Prolog

1.1K 117 52
                                    

        Layaknya hari sebelum-sebelumnya, pagi kembali datang menyapa, membawa kicauan burung yang berteriak gelisah melihat matahari keluar dari persembunyiannya. Pagi sangat bersahabat, namun, berbeda dengan pagi yang nampak ceria, seorang laki-laki justru berjalan dengan kantung mata yang selebar globe.

Namanya Kim Bobby. Lelaki bergigi kelinci yang berjalan lesu dengan menggendong tas hitam di bahu kanannya. Biasa dipanggil Bobby atau Ibob atau Bobeh atau Babi. Pokoknya terserah! Terserah kalian mau panggil dia apa, dia enggak peduli.

Yang ada diotaknya hanya tidur. Dia harus tidur sekarang.

Bisa dibilang paginya hari ini seburuk wajahnya, eh gak deng bercanda. Paginya sangat hancur. Dia tidak bisa tidur semalaman karena sengaja bergadang untuk menyelesaikan game yang baru saja dibelinya minggu lalu. Lagian, Bobby gondok aja gitu sama Hanbin yang dengan sombongnya pamer kalau dia sudah menyelesaikan game itu dalam satu hari.

Bobby juga bisa. Dia bahkan Cuma nyelesain dalam dua puluh delapan jam.

Keren kan?

Enggak. Itu gila!

Cuma Bobby orang gila yang nyelesain game berseri lima dalam waktu dua puluh delapan jam.

Selain gila, lelaki bergigi kelinci itu juga aneh.

Kayak sekarang.

Tiba-tiba aja dia lari dengan keceatan tinggi begitu sampai dikoridor sekolah, padahal tadi pas sampai di parkiran, lelaki itu masih berjalan dengan ogah-ogahan.

Jennie jadi berasa sehabis di terpa badai karena Bobby melewatinya langsung meloncat kaget sambil menggenggam lengan Lisa dengan kencang. Sampai Lisa juga ikut kaget, hampir aja dia nyelem di gorong-gorong. Untung Lisa memasang kuda-kuda, walaupun aneh. Tikus yang ngumpet digorong-gorong aja sampe ngetawain.

“Kenapa sih Jen! Untung gue enggak kecebur” oceh Lisa yang menggenggam ponselnya dengan kuat.

Jennie memberengut, mendengus kesal menatap koridor kosong didepannya. Dia pengen memaki Bobby, eh orangnya udah kabur. Gajadi deh.

“Itu anjir si Bobby ga ada akhlak. Udah tau jantung gue lemah, masih aja bikin kaget” ujar Jennie membela dirinya. Lah, dia kan enggak salah. Itu semua salah Bobby yang tiba-tiba lari pake gaya Naruto. “Lagian tuh anak ngapain coba lari-larian. Bel masuk aja masih lama” lanjut Jennie seraya menatap jam yang melingkar ditangannya sekilas tadi.

Lisa mengangguk-angguk, membuatkan bibirnya tanda maklum “Paling mau tidur. Kayak enggak tau Bobby aja Jen. Tujuan dia kesekolah kan memang Cuma numpang tidur, ngerti pelajaran mah bonus”

“Tapi enggak usah lari-larian juga kali, kayak pengen ngambil sembako aja” ujar Jennie kembali merangkul bahu Lisa untuk melanjutkan perjalanan mereka kekelas.

Sekolah ini sangat normal. Terdapat empat lantai. Lantai dasar biasanya digunakan sebagai kawasan para guru, entah itu ruang guru, ruang BK, ruang tata usaha, dan ruang ruang lainnya. Lantai dua dikhususkan untuk siswa kelas sepuluh, lantai tiga khusus siswa kelas dua belas. Dan lantai terakhir yang paling apes dan bar-barnya minta ampun itu khusus siswa kelas sebelas yang adabnya udah awut-awutan. Kantin terletak di lantai dasar, namun karena murid kelas sebelas terlalu pintar atau sok ide, mereka ngebangun kantinnya sendiri, hasil dari menyulap gudang yang tak terpakai. Alasannya sederhana, mereka tidak mau capek-capek turun tangga dan ngabisin energy. Bias-bisa, abis makan dari kantin, mereka malah laper lagi karena capek naik tangga

Karena tingkat ke bar-barannya sudah melebihi maksimum, sampe malaikat aja bingung nyatet dosa mereka. Mereka sampe buat kolam ikan sendiri. Niatnya sih kolam renang, tapi karena spacenya Cuma cukup buat satu orang jongkok, di alih fungsi menjadi kolam ikan. Soal lapangan? Jangan ditanya. Saking magernya mereka buat turun ke bawah, mereka malah nyulap kelas ketika istirahat menjadi lapangan basker mendadak. Khususnya Hanbin – ketua kelas XI IPS 5. Dia sampe patungan beli ring basket sama speaker dangdut buat disimpen dikelasnya.

“Tuh kan bener! Merangkai mimpi lagi tuh doi” celetuk Lisa sambil menaruh tas digendongannya. Namun matanya menatap Bobby dengan kekehan dibibirnya.

