Minho mengerjapkan matanya begitu merasakan cahaya matahari yang menerobos masuk lewat celah gorden kamar Jisung yang tertutup.
Sekarang udah jam delapan lebih beberapa menit, biasalah, kalau udah libur mah mau bangun jam berapapun gak masalah.
Saat Minho hendak bangun, dia ngerasain sebuah lengan melingkar di pinggangnya. Minho akhirnya tersadar dan menoleh ke arah Jisung yang masih terpejam.
Imut.
Itulah satu kata yang mendeskripsikan Jisung saat ini, gimana enggak, mata bulatnya yang terpejam dengan damai, dan juga pipinya yang kelihatan kemerahan ngebuat Minho pengen ngarungin dan dibawa pulang.
"Eh." tunggu, apa tadi? Pipi merah?.
"Sung." Minho menepuk-nepuk pipi Jisung pelan, berharap agar lelaki itu terbangun dari tidurnya. Tapi nihil, Jisung gak kunjung bangun, dan sekarang malah ngigau ngigau gak jelas.
Hmm...kalo udah gini, Minho hafal nih, si tupai bajingan pasti lagi sakit. Gini nih kalo bandel pas dibilangin, kan beneran sakit sekarang.
"Tuh kan Sung, gue bilang juga apa." gumam Minho meskipun tau kalau Jisung gak bakal denger. Minho nempelin punggung tangannya di dahi Jisung, hangat.
Menghela nafas, Minho perlahan ngelepasin tangan Jisung yang masih setia bertengger di pinggangnya kemudian turun dari kasur, hendak mengambilkan kompres buat Jisung.
Namun, baru aja Minho hendak melangkah, ia merasakan sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya.
"Jangan pergi!" ucap Jisung lirih, masih dengan mata yang terpejam.
"Wah...ngigo nih bocah." Minho sadar kalau saat ini Jisung lagi ngigau, karena jika ia sedang sadar, gak mungkin Jisung bakal manja kayak gini, palingan juga dia cuman nistain Minho doang kerjaannya. Tapi mau gimana pun, Minho tetap akan luluh pada Jisung, apalagi sekarang pas si tupai lagi sakit, makin gak tega Minho nolaknya.
Minho kemudian berjongkok di hadapan Jisung dan mengelus surainya lembut.
"Gue gak pergi kok Sung, bentar lagi juga gue bakal balik lagi ke sini." bisik Minho tepat di telinga Jisung. Perlahan, genggaman Jisung pada pergelangan tangan Minho melemah dan akhirnya terlepas.
Minho tersenyum simpul. Padahal Jisung lagi tidur, tapi entah kenapa Jisung kayak denger suaranya Minho yang ngebisik di telinganya.
"Tunggu bentar ya Sung." Minho kemudian melenggang pergi keluar kamar Jisung setelah sempat mencuci mukanya di kamar mandi.
"Ho...Minho hiks...hiks..." tanpa Minho ketahui, Jisung kini sedang menangis dalam tidurnya.
•
"Nak Minho, mau kemana? Sarapan dulu sini. Ngomong-ngomong, Jisung mana, belum bangun dia?" tanya bunda Jisung beruntun pas liat Minho yang melangkah menuruni tangga.
Bunda Jisung lagi nata beberapa jenis makanan di atas meja buat sarapan Jisung nantinya. Bunda sama ayah Jisung gak sarapan di rumah, bikos udah mepet waktu kerja.
Di seberangnya udah ada ayah Jisung dengan pakaian kantorannya yang lagi sibuk sama tabletnya, mungkin lagi ngurusin pekerjaan. Ayah Jisung itu adalah CEO di sebuah perusahaan, jadi bisa dikatakan keluarga Han ini lumayan kaya.
"Eh gak usah bun, aku mau keluar bentar, beliin Jisung obat, demam dia." tolak Minho sopan, emang sih, di depan orang tua aja dia sopan, di belakangnya mah beda lagi urusannya. Fyi, Minho itu disuruh manggil orang tuanya Jisung itu pakek sebuatn ayah bunda, begitupun Jisung kalau lagi main ke rumah Minho.
"Loh? Jisung sakit?" ayah Jisung bingung pas denger anak semata wayangnya itu sakit. Rasanya kemarin ia baik baik aja deh.
"Iya yah, kemarin naik ke rooftop pas malemnya dia, jadi kedinginan deh. Padahal udah saya bilangin, tapi malah ngeyel." Minho ngadu atau curhat sih sebenernya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside Me [Minsung] ✔
Fanfic⌜ Republish ⌟ Siapa bilang cuman manusia yang bisa jadi Fujoshi? Nyatanya, Fu, gadis yang semasa hidupnya menjadi fujoshi tingkat akut, tidak meninggalkan hobinya itu meskipun jiwanya sudah meninggalkan raga. Ah, dan satu hal lagi, kemunculannya me...