Bulan Pertama ; 1.1

41K 3.3K 96
                                    


MENJALANI bulan pertama sebagai perempuan hamil memang tak pernah mudah bagi perempuan manapun. Termasuk Galiya yang benar-benar tak menyukai fakta ini. Siapa yang berharap hamil dalam status janda? Jika ada, mungkin terdapat alasan kuat mengapa orang itu ingin mengandung ditengah fakta dirinya tak bersuami. Sejujurnya Galiya tidak membiarkan begitu saja mahluk mungil di dalam perutnya bisa hidup bebas. Galiya butuh waktu, dan proses yang dia rencanakan membutuhkan waktu tak sebentar.

Melatari pemandangan dirinya sendiri, Galiya menarik pelan kaus yang dikenakannya dihadapan cermin seluruh tubuh. Demi apapun, permukaan itu masih belum terlihat membentuk lingkaran apapun. Masih ada kesempatan untuk membuatnya benar-benar tidak terlihat. Namun, hati nuraninya sedang berperang sendiri. Bagaimana bisa memusnahkan nyawa yang sudah pasti memiliki aliran darahnya. Bolehkah Galiya menyatakan bahwa dia sedang berusaha membunuh dirinya sendiri?

Ini murni kesalahannya dan pria yang tidak dia kira akan sebegini jauh membuatnya terluka. Anandra memberikannya kenangan yang tidak main-main. Selain menjadi satu-satunya pria yang membekas dalam perjalanan cintanya, nyatanya juga pria itu bisa menjadi penyebab kedatangan si kecil  yang sudah Galiya patenkan untuk harus mengalah. Tidak ada yang boleh membuat hubungan Galiya dan Anan saling terkoneksi lagi. Sudah cukup menelan banyak air mata, kehilangan, dan pengorbanan.

"Kamu tahu mahluk kecil, aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Aku peduli padamu..." Galiya menahan tangisnya, tidak lagi, dia tak mau menangis lagi. "... maafkan ibumu yang bodoh ini, mahluk kecil."

*

"Untuk perjalanan yang panjang ibu dan bapak bisa menggunakan fasilitas kami..."

Anan tak benar-benar mendengarkan apa yang orang bandara itu ucapkan. Setiap kalimat penjelasannya sungguh tidak berharga untuk Anan dengar. Matanya menerawang dinding kaca yang memperlihatkan suasana diluar. Kacau. Anan tidak bisa berdiam diri hanya menunggu waktu yang bicara. Dia membutuhkan kepastian, apa yang sebenarnya terjadi dengan Galiya setelah insiden malam itu. Sudah satu bulan, tapi tak ada kabar yang Anan dengar dari mantan istrinya.

Anan sudah memberikan kartu namanya pada Galiya jika saja ada kendala yang tidak diinginkan. Tentu Anan tahu wanita itu tidak akan menyimpan nomor teleponnya lagi setelah perpisahan mereka, tapi setidaknya, seharusnya... wanita itu menyimpan kartu namanya, kan? Jika memang tidak ada apapun yang terjadi, paling tidak Anan ingin mendengar bahwa kecemasannya tidak berdasar sama sekali.

"Sebentar, ya, Mbak saya diskusikan dulu dengan suami saya." Tamira menyentuh pundah Anan dan mengajak pria itu keluar ruangan. Dengan uang segalanya menjadi lebih mudah. Tami sudah paham jika suaminya tak ingin terbang menemaninya ke Amerika untuk tujuan modelling perempuan itu, tapi Tamira tidak begitu saja menyerah.

"Aku tahu kamu nggak berniat nemenin aku, tapi kita sepakat untuk saling menjaga kepercayaan, kan?"

"Apa dengan aku membebaskan kamu mengambil apapun yang kamu mau, itu kurang membuat kamu percaya?" balas Anan.

Tamira menghela napas keras. "Aku mau kamu perhatian ke aku, Anan!"

"Dengan melepaskan kamu dari bajingan  itu apa aku nggak perhatian dengan kamu, Tamira?!" desis Anan dengan sedikit membentak.

Perempuan yang sudah disayangi oleh Anan sejak mereka kecil hingga kini itu menggeleng pelan, bersiap mengeluarkan jurus tangisnya. Dan sebelum itu terjadi, Anan membawa Tamira menuju parkir mobil. Disana mereka bicara bebas tanpa harus diperhatikan banyak orang.

"Aku tahu aku penghancur..."

"Tamira! Berapa kali aku harus bilang untuk berhenti seperti anak-anak?! Sudah aku buktikan segala yang kamu butuhkan dan inginkan. Kamu bisa lepas dari bajingan itu, dan kamu menuntut aku perhatian. Perhatian yang seperti apalagi?! Sekarang terserah kamu. Terserah. Bawa mobilnya pulang, aku naik taksi."

Anandra meninggalkan istrinya di dalam mobil. Kepalanya pusing menghadapi tingkah Tamira. Dia memahami Tami, sangat memahaminya. Tapi Anan seperti tak memahami dirinya sendiri. Kenapa? Dirinya harus melepaskan Galiya demi Tami yang... sudah menjadi sahabatnya sejak kecil. 

***

Pelan-pelan, ya kita maju. Btw, kalian yang mau baca-baca ceritaku yang udh tamat sebagian ada di Dreame. LENGKAP. Silakan follow. Terus yang mau baca FOOL bisa ke akun storial dakuh. Supaya nggak ketinggalan info-info follow ig dakuh.

IG : faitnayuliandini & faya.nothor

DREAME : Faitna Andini

STORIAL.CO : nudenasty

MANGATOON : FreelancerAuthor

The Built Breakup / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang