayi dari putra kecilnya.
"Nyun mam Nyeol"
"Iyaa, nanti kita makan kuenya bersama Nyeol" Si kecil yang sudah mulai banyak bicara itu memeluk kaki Baekhyun dengan sesekali menciumi kaki sang Papa. Tidak ada alasan untuk Baekhyun menolak itu. Meskipun pergerakannya menjadi terbatas sebab River yang memeluk satu kakinya, namun hal itu justru membuat hatinya membuncah. Baekhyun selalu jatuh cinta dan jatuh cinta lagi pada kembaran kecilnya itu.
Chanyeol sesekali terkikik kecil menahan gemas setiap mendengarkan celotehan putranya. Si kecil itu benar-benar menakjubkan.
Mereka saat ini memang sedang berada di rumah keluarga Park. Hari ini adalah hari ulang tahun Chanyeol, maka dari itu mereka berniat mengadakan pesta kecil-kecilan yang hanya beranggotakan keluarga mereka juga tambahan Sehun dan Luhan, dua orang yang sejak dua tahun terakhir selalu menjadi satu-satunya teman yang di undang Chanyeol maupun Baekhyun dalam setiap acara yang mereka miliki.
Yoora dan Nyonya Park sesekali menoleh untuk melihat River. Tak jarang pula mereka akan meninggalkan pekerjaannya sesaat untuk menyerang pipi bulat River dengan kecupan.
Si kecil kembaran Baekhyun itu selalu menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Tingkahnya yang menggemaskan selalu membuat orang yang berada di sekitarnya memekik gemas.
"Chanhyunie, mau ikut Nyeol? Ayo bermain dengan Toben" Chanyeol yang melihat Baekhyun sedikit kerepotan sebab putranya yang terus menempel pada kaki suaminya itu berinisiatif utuk sekedar mengalihkan perhatian si kecil.
Mata bulat warisan sang Dadda itu mengerjab dengan binar menggemaskan. Chanyeol berjongkok sebab gemas yang sejak tadi di pendamnya tak lagi tertahan. Lantas pipi bulat si kecil lagi-lagi menjadi sasaran empuk untuk setiap kecupan dari yang lebih besar.
"Oben, Nyun oben" Nyatanya anak semata wayang Chanyeol dan baekhyun itu tetap memusatkan seluruh perhatiannya pada Baekhyun.
"Bermain bersama Tobennya dengan Nyeol saja ya? Nanti Nyun menyusul" Bujuk Baekhyun.
"Nyuuunn~ Obeen" Dan si kecil masih keras kepala untuk meminta Baekhyun menemaninya bermain dengan Toben. Chanhyun memang akan menjadi sangat manja pada Baekhyun saat berada di rumah maupun dimana saja ketika ada Baekhyun di sekitarnya. Mungkin hal itu di sebabkan oleh Chanhyun yang merasa rindu dengan sang Papa sebab mereka hanya akan bertemu dengan bebas dan menghabiskan banyak waktu bersama di saat malam hari ataupun di saat Baekhyun sedang libur dan tidak pergi ke kampus.
Sudah menjadi kesepakatan tidak tertulis memang jika setelah Baekhyun melahirkan Chanhyun dan setelah Baekhyun resmi masuk ke perguruan tinggi maka Chanyeol lah yang bertanggung jawab untuk menjaga si kecil. Sebenarnya Chanyeol sempat protes akan hal itu, tetapi Baekhyun selalu menudingnya dengan kalimat-kalimat kejamnya seperti "lalu apa gunanya dirimu hah? Kau hanya bertugas untuk memasukkan spermamu ke dalam rahimku dan setelah itu selesai?" lalu juga "aku sudah membawanya kemanapun setiap hari selama sembilan bulan, tetapi kau! Apa yang sudah kau lakukan? Dasar lelaki tidak bertanggung jawab!". Juga kata-kata yang menurut Chanyeol tidak masuk akal seperti "Jika kau masih mau protes kenapa tidak dirimu saja yang mengandung? Kenapa bukan aku saja yang memasukimu? Kenapa tidak perutmu saja yang menjadi besar dan badanmu menjadi gendut seperti babi huweeee"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby River
FanfictionMereka bahkan tak peduli lagi pada kenyataan jika keduanya tak lebih dari musuh bebuyutan. Melupakan bagaimana perasaan saling benci itu tertanam dengan amat apik di hati masing-masing. Mereka terlalu asing untuk berbagi sebuah kenikmatan di atas r...