If I'm gonna die, let's die somewhere pretty
Troye Sivan – Take Yourself Home
***
"Hmph, pengen main tiktok" celetuk June yang sedang berjaga malam membuat seorang gadis yang tadinya tertidur disampingnya langsung terbangun.
Semua memiliki shift jaga masing-masing, kali ini Rose dan June dipasangkan untuk menjaga pintu depan ketika yang lain sedang beristirahat. Tadinya, Rose ingin memejamkan matanya untuk tertidur sebentar, namun mendengar celetukan sampah June, gadis itu kembali terbangun.
"Jun, really? It's 2 am" ujar gadis blasteran Australia itu "Cuma lo orang aneh yang mau main tiktok pas keadaan kayak gini"
June menatap Rose kemudian terkekeh kecil "Eh, udah bangun hehe, cepet banget. Tapi serius pengen ikutan feeling good kayak orang-orang"
"Feeling good your head! Dumbass!"
"Hahaha, tidur lagi aja Je, gue cuma asal ngomong doang. Syu syu syu syu" ujar June menarik kepala Rose untuk kembali tidur di bahu kirinya.
Bagian tubuh atas sebelah kanan June bisa dibilang hampir lumpuh. Tangan kanannya tidak dapat digerakkan karena luka bakar yang parah. Sebelum dapat berlindung ditempat ini, June berkeliaran sendiri dan akhirnya apes karena bertemu monster yang mengeluarkan api dari mulutnya. Kalau saja Mino dan perlengkapan canggihnya tidak datang membantunya, mungkin dia akan mati terbakar.
Pada awalnya, June melarikan diri dari sekolah setelah semua murid bertingkah panik. Saat itu dia sedang sengaja bolos kelas dan berdiam diri di rooftop, dari atas dia melihat semua murid berhamburan keluar dan makhluk aneh mengejar mereka. namun saat dia ingin melarikan diri dengan meloncat di atap, dia justru bertemu monster yang sedang memanjat tembok dan akhirnya dia terluka.
Rose melipat tangannya didepan dada kemudian meringkuk merapat pada June karena dia kedinginan. Tangan June kini terarah pada jaket tebal miliknya yang tergantung pada kursi, lelaki itu menutupi tubuh Rose dengan jaket miliknya yang hampir hancur itu "Dingin banget ya? Diluar kayaknya ujan"
"Gue penasaran monster-monster itu ