2

1.2K 74 23
                                    

Suara musik lembut mengalun dari kamar Vian di lantai dua. Musik yang lebih terdengar mellow itu terasa sangat cocok dengan suasana hatinya saat ini. Tak pernah merasa bahagia yang sebenarnya bahagia setelah memasuki sekolah menengah atas. Tak ada yang perlu disalahkan atas semuanya. Karena semua ini adalah pilihannya. Meskipun terkadang rasanya dia tak sanggup. Tapi sekali lagi, perasaannya yang sangat kuat pada Andre membuatnya bertahan.

Vian mendesah. Dia tahu dia bodoh terlalu berharap kalau suatu saat Andre akan menengok padanya. Karena Andre tak pernah menyukainya. Sejak pertama mereka bertemu. Dan itu sepuluh tahun yang lalu. Sampai sekarang. Meskipun Vian sudah menuruti semua keinginan Andre. Menjadi nerd saat di sekolah seperti sekarang.

"Pergi yuk, Vi!" Tara merebahkan tubuhnya di sisi Vian yang bersender pada kepala ranjang. "Suntuk nih!"

Vian menoleh. "Kemana?"

"Shopping!" Tara bangun lagi. Membuat kasur Vian bergerak, termasuk Vian yang duduk sambil memeluk Teddy bear kesayangannya. "Diskonnya gede!"

Vian tersenyum manis. Tara memang selalu bersemangat kalau mendengar diskon. Bukan hanya diskon, sahabatnya itu selalu bersemangat dalam kondisi apapun. Tidak sepertinya yang manja dan cengeng, Tara lebih kuat dan mandiri. Makanya Andre lebih dekat dengan Tara ketimbang dirinya. Tara tak pernah menyusahkan.

"Mau ya, Vi." Tara menggoyang-goyangkan lengan Vian. Membujuk Vian seperti seorang anak kecil yang merengek pada ibunya. "Gue traktir makan deh ntar."

"Cuma makan nih?" Vian mengulum senyum. Matanya melirik jahil. Sungguh Vian ingin tertawa melihat Tara yang bertingkah seperti balita. Tara itu selalu bersikap dewasa. Bisa dibilang dia ibu kedua bagi Vian. "Kalo makan aku juga bisa beli."

Tara memajukan bibirnya. Matanya menyipit menatap Vian. "Lu mau apa juga gue beliin!"

"Beneran?"

Tara mengangguk. Berdecak saat Vian memeluknya.

"Kyaaa Tara baik deh. You're my best!" Vian mengecup pipi Tara. Tak peduli Tara yang menggerutu tak jelas. Gerutuan yang masih dapat Vian tangkap kata-katanya.

"Denger gratisan aja lu cepet!" Tara memonyongkan mulutnya.

Vian meringis. Mengeratkan pelukannya. "I love you."

"Gue juga love you. Tapi lepasin gue dulu. Nggak bisa napas nih!" Tara memukul lengan Vian kesal.

"Nggak mau!"

"Lepas, Vi!" Tara memekik kencang. "Kapan perginya kalo lu terus meluk gue woy! Keburu abis tu diskon."

Vian tergelak. Melepaskan belitannya di tubuh Tara. Mengangkat tangan dengan dua jari membentuk huruf V. Sungguh, rasanya sangat menyenangkan menggoda sahabatnya. Hanya bersama Tara Vian bisa tertawa sebebas ini.

***

Gadis berambut dark brown itu memeluk Teddy bear putihnya dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya, memegangi es krim. Menjilat es krimnya sesekali, sambil mulut mungilnya tak berhenti berceloteh.

Tara yang berjalan di samping Vian hanya manggut-manggut seolah mendengarkan. Padahal mata coklat gadis itu sibuk meneliti setiap papan diskon yang dipajang di toko-toko yang mereka lewati. Ingin rasanya memasuki semua toko itu, tapi kartu kreditnya sudah hampir limit. Tara mendesah, menyesali kepergian mereka ke mall hari ini. Karena terlalu banyak penawaran dari toko dan butik yang sangat diminatinya.

Vian menoleh mendengar desahan sahabatnya. Gadis itu menghentikan langkah.

"Kenapa?" Tanyanya sambil memasukkan sisa es krim terakhir ke dalam mulutnya.

Fake Nerd VIAN - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang