“Kamu yang dibelakang, bangun jangan tidur!” Teriak Pak Dodo.
“Iya kamu, ngapain malah celangak-celinguk?” Lanjut Pak Dodo pada gue.
“Sa-sa-saya pak?” Ucap Thea takut karena Pak Dodo termasuk salah satu guru killer setelah Bu Siska.
“Iya siapa lagi yang tidur di dalam kelas selain kamu,” Ucap Pak Dodo yang ngebuat gue hanya bisa menunduk ke bawah.
“Kamu keluar dari jam pelajaran saya sekarang!” Lanjutnya. Langsung saja gue pergi keluar kelas entah kemana.
“Gue malah ketiduran kan tadi,” Gerutu Thea kesal pada dirinya sendiri. Dari jauh, gue juga ngeliat Cello keluar dari kelasnya. Gue yang takut Cello ngeliat ke arah gue, langsung membalikan badan dan jalan dengan secepat mungkin.
“Thea,” Panggil Cello.
“Yah udah liat dia,” Gerutu Thea pelan lalu membalikan badannya ke arah Cello.
“Lo kok malah lari sih,” Ucap Cello dengan nafas yang ngos-ngosan.
“A-a-anu gue nyari sapu,” Ucap Thea cepat dengan mengambil sapu yang ada di depannya. Sontak tawa Cello tidak dapat tertahan lagi karena Thea. Gue yang ditertawakan Cello hanya tertunduk malu.
“Thea thea ada ada aja lo,” Ucap Cello sambil mengacak-acak rambut Thea pelan yang membuat gue langsung menegakkan kepala gue.
Deg! Jantung Thea mulai tidak normal lagi.
“Ikut gue,” Ucap Cello lalu menarik lengan gue tanpa meminta persetujuan dari gue.
“Mau kemana? Kan masih jam pelajaran,” Ucap Thea berusaha menghentikan langkah besar milik Cello. Dan ya gue berhasil membuat Cello menghentikan langkahnya lalu menatap gue sebentar.
“Lo disuruh keluar kelas kan sama Pak Dodo, gue juga. Daripada kita disini mending kita cabut aja,” Ucap Cello langsung menarik lengan Thea lagi.
“Emang boleh ama Pak Satpam? Lagian tas gue juga masih ada dikelas,” Ucap Thea yang lagi lagi menghentikan langkah Cello.
“Lo bisa diem gak sih, nanti masalah tas lo gampang. Nanti gue nyuruh temen gue bawain dan kasih ke lo,” Ucap Cello lagi. Thea terdiam saat itu juga lalu mengikuti langkah besar milik Cello itu.
Setelah sampai di parkiran, Cello langsung menyuruh gue untuk naik ke motor miliknya.
“Ayo naik nanti keburu ketauan,” Karena takut Cello marah seperti di lorong tadi. Thea langsung mengikuti perintah Cello dengan cepat.Kami berdua berhasil melewati gerbang tanpa hambatan apapun. Gue sendiri terkejut mengapa Cello dapat keluar masuk sekolah dengan mudahnya.
“Kita mau kemana si?” Teriak Thea yang beradu dengan suara kendaraan yang lain.
“Lo diem aja,” Bentak Cello pada gue yang ngebuat gue langsung diam tidak berkutik. Kami hanya diam selama perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih sejam lamanya.Akhirnya kami berhenti di sebuah rumah tua yang masih kokoh yang bertuliskan “Panti Asuhan Kasih Ibu”. Gue hanya bertanya-tanya dalam hati kenapa Cello ngajak gue panti asuhan ini.
Setelah kami turun dari motor, seorang wanita yang lumayan cukup tua menghampiri Cello dan langsung saja memeluk Cello erat. Seperti mereka tidak pernah bertemu bertahun-tahun. Gue hanya diem saja memperhatikan dengan pikiran gue yang penuh akan pertanyaan yang ingin gue lontarkan pada Cello.
“Sini!” Panggil Cello membuyarkan lamunan gue.
“Kenalin ini ibu Rahma yang punya panti asuhan. Ibu kenalin, ini Thea pacar Cello,” Ucap Cello memperkenalkan Thea pada Bu Rahma. Ucapan Cello tadi membuat Bu Rahma tersenyum pada Cello.Tapi lain halnya dengan gua yang masih terkejut atas ucapan Cello pada Bu Rahma tadi. Apa dia bilang? gue pacarnya? Ucap Thea dalam hati.
“Ayo masuk neng Thea,” Ucap Bu Rahma ramah pada gue. Kami berdua langsung saja masuk ke panti asuhan dan di sambut oleh teriakan anak-anak kecil disini.
“Kak Cello kangen,” Ucap Anak-anak itu serempak. Jadi dia sering kesini? Tanya Thea dalam hati tanpa bertanya langsung pada Cello.
“Kak Cello juga kangen sama kalian semua,” Ucap Cello dan langsung memeluk satu-satu anak-anak yang ada disana. Ada salah satu anak perempuan cantik dengan bola mata yang coklat terang bertanya pada Cello.
“Itu siapa kak? Pacal kakak?” Ucapnya cadel sambil menunjukku. Langsung saja Cello mendekati gue sambil merangkul pundak gue.
“Ini pacal kakak, namanya kak Thea,” Ucap Cello enteng yang membuat pipi gue bersemu merah pertanda kalo gue itu malu. Dua kali saja Cello sudah mengumbar-ngumbar status palsunya kepada mereka dan juga pada Bu Rahma.
“Kok kakak pipinya merah,” Ucap Anak kecil berbadan gempal sambil tertawa yang diikuti oleh seluruh teman-temannya. Sontak hal itu membuat gue semakin malu saja.
“Udah ih jangan digodain terus Kak Theanya, nanti pipinya tambah merah lho,” Ucap Cello yang gue kira akan membela gue tetapi malah sebaliknya dia malah ikut menertawakanku. Tapi gue malah semakin terpesona melihat tawa milik Cello yang mungkin jarang ditampilkan diluar sana.
“Gue ganteng ya,” Bisik Cello yang mengagetkan gue yang sedang melamunkan tawa milik Cello tadi.
“Geer banget lo,” Ucap Thea sambil menyingkir badan Cello yang ada didepannya lalu pergi ke arah anak-anak yang sedang bermain bersama disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta datang karena terbiasa (COMPLETED✔)
Teen FictionKisah mereka berdua yang awalnya saling membenci tetapi takdir tidak berpihak pada mereka. Karena suatu permintaan membuat mereka dipertemukan setiap harinya karena suatu pekerjaan yang dibilang paksa. Akan tetapi seiring setiap hari pertemuan paksa...