Pertarungan antara Rangga melawan Klabang Geni tidak mungkin dihindari lagi. Mereka adalah tokoh tingkat tinggi rimba persilatan. Tidak heran, kalau masing-masing langsung mengerahkan jurus-jurus andalan yang sangat dahsyat dan mematikan. Buat Klabang Geni sendiri, dia begitu geram karena semula meremehkan pemuda itu. Tapi kini, sukar baginya untuk mendesak lawan.
Sementara tidak jauh dari tempat pertarungan, terlihat sosok tubuh ramping tergolek lemah tak berdaya di tanah berumput tebal. Meskipun tidak memiliki tenaga untuk bergerak, namun wanita itu masih bisa mengikuti pertarungan dua orang yang tak dikenalnya. Dia berusaha bergerak, namun seluruh ototnya terasa kaku dan sukar di-gerakkan. Gadis berwajah cantik itu hanya bisa mengeluh dalam hati dan memperhatikan jalannya pertarungan. Namun rasanya cukup sulit untuk melihat, karena pertarungan itu berjalan cepat. Sehingga, yang terlihat hanya dua bayangan yang berkelebatan saling sambar saja.
"Awas kaki...!"
Tiba-tiba saja terdengar teriakan peringatan keras menggelegar. Pada saat itu, sebuah bayangan putih berkelebat cepat menyusur tanah. Sedangkan bayangan merah melesat ke udara. Namun pada saat yang bersamaan, bayangan putih melesat juga ke udara.
Dug! "Akh...!"
Entah bagaimana kejadiannya, tahu-tahu sosok tubuh berbaju merah terpental dan jatuh bergulingan di tanah. Sedangkan pemuda berbaju rompi putih mendarat manis di tanah. Tepat pada saat kedua kakinya menjejak tanah, Klabang Geni menggelinjang bangkit berdiri. Tampak dari mulutnya mengeluarkan darah segar kemerahan.
"Keparat..!" umpat Klabang Geni seraya menyeka darah di mulut dengan punggung tangan.
Bet! Wut!
Klabang Geni menyilangkan tangannya di depan dada dengan jari-jari terkembang, Pelahan ditarik tubuhnya sehingga doyong ke kanan, kemudian pelahan-lahan pula ditarik tubuhnya ke kiri agak memutar ke belakang. Tampak napasnya ditarik dalam-dalam. Sedangkan matanya menatap tajam menusuk ke arah pemuda berbaju rompi putih di depannya.
Melihat lawannya bersiap-siap mempergunakan ilmu kesaktian, Pendekar Rajawali Sakti itu tidak tinggal diam. Segera dirapatkan kedua telapak tangannya di depan dada. Sebentar ditariknya napas panjang dan dalam, lalu pelahan-lahan tangannya ditarik ke samping dengan telapak tangan terkepal. Kedua kakinya dipentang lebar ke samping, tepat pada saat kedua tangannya terkepal di sisi pinggang.
"Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja Klabang Geni melesat menerjang Pendekar Rajawali Sakti itu. Terjangannya begitu dahsyat sehingga menimbulkan desiran angin yang sangat kuat, membuat daun-daun berguguran. Pada saat Klabang Geni menghentakkan tangannya ke depan, Rangga cepat-cepat mendorong kedua tangannya ke depan untuk menyambut serangan laki-laki berbaju merah itu.
"Hap!" "Hiyaaa...!"
Glaaar. .!
Suatu ledakan keras terdengar bagai gunung meletus, tepat ketika dua pasang tangan beradu rapat.
"Aaakh...!" Klabang Geni menjerit keras.
Laki-laki berbaju merah itu terpental keras dan jatuh. Dua batang pohon yang terlanda tubuhnya langsung tumbang. Beberapa kali Klabang Geni bergulingan di tanah, tapi masih mampu bangkit berdiri meskipun agak limbung. Sedangkan Rangga masih tetap berdiri tegak, dan hanya terdorong dua langkah ke belakang.
