Bintangnya Bunga [1]

165 10 2
                                    

Do'a kan updatenya cepet:v

Happy reading!

******

Apa sebenarnya harapan Bunga? Bahkan Bunga sendiri belum yakin dengan keinginanan-Nya.

Mengapa begitu? Ada berberapa alasan yang membuatnya berpikir seperti itu. Salah satunya adalah Bintang, lelaki dengan segudang pesona untuk Bunga.

Mengapa demikian? Pesona Bintang yang seperti magnet. Jika bertolak maka akan terjadi tarik-menarik, tetapi jika kembar maka terjadi tolak-menolak. Hal seperti itulah Bintang. Bintang yang menyinari indahnya Bunga di malam hari. Bunga membutuhkan sinarnya dalam kegelapan, namun Bintang tidak menyadari sinarnya yang memancarkan keindahan mampu menarik Bunga ke dalam lingkup indahnya zona Bintang.

Mengapa, mengapa, dan mengapa pertanyaan tentang Bintang selalu menghantui pikiran Bunga? Siapa itu Bintang? Apa pesona Bintang? Mengapa Bunga sendiri tidak mengenal siapa itu Bintang?

Mengapa?...

Bunga menghela napasnya lelah, ia meletakkan bulpen di genggaman-Nya. Mengadahkan kepala menatap langit-langit kamar. Mengapa akhir-akhir ini nama Bintang selalu menghantui pikiran-Nya? Dan parahnya lagi ia selalu berdebar-debar saat memikirkan siapa itu Bintang.

Debaran jantungnya selalu tidak bisa terkondisikan saat memikirkan-Nya. Seperti saat ini, ia tengah menetralkan detak jantungnya yang tengah maraton setelah pertanyaan siapa itu Bintang melintasi pikiran-Nya.

"Apa yang harusku lakukan?" Gumam Bunga menyeka keringat yang bersarang di dahinya. Lihat, bahkan dirinya sampai mengeluarkan keringat saat memikirkan Bintang. Kondisinya saat ini persis seperti orang selesai jooging berberapa jam.

Ia melihat jam di ujung nakas. Sudah menunjukkan pukul 21.48 menit. Dirinya berpikir seberapa lama ia belajar dari pulang les hingga lupa waktu seperti ini, walaupun hal seperti ini bukanlah pertama kalinya namun tetap saja Bunga merasa malas untuk melepas seragam yang saat ini masih menempel di bajunya. Lihat bahkan dirinya melewatkan jam makan malam, dan parahnya lagi ia belum mandi setelah pulang.

Bunga menundukkan kepalanya mendekati kerah baju, dan mencoba menciumnya. Dan baunya tidak bisa diajak berkompromi. Lagi, dan lagi Bunga menghelakan napasnya dengan lelah. Mengapa dirinya tidak bisa hidup seri remaja umumnya? Pulang sekolah lalu bermain dengan teman-teman-Nya. Setelah itu langsung pulang kerumah tanpa ada les tambahan yang membuat kepala menjadi panas? Well, Bunga ingin hidup sepeti itu. Namun apalah daya dengan kapasitas otak yang memang memenuhi membuat orangtuanya semangat dalam membuat anaknya sengsara. Dengan memasukkan Bunga dalam berberapa les tambahan setelah pulang sekolah, lalu mendaftarkannya untuk mengikuti berberapa lomba, Olimpiade, Try out, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan akademik. Dan tak jarang mereka juga menekan Bunga untuk selalu menang dalam lomba-lomba yang mereka daftarkan.

Sejujurnya hal itu sangat membebani Bunga. Sangat, dirinya bahkan jarang keluar untuk sekedar have fun bersama teman-Nya.
Dan setiap malam dirinya selalu melewatkan makan malam. Namun hal itu tidak memengaruhi kesehatan Bunga karena dirinya bukanlah orang yang memiliki imun lemah. Jadi jarang untuk terserang penyakit karena hal sepele.

Ia mengahlikan pandangan-Nya pada benda pipih di atas kasur, well setidaknya benda itu dapat mengurangi suntuknya setelah berjam-jam belajar untuk persiapan Olimpiade besok.

Ia menekan tombol ON pada handphonenya, dan langsung terpampang berberapa nontifikasi dari berberapa orang. Namun yang menjadi perhatiannya saat ini adalah pesan yang dikirim oleh sahabatnya. Sahabatnya mengirimkan pesan sesuatu tentang Bintang. Dengan langsung Bunga menelefon sahabatnya dan menodongnya dengan banyak pertanyaan saat tersambung.

Halu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang