Dua tindak Rangga melangkah maju. Sikapnya begitu hati-hati dan waspada sekali terhadap senjata di tangan Karsini. Pendekar Rajawali Sakti itu sudah menyaksikan kehebatan keris berwarna hitam legam itu, meskipun Karsini tidak menggunakan secara benar. Kalau saja tenaga dalam wanita itu sudah mencapai tingkat tinggi, tentu akan lebih berbahaya lagi senjata itu.
"Hm. Kau bisa saja membekukku dengan mudah kemarin, Rangga. Tapi sekarang, jangan harap bisa mengalahkan aku!" dengus Karsini dingin.
"Karsini, kenapa kau ingin memberontak pada Karang Setra?" Tanya Rangga.
"Aku tidak ada urusan dengan Karang Setra!" sentak Karsini berang.
"Kau mencoba membuat kekacauan di Kadipaten Bojong Picung. Itu sama saja mengusik ketenangan Kerajaan Karang Setra," kata Rangga, suaranya masih tenang.
"Dengar, Pendekar Rajawali Sakti. Ini urusan pribadiku dengan Adipati Anggara. Dan bukan denganmu atau Kerajaan Karang Setra. Bahkan aku tidak peduli dengan Kadipaten Bojong Picung!" masih terdengar keras suara Karsini.
"Urusan pribadimu dengan Adipati Anggara bisa diselesaikan secara pribadi. Tapi tindakanmu yang sudah membuat keresahan harus ditanggung seluruh rakyat. Dan aku sendiri yang akan menangani," tegas kata-kata Rangga.
Karsini terdiam. Meskipun tadi sempat sesumbar, tapi dia berpikir juga bahwa yang dihadapi adalah Pendekar Rajawali Sakti yang bukan manusia sembarangan. Tingkatan kepandaiannya sukar diukur dan dicari tandingannya. Bahkan dia sempat mendengar pembicaraan pemuda itu dengan Diah Mardani, sebelum berhasil dibekuk dan dijebloskan ke dalam tahanan. Karsini menyadari kalau dirinya kini sedang berhadapan dengan Raja Karang Setra yang juga seorang pendekar digdaya.
Pelahan-lahan Karsini bergerak mundur ke belakang mendekati mulut gua. Sementara malam sudah berganti menjelang pagi. Rona merah mulai terlihat menyemburat di ufuk timur.
Sebentar lagi Puncak Bukit Cangking itu akan terang benderang oleh siraman cahaya sang surya. Karsini berhenti mundur setelah tidak berapa jauh lagi di depan mulut gua. Dan Rangga terus memperhatikan tanpa berkedip. Dia tahu kalau di dalam gua itu ada beberapa orang bersembunyi sambil memperhatikan. Pendekar Rajawali Sakti Itu bisa merasakan adanya hembusan napas halus meskipun keadaan di dalam gua begitu gelap. Malah sukar ditembus pandangan mata biasa.
Belum lagi Rangga sempat membuka mulut, dari dalam gua bermunculan sekitar enam orang berpakaian merah menyala. Mereka semua mengenakan cadar merah tipis, sehingga menyamarkan wajahnya. Hanya mata saja yang tak tertutupi. Enam orang bercadar merah itu berdiri di belakang Karsini. Masing-masing di pinggang tergantung sebilah pedang panjang. Karsini memasukkan kembali Keris Kyai Lumajang ke dalam warangka nya.
"Rupanya kau juga menghimpun kekuatan, Karsini," ujar Rangga setengah bergumam.
"Mereka semua orang yang punya urusan pribadi dengan Adipati Anggara," tegas Karsini.
"Kau selalu menyebut urusan pribadi. Apa yang telah dilakukan Adipati Anggara? Kalau pun dia melakukan kesalahan dan penyelewengan dalam menjalankan tugas sebagai adipati, kau atau teman-temanmu ini bisa mengadukan hal ini pada Raja Karang Setra. Dengan caramu bertindak sendiri seperti ini bisa menimbulkan keresahan yang akan membawamu dalam kemelut besar. Kau dan teman-temanmu bisa dituduh akan melakukan makar terhadap kewibawaan pemerintah Kerajaan Karang Setra," lantang suara Pendekar Rajawali Sakti.
"Karsini, siapa dia?" salah seorang yang berdiri paling kiri bertanya setengah berbisik.
"Dia utusan khusus Prabu Rangga Pati Permadi.” Sahut orang yang berdiri tepat di belakang Karsini. Nada suaranya menunjukkan kalau dia itu seorang wanita.
"Bukan. Justru dia sendirilah Prabu Rangga Pati Permadi," kata Karsini.
Tampak sekali sinar mata enam orang yang berada di belakang Karsini begitu terkejut mendengar kalau pemuda berbaju rompi putih itu adalah Raja Karang Setra. Sedangkan Karsini sendiri hanya menatap tajam pada Rangga. Dia seperti sedang memikirkan kata-kata Pendekar Rajawali Sakti itu tadi. Sementara enam orang berbaju merah yang semuanya mengenakan cadar di wajahnya, saling berpandangan satu sama lain. Entah apa yang ada dalam benak mereka saat itu. Sementara Rangga hanya memperhatikan saja sinar mata mereka.
"Karsini. Sebaiknya kita menyingkir dulu dari sini," usul orang yang berada paling kiri lagi.
“Hmmm...," gumam Karsini tidak jelas.
"Ayolah, Karsini. Jangan membuang-buang waktu lagi di sini," bujuk seorang lagi.
"Baiklah," desah Karsini.
"Pendekar Rajawali Sakti, mungkin belum saatnya kita saling berhadapan. Masih ada yang harus kukerjakan,"
Setelah berkata demikian, Karsini langsung melesat pergi. Enam orang berbaju merah di belakangnya juga bergegas melesat mengikuti. Sedangkan Rangga sama sekali tidak berusaha mengejar, tapi malah membalikkan tubuhnya dan menghampiri Diah Mardani yang kini sudah bisa berdiri kembali. Raut wajah gadis itu mulai kelihatan Segar setelah berhasil mengusir uap racun.
KAMU SEDANG MEMBACA
36. Pendekar Rajawali Sakti : Penari Berdarah Dingin
ActionSerial ke 36. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.