F: 6

31 19 4
                                    

Masa SMA.

***

Detik berganti menjadi menit, menit berganti menjadi jam, jam berganti dengan hari. Hari pun berganti menjadi bulan, kebersamaan ke-empat sahabat itu terus berlanjut. Kini ke-empat sahabat itu telah menyelesaikan bangku SMP kemudian melanjutkan ke jenjang berikutnya. Mereka menjadi semakin akrab tentunya, meski tidak satu jurusan namun mereka masih bersekolah di SMA yang sama. Namun Arumi dan Aya mereka tetap satu kelas, mungkin mereka berdua itu berjodoh.

"Mantap, gue gak nyangka kita berdua sekelas!" Aya berteriak kegirangan, Arumi mengangguk sambil menunjukkan wajah yang sumringah.

"Yuk kita makan bareng Aksal sama Bayu buat ngerayainnya!"

"Setuju!"

***

"Yah kok kalian satu kelas sih, gak seru ah," Bayu protes.

Aya tertawa, "jodoh gitu loh, emangnya lo sama Aksal. Abal-abal tuh kalian!"

"Yeu, meski gak satu kelas kita mah tetap satu hati. Iya gak Bay?" Aksal berseru tidak terima. Arumi dan Aya sontak bergidik mendengar hal itu.

"Ogah sih, Sal. Nanti gue disangka homo lagi," Bayu menggeleng keras. Membuat Aya dan Arumi tertawa kencang, "bahkan Bayu aja ogah sama lo Sal!"

Aksal menggaruk rambut belakangnya, tidak tahu mau menjawab apa lagi. Sedangkan ketiga temannya kembali tertawa melihat respon lelaki jangkung tersebut.

Bergaul dengan Aya malah membuat ketiga sahabatnya menjadi meniru gaya bicara gadis itu secara tidak langsung, baik Arumi, Aksal, dan Bayu sekarang menggunakan 'lo-gue' sebagai bahasa sehari-hari. Namun tidak untuk semua temannya namun hanya pada circle mereka saja. Agar lebih terasa akrab, katanya.

"Eh udah masuk nih, kita cabut dulu ya?" Arumi beranjak diikuti dengan Aya, kedua lelaki itu hanya mengangguk. Rupanya Aksal dan Bayu masih betah berada di kantin.

Jarak antara kantin dengan kelas Arumi dan Aya tidak begitu jauh, hanya beberapa menit mereka bisa sampai tanpa harus terburu-buru. Namun karena Aya asik mengobrol dengan Arumi tanpa memperhatikan jalan, dia tiba-tiba menabrak seseorang.

"Aduh-" pekik Aya terkejut. Ia menoleh ke arah sumber yang ditabraknya dan meringis merasa bersalah, "maaf ya?"

Lelaki itu mengulas senyum manis di bibirnya, "santai, kamu nggak apa-apa 'kan? Aku juga salah tadi gak lihat depan."

Aya tertegun melihat kelembutan suara lelaki di hadapannya ini, bukannya marah lelaki itu malah mencemaskan keadaannya. Tanpa Aya sadari, pipinya merona karena malu.

"Eh iya nggak apa-apa kok, oh iya nama kamu siapa? Nama aku Aya," entah mendapat keberanian dari mana, Aya ingin mengenal lelaki ini lebih jauh, karena merasa penasaran sekaligus kagum karena kelembutannya.

"Namaku Sean," lelaki itu membalas jabat tangan Aya, masih dengan senyum manisnya menggenggam erat jemari Aya.

"Oh iya, yaudah aku duluan ke kelas ya? Sampai jumpa lagi," Aya pamit.

Sean mengangguk, "sampai jumpa."

Seusai pertemuan singkat itu Aya menjadi berseri-seri, Arumi yang melihatnya jadi sedikit aneh, "idih lo kenapa senyum-senyum?"

Aya berbisik perlahan kepada Arumi, "ganteng banget, Rum. Kayaknya gue naksir deh sama dia."

Arumi menengok lagi ke belakang, mengingat wajah lelaki bernama Sean tadi. Alisnya tebal, hidungnya mancung, serta kulitnya yang putih bersih. Sepertinya lelaki itu keturunan Arab.

"Kenapa gak sekalian aja lo minta nomer Whatsappnya?"

"Malu."

"IDIH SOK BANGET MALU-MALU BADAK!" Arumi tidak tahan untuk mencibir gadis bernama Aya ini, pasalnya baru sekarang dia melihat sahabatnya jatuh cinta dengan seorang lelaki. Karena Aya termasuk perempuan yang cuek dan kurang peduli dengan masalah percintaan, tapi rupanya dengan Sean hatinya menjadi goyah.

"Sst- lo bar-bar banget sih."

"Bodo! Mau lapor ke Aksal sama Bayu ah!"

"Jangan dong nanti gue diledekkin gimana?" Aya melotot ke arah Arumi.

"Suka-suka gue dong!" lalu Arumi berlari meninggalkan Aya, gadis itu langsung berteriak, "Woy awas lo ya, ARUMI!!"

Tanpa mereka sadari hari itu menjadi awal mula dari segalanya.

***

Haiiii gaes, semoga menikmati chapter ini ya! Love ya❤

FRI(END)STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang