Jangan lupa VOTE 😉
Selamat membaca
***Kini aku hanya mengurung diri dikamar enggan keluar kamar apa lagi keluar rumah moodku sedang berada di fase mager saat ini aku hanya menatap pemandangan yang ada di luar jendela pikiranku ikut terbang bersama lamunanku,di saat pikiranku benar-benar terbang entah kemana,tiba-tiba ada telapak tangan menempel di jendelaku yang membuat diriku kaget bukan main.
"Kuju buset tangan siapa tu!!" Kataku berdiri dari duduk dan memegang dadaku yang berpacu dengan cepat.
Dan tiba-tiba muncul muka Udin dengan mimik wajah konyolnya di depan jendela kamarku,melihat hal itu membuat aku kesal karena ulah Udin aku terkejut dan juga ketakutan dan refleks aku langsung memukul kaca tepat di posisi muka Udin.
"Ternyata lu!, Semprul!" Kataku sambil membuka kaca jendelanya perlahan.
"Ngapain sih?" Tanyaku lagi penasaran kepada Udin kok malam-malam gini datang mengendap-endap.
"Ke tempat biasa yuk,Tio udah nunggu nih" kata Udin sambil duduk di jendela kamarku.
"Hmm males ah!" Sambil memasang muka malas kali ini aku benar-benar malas untuk keluar rumah.
"Kenapa? Gak biasanya gini?" Kini Udin menatap pekat sahabatnya.
"Apa sih singa itu ngak ngasih ijin Lo keluar rumah?" Kata Udin ingin tau.
"Leo Din namanya,bukan singa!" Udin selalu saja memanggil Leo dengan sebutan singa yang membuat aku jengkel.
"Lo ada masalah lagi?".
"Ng...ngak!" Kini aku Melesu mengingat kejadian sore tadi, aku tidak di izinkan keluar rumah dengan ibuku padahal siang tadi Leo sedang bertanding di lapangan dan sangat mengharapkan kehadiranku.
"Udah Lo ikut gue entar di sana Lo bisa cerita segalanya ke gue sama si Tio".
"Hmm oke" jawab singkat aku sambil berjalan membuka pintu kamarku.
"Eeh..eeh Lo mau kemana?" Tanya Udin yang sedikit panik.
Aku mengerutkan keningku heran dengan ucapan Udin.
"Ya mau keluarlah pe'ak!" Kataku yang memasang muka jengah 😒.
"Ngapain lewat pintu sih,lewat jendela aja entar Lo di ceramahin lagi ama nek lampir!" Ucap Udin sambil menghina ibu ibuku.
"Upssss!" Sambung Udin sambil menutup mulutnya dengan tangan.
"Gue pites jidat Lo,bilang Mak gue Mak lampir!" Ancam diriku sambil melompati jendela kamar.
"Iyak elah lu Rin canda doang" sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal (Udin).
"Ngak lucu bangke!" Aku kini di jalan menuju rumah pohon di dekat Empang di gang dekat rumahku.
"Iyeeee maaf deh" ucap Udin bersalah sambil berjalan mengejar langkahku yang cepat.
Sesampainya di rumah pohon aku langsung menapaki anak tangga yang terbuat dari kayu itu dan menemukan Tio yang duduk sendirian dan sedang melamun.
"Eh lu kenapa ngelamun?,entar kesabet setan baru tahu lu" kataku menyadarkan lamunan Tio.
"Iyeeeee,elu sih lama amat dah" kata Tio sambil menggaruk pipinya yang terkena gigitan nyamuk.
"Iye ni Aurin mau keluar rumah aja pakai drama,biasanya tanpa di ajak juga nongol kaya hantu" cicit Udin yang duduk di dekat meja kecil sambil memainkan Uno.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY AURIN(TAMAT)
General FictionHidup memang harus jatuh dan tersungkur dan jangan pula lupa untuk bangkit semua memang terasa berat bahkan mungkin lebih baik mati dari pada harus bertahan di situasi yang berat tapi ingatlah tujuanmu hidup di dunia ini bukan hidup untuk mati tapi...