Tampak sekali dari sinar matanya, Klabang Geni seperti tidak mempercayai apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Pemuda itu masih berdiri tegak tanpa mengalami luka sedikit pun. Sedangkan dirinya sendiri seperti remuk seluruh tulang tubuhnya. Bahkan badannya masih terasa sesak dan sulit mengatur napasnya. Tapi rasa penasaran membuatnya kembali melompat mendekati Pendekar Rajawali Sakti itu.
"Hap!" Tap!
Klabang Geni mengangkat kedua tangannya ke atas lalu menyilangkan tepat pada pergelangannya. Pelahan diturunkan tangannya sampai di depan dada. Tampak seluruh tubuhnya bercahaya merah membara bagai terbakar. Melihat itu Rangga bergerak mundur dua langkah. Tapi sikapnya masih terlihat tenang, bahkan bibirnya menyunggingkan senyuman dingin.
"Hiyaaat..!" Klabang Geni berteriak keras menggelegar.
Secepat itu pula dihentakkan tangannya ke depan. Seleret sinar merah melesat mengarah pada Rangga yang masih berdiri tegak tak bergeming.
Glar...!
Kembali ledakan keras terdengar. Asap tebal seketika mengepul saat cahaya merah tadi menghantam tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
"Ha...!"
Bukan main terkejutnya Klabang Geni begitu asap tebal memudar. Tampak Rangga masih berdiri tegak pada tempatnya. Padahal jelas sekali kalau Pendekar Rajawali Sakti tadi terhantam sinar merah yang dilepaskan Klabang Geni. Bahkan pemuda berbaju rompi putih itu terlihat tersenyum tipis.
"Hiya! Hiya...!"
Klabang Geni jadi geram bukan main. Segera dihentakkan tangannya dua kali ke depan. Dan seketika dua cahaya merah bertebaran meluruk deras ke arah Pendekar Rajawali Sakti. Kembali terdengar ledakan keras mengguntur dua kali berturut-turut. Maka untuk kedua kali Klabang Geni ternganga melihat lawannya yang masih muda mampu menahan ajian kesaktiannya yang dahsyat.
"Hanya sampai di situ sajakah ilmu kesaktianmu Klabang Geni?" Rangga tersenyum penuh ejekan.
“Phuih!" Klabang Geni menyemburkan ludahnya.
Klabang Geni menggerak-gerakkan tangannya di depan dada. Kemudian melompat deras ke arah Rangga. Jari-jari kedua tangannya terkembang, menjulur ke depan. Sedangkan Pendekar Rajawali Sakti masih berdiri tegak tak bergeming sedikit pun. Maka, mudahlah bagi Klabang Geni untuk mendaratkan jari-jari tangannya yang mengembang kaku ke dada Pendekar! Rajawali Sakti.
"Hup”
Pada saat itu Rangga menghembuskan napas dan mencengkeram pundak Klabang Geni kuat-kuat. Tampak cahaya biru menyelimuti seluruh tubuh Rangga sedangkan seluruh tubuh Klabang Geni berselimut cahaya merah.
Pelahan-lahan namun pasti, cahaya biru mulai menyelimuti seluruh tubuh Klabang Geni. Sehingga, cahaya merah memudar, dan akhirnya lenyap dari tubuh laki-laki berbaju merah itu. Klabang Geni menggeliat-geliat berusaha melepaskan diri, namun jari-jari tangannya menempel erat pada dada Pendekar Rajawali Sakti.
"Aaa...!” Klabang Geni menjerit keras melengking.
"Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja Rangga mendorong tubuh Klabang Geni kuat-kuat. Akibatnya laki-laki berbaju merah itu terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Rangga sendiri melompat ke belakang sekitar tiga langkah. Tampak Klabang
Geni menggeliat-geliat sambil merintih lirih. Sebentar kemudian laki-laki berbaju merah itu tak bergerak-gerak lagi. Tubuhnya kaku membiru, seperti habis tersengat ribuan ular berbisa.
"Hhh...," Rangga menarik napas panjang dan berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
36. Pendekar Rajawali Sakti : Penari Berdarah Dingin
ActionSerial ke 36. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.