Malam sudah demikian larut. Seluruh penghuni Kedaton Kadipaten Bojong Picung sudah terlelap dalam buaian mimpi. Hanya para prajurit yang mendapat tugas jaga saja yang masih terlihat di tempat-tempat penjagaan. Sejak terbunuhnya empat orang prajurit, Adipati Anggara melarang para penari dan nayaga untuk melanjutkan kebolehannya di atas panggung. Namun demikian, rombongan itu belum diijinkan meninggalkan keraton.
Malam ini suasana terasa sunyi sekali. Angin berhembus kencang menyebarkan udara dingin yang membekukan tulang. Beberapa prajurit penjaga mulai merapatkan tubuhnya ke dinding, mencoba melindungi diri dari gempuran angin dingin. Bahkan beberapa di antaranya mulai terkantuk-kantuk tak kuat menahan gempuran udara dingin yang membuat kelopak mata terasa begitu berat. Namun beberapa saat kemudian, terlihat kalau seluruh penjaga merasakan kantuk yang amat sangat. Bahkan dua orang penjaga di pintu depan keraton sudah mendengkur. Demikian pula beberapa penjaga di sekitar benteng!
Sementara itu di dalam sebuah kamar, terlihat Rangga tengah duduk bersila dengan mata setengah terpejam di atas pembaringan. Pelahan-lahan dibuka matanya, lalu kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan. Pendekar Rajawali Sakti kemudian menggelinjang melompat bangkit dari pembaringannya.
"Hmmm..., Ilmu Sirep" gumam Rangga. Pendekar Rajawali Sakti itu bisa merasakan adanya hawa lain dari suatu ajian yang dapat membuat orang terlelap sampai batas waktu yang sangat lama. Menyadari kalau ajian itu menyebar, Rangga bergegas keluar dari kamarnya. Hatinya langsung terkejut begitu melihat para penjaga istana sudah mendengkur dalam tidur.
Rangga terus berjalan mengelilingi seluruh bangunan besar itu. Semua prajurit yang bertugas sudah tertidur lelap. Tak seorang pun yang masih terjaga. Pendekar Rajawali Sakti itu mulai memutar otaknya, dan bagai kilat melesat naik ke atas atap.
"Hmmm.,., tak ada apa-apa," gumam Rangga dalam hati.
"Tapi.... Heh...?!" Tiba-tiba Rangga melihat sebuah bayangan berkelebat di bagian belakang bangunan megah itu. Tanpa menunggu waktu lagi, Pendekar Rajawali Sakti itu melentingkan tubuhnya mengejar bayangan yang dilihatnya hanya sekilas itu. Sebenarnya mudah sekali bagi Rangga untuk mengejar. Namun, pemuda berbaju rompi putih itu sengaja menjaga jarak dan terus memperhatikan bayangan merah itu bergerak.
"Hm..., mau apa dia ke penjara...?" gumam Rangga dalam hati.
Rangga merapatkan tubuhnya ke dinding saat melihat orang berpakaian serba merah itu sudah sampai di depan pintu penjara. Empat orang prajurit penjaga sudah tergeletak mendengkur di depan pintu penjara. Tampak orang berbaju merah itu menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu membuka pintu penjara yang terbuat dari lempengan baja tebal. Bunyi derik daun pintu tidak dihiraukan lagi, seolah-olah begitu yakin tidak ada orang yang melihatnya.
Sementara di tempat persembunyiannya, Rangga masih mengawasi. Pendekar Rajawali Sakti masih tetap tidak bergerak meskipun orang berbaju merah itu sudah masuk ke dalam ruangan penjara itu. Tak berapa lama kemudian, orang itu keluar lagi bersama seseorang yang juga berbaju merah. Rangga tahu kalau orang yang dibawa keluar itu adalah Karsini yang siang tadi ditangkapnya.
"Hmmm..., akan kuikuti mereka," gumam Rangga dalam hati.
Pendekar Rajawali Sakti itu bergegas melentingkan tubuhnya begitu dua orang berpakaian merah berkelebat cepat meninggalkan tempat itu. Di malam yang gelap dan dingin ini, terlihat dua bayangan merah berkelebatan cepat melompati bagian Barat tembok benteng Kadipaten Bojong Picung. Tidak jauh di belakangnya terlihat satu bayangan putih yang bergerak cepat menjaga jarak. Tak ada seorang pun dari kedua orang yang berkelebat itu menyadari, kalau semua tindakannya selalu diamati sepasang mata bulat bercahaya dari balik tempat yang cukup tersembunyi dan gelap. Pemilik sepasang mata itu juga mengikuti, namun tetap menjaga jarak di tempat-tempat yang terlindung dari cahaya bulan. Sosok tubuh berpakaian gelap itu seperti sengaja menjauh dari Pendekar Rajawali Sakti, namun tidak terlalu jauh dari dua orang berbaju merah yang terus bergerak ke arah Barat. Namun begitu tiba di Kaki Bukit Cangking, mendadak saja Pendekar Rajawali Sakti itu berhenti berlari. Dan secepat itu pula tubuhnya melambung tinggi, lalu hinggap dengan manisnya di atas dahan pohon yang cukup tinggi dan rimbun. Pada saat yang tidak terlalu lama, terlihat seseorang berpakaian gelap berkelebat cepat, tepat di bawah pohon tempat Rangga hinggap.
"Diah.... Mau apa dia ke sini...?" Rangga agak tercenung begitu mengenali orang berpakaian hitam yang sudah jauh mengejar dua orang berbaju merah yang kini tengah mendaki lereng bukit.
Meskipun orang berpakaian hitam itu selalu menjaga jarak, namun Pendekar Rajawali Sakti masih juga bisa mengetahui kehadirannya. Dan dia sengaja menunggu di atas pohon untuk mengetahui siapa orang lain yang sama-sama membuntuti dua orang berbaju merah itu. Rangga sendiri baru mengetahui setelah berada di luar perbatasan sebelah Barat Kadipaten Bojong Picung.
"Hmmm.... Apakah dia punya ilmu penangkal aji 'Sirep'? Atau..., ah! Aku harus mengungkap semua ini! Hup!"
Rangga bergegas melompat turun, dan langsung berlari cepat mempergunakan ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai taraf kesempurnaan. Sekejap saja bayangan tubuh Pendekar Rajawali Sakti itu sudah lenyap ditelan kegelapan malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/207452130-288-k142849.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
36. Pendekar Rajawali Sakti : Penari Berdarah Dingin
ActionSerial ke 36. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.