‘Kring…kring…kring…’
“Cukup sekian materi hari ini, Thea jangan lupa bawa buku ini ke meja saya ya. Selamat siang anak-anak,” Ucap Bu Nayla lalu melangkahkan kaki untuk keluar dari kelas kami.
“Selamat siang bu,” Sahut kami serempak dengan semangat lalu pergi berhamburan keluar kelas setelah Bu Nayla pergi dari kelas kami. Mungkin mereka memiliki tujuan yang sama saat ini yaitu pergi ke Kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan sejak tadi.
Perkenalkan gue Meuthea Aletta Ashilla, gue biasanya dipanggil Thea. Gue merupakan salah satu siswi SMA Nusantara. Gue termasuk ke dalam deretan murid terpandai di sekolah karena gue sering mengikuti olimpiade-olimpiade yang diadakan di luar sekolah.
Gue juga memiliki peran penting di kelas yaitu sebagai seorang Ketua Kelas yang otomatis ngebuat gue selalu bolak-balik masuk ruang guru buat bawain buku ke meja guru ataupun ngebantuin guru buat ngoreksi nilai hasil ulangan anak-anak kelasan. Seperti hari ini, Bu Nayla nyuruh gue buat bawain buku anak kelasan gue ke mejanya.
“Taruh disini aja Thea, Terima kasih ya,” Ucap Bu Nayla sambil tersenyum ke arah gue.
“Iya bu sama sama, Kalau gitu saya permisi ya bu,” Jawab Thea selembut mungkin dengan menampilkan senyum terbaik yang gue punya.
Pas gue mau keluar, mata gue gak sengaja ngeliat ke arah meja Bu Siska yang merupakan salah satu guru killer yang ditakuti sama anak-anak seantero sekolah. Gue malah terfokus ngeliat cowok didepan Bu Siska yang kayanya lagi diomelin karena ngelanggar peraturan sekolah.
Baru aja gue pengen liat mukanya, tiba-tiba aja dia juga ngeliat ke arah gue dengan tatapan sinis seakan dia berkata “Ngapain lu liat liat” lewat tatapannya. Sontak gue langsung memalingkan muka ke arah pintu keluar ruang guru.
Kaya pernah liat, tapi dimana ya? Batin Thea bertanya. Gue seakan pernah melihat muka dia sebelumnya, tapi ya gitu gue lupa dimana.
“Ih ngapain gue mikirin cowo tadi, mending sekarang gue ke kelas,” Ujar Thea lalu berlari menuju kelas 12 IPA 2 dimana kelas Thea berada.
Kosong. Satu kata yang tepat untuk keadaan kelas Thea saat ini. Mungkin mereka sekarang lagi ada di kantin karena gak tahan sama rasa lapar yang mereka tahan sejak pelajaran Bu Nayla dimulai tadi.
Langsung saja Thea duduk di kursinya seorang diri. Dikeluarkannya novel kesayangannya dan jangan lupa dia juga menyumpal telinganya dengan earphone untuk mendengarkan musik favoritenya.
Dan detik selanjutnya gue sudah terhanyut dalam cerita novel milik gue. Saking seriusnya menghayati cerita dalam novel gue, gue sampe gak sadar kalau udah ada kedua sahabat gue tepat di depan muka gue. Dan juga beberapa temen gue yang sudah duduk manis di kursinya masing-masing setelah selesai dengan urusan perut mereka tadi.
“Woi Thea!”
“Gimana dia mau denger Nel, orang dia aja make earphone,” Ucap Icha sambil menarik earphone Thea hingga terlepas.
“Ih cha orang lagi seru lagunya,” Ujar Thea sewot karena Icha sudah menganggu gue mendengar lagu favorite gue.
“Salah lo lah dari tadi gue panggil diem aja, yaudah gue tarik aja,” Sahut Icha tak kalah sewot.
“Dari tadi kalian berdua manggil gue?” Jawab Thea tak lupa dengan wajah sok polosnya.
“Gimana mau denger, orang elu aja lagi asik pacaran sama novel lo itu,” Kata Nella yang dibalas cengiran khas milik Thea.
“Hehe tau aja lo,” Balas Thea dengan senyum yang menampilkan deretan giginya .
Oiya kenalin kedua sahabat gue dari kecil. Yang pertama Nellana Orcyhid, atau sering dipanggil Nella. Dia itu tipe orang yang santai, galak, jago bela diri, dan yang terpenting kalau ada cowok yang ngebuat gue sama Icha itu nangis, pasti dia orang pertama yang gak segan segan buat matahin tangan ataupun kaki cowok itu dengan jurus andalannya. Terdengar sadis bukan, ya tapi memang begitu kenyataannya.
Yang kedua Saicha Putri Alexander yang biasa dipanggil Icha. Dia itu tipe orang yang ramah, cerewet, galak, dan dia itu doyan banget makan, tapi badannya dia itu gak gendut-gendut. Bingung gue juga.
Tiba-tiba saja Icha mendekatkan dirinya pada kedua sahabatnya yang sontak membuat mereka mengerti kalau sahabat mereka ini pasti akan memberitahukan gosip terkini di sekolah mereka.
“Tadi kata anak kelas sebelah si Cello ketauan ngerokok di rooftop sekolah sama Bu Siska,” Bisik Icha.
“Gila berani banget tuh bocah ngerokok disekolah,” Sahut Nella dengan mengganti nama Cello dengan sebutan bocah biar gak ketauan temen sekelas mereka.
“Cello siapa?” tanya Thea bingung.
“Lo beneran gatau siapa itu Cello?” tanya Nella memastikan.
“Gue aja baru denger nama dia dari kalian.”
“Itu loh Marcello Radenka Aditama salah satu most wanted di sekolah yang terkenal juga dengan sebutan badboy sekolah karena saking seringnya ngelanggar aturan di sekolah. Dan yang lebih parah lagi dia itu suka banget yang namanya tawuran, dan yang pasti musuhnya itu udah ada di setiap sekolah di Jakarta. Dia itu temennya si Rico, Alvin, sama Nando anak kelas 12 IPA 5 yang sifatnya juga sama kaya Cello, Dia itu pernah gak sengaja numpahin es jeruk ke rok lo waktu di kantin kemaren,” Ucap Icha panjang lebar.
“Oh jadi yang numpahin es jeruk ke rok gue itu namanya Cello,” Ucap Thea sambil membulatkan mulutnya pertanda kalau sekarang dia sudah tau siapa itu Cello.
Pantesan mukanya gak asing pas gue liat dia diomelin Bu Siska di ruang guru tadi Batin Thea.
“Woi Thea,” Ucap Nella sambil melambaikan tangannya didepan muka Thea yang membuat lamunan Thea buyar seketika.
“Jangan-jangan lu demen ya sama si Cello,” Ledek Icha.
“Apaan sih orang gue lagi mikirin gimana cara ngerjain tugas mate-” Belum sempat Thea menyelesaikan ucapannya. Teriakan Icha dan juga Nella sudah memekikan telinga siapapun yang mendengarnya.
“Hah? Emang ada tugas matematika?” Ucap Icha memotong ucapan Thea dan langsung saja berlari ke arah mejanya mengambil buku matematika miliknya.
“Mana udah mau masuk lagi. Mati gue kalo belom selesai nih tugas,” Ucap Nella pada dirinya sendiri sambil menepuk jidatnya. Thea yang melihat kedua sahabatnya pun hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala.
Dengan kekuatan super yang mereka miliki, akhirnya mereka dapat menyelesaikan tugas itu tepat saat bel masuk kelas berbunyi. Mereka pun mengikuti pelajaran Matematika dengan tenang karna telah menyelesaikan tugas dari Pak Frans tadi.
****
‘Kring… kring…’
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu dan sebagian anak kelas 12 IPA 2 pun sudah keluar kelas untuk kembali ke rumah mereka masing-masing kecuali Thea, Nella, Icha dan juga teman-teman mereka masih yang tersisa di dalam kelas. Mereka masih disibukkan dengan menyalin catetan matematika dari Pak Frans di papan tulis.
“Gak kira-kira nih Pak Frans ngasih catetannya,” Keluh Icha sambil merentangkan kedua tangannya.
“Banget. Kali ini gue setuju sama lo Cha,” Sahut Nella yang setuju dengan pernyataan sahabatnya itu.
“Gue biasa aja tuh,” Ledek Thea sambil merapikan alat tulis gue dan memasukkannya ke dalam tas hitam milik gue.
“Lu mah kan beda,” Ucap Nella kesal. Thea hanya menanggapinya dengan tawa kecilnya.
“Udah yuk pulang. Udah mau ujan deh kayaknya.” Ajak Icha sambil memandang langit mendung melalui jendela mereka.
“Let’s go!" Ucap Thea dan Nella kompak lalu diiringi dengan tawa mereka bertiga.
***
Jangan lupa vote sama komennya ya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta datang karena terbiasa (COMPLETED✔)
Teen FictionKisah mereka berdua yang awalnya saling membenci tetapi takdir tidak berpihak pada mereka. Karena suatu permintaan membuat mereka dipertemukan setiap harinya karena suatu pekerjaan yang dibilang paksa. Akan tetapi seiring setiap hari pertemuan paksa...