Bobby mengambil tempat terenak dalam sejarah perkelasan. Bangku pojok paling belakang dengan jendela yang terbuka lebar. Angin yang masik bisa bikin kalian kerokan.

“BIN! BASKET GAK?!”  teriak Yoyo yang baru saja masuk. Bukannya menaruh tas, lelaki itu malah melempar tasnya kesembarang arah karena Hanbin yang menjawab ajakannya dengan antusias besar.

“KHUY!” jawab Hanbin yang sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya. Eh bukunya malah dilempar-lempar sembarangan, gak tau dah gimana nasib buku Hanbin saat ini.

Seluruh pasukan cowok kelas XI IPS 5 langsung bergerak. Tanpa aba-aba yang jelas, mereka langsung mendorng meja dan kursi ke sudut kelas. Bahkan mereka telah menyeret ring basket portable hasil patungannya. Berbeda dengan pasukan cowok yang antusias. Pasukan cewek justru mendengus karena ada banyak dari mereka yang sedang asik nyatok malah kegusur.

“Si kambing satu ini ya. Anjir! Bentar kek, separo lagi ini” protes Sana sambil mendelik kesal karena bangku yang didudukinya ditarik-tarik oleh Jaehyun. Bahkan kabel catokannya sudah dicopot dengan tidak berperasaan oleh Jae membuat sama terpaksa mengalah walaupun tidak rela “Pantes lu pada jomblo! Enggak ada care-carenya sama cewek”  tentu saja Sana meninggalkan kalimat yang membuat mereka mendengus kesal.

Jennie mendengus “Warga kelas ini enggak ada yang waras apa, astaga! Pengen kawin aja gue” celetuk Jennie menarik Lisa keluar dari kelas.

Dia lelah.

Mungkin kalau cewek mereka berani pengen ngusir. Tapi kalau Bobby yang udah tidur dipojok, enggak ada tuhb yang berani mendekat – kecuali Hanbin. Soalnya gini. Pernah tuh Pak Siwon ngebangunin Bobby, eh malah digigit sama Bobby. Nah, besoknya Pak Siwon enggak masuk sekolah karena tetanus. Sebenernya bukan salah Bobby sih, Pak Siwon kena tetatus karena ada paku didalam sepatunya.

Tapi tetep aja.

Gara-gara Bobby, sepatu Pak Siwon ada pakunya.

Jinan yang melihat Bobby sedang tidur langsung mendorong Hanbin dengan maksud membangunkan Bobby yang justru dibalas dengusan keras dari lelaki bangir itu. Kalau boleh jujur, Hanbin juga takut sama Bobby, galak ih, gak suka Hanbin tuh. Tapi ya gimana lagi, terpaksa dia mendekat dan menutup hidung dan mulut Bobby membuat Bobby tidak bisa bernapas.

Mampus lu wkwkwk batin Hanbin berteriak senang.

Bobby yang udah ngap-ngapan langsung menjangkau rambut Hanbin dan menjambaknya dengan kencang. Sampai-sampai kepala Hanbin yang tadinya jauh, menjadi menempel dengan meja.

Keduanya tersiksa, dan mereka melepaskannya dengan bersamaan.

“Sialan. Hampir mati gue” ujar Bobby yang wajahnya sudah lepas dari jangkauan tangan Hanbin. Hanbin juga masih sakit, dia mengusap kulit kepalanya sambil meringis “Perih anjing! Ngejambaknya pake tenaga babi”

Bobby mendengus, menghiraukan ocehan Hanbin malah kembali menenggelamkan kepalanya di lupatan tangan.

Tentu saja mendapat kelepakan dari Hanbin

“Cabut Bob. Tidur di deket kolem aja, pengen main basket ni” ujar Hanbin sambil menunjuk barisan murid yang ikut menyimak percakapan kedua orang itu.

“Nyusahin”

Bobby mendengus kesal namun bangkit dari tempat dudukmya. Bahkan dia menggeser meja yang dipakainya keujung agar ruang kosong lebih luas. Lelaki itu berpamitan pada teman teman dikelasnya sebelum akhirnya keluar untuk menuju kolam ikan. Dia tidak tidur di kolam, basah dong nanti. Dia tidur di ruangan rahasia dekat kolam. Hanya sebagian murid yang tau, karna disana terdapat kasur empuk yang Bobby bawa dari rumah. Kalo banyak yang tau nanti kasur Bobby jadi bau apek.

Diperjalanan dia berpapasan dengan Rose yang menatapnya bingung.

“Loh Bob?! Mau kemana?”

“Nyelametin dunia” ujarnya sambil terus berjalan tanpa menoleh kearah Rose sama sekali.

“Oh tidur” ujar Rose ikut berlalu.

Sebagian orang memulai hidupnya ketika mereka bangun. Berbeda dengan Bobby, dia memulai hidupnya ketika dia menutup mata.

SLEEP (Bobsoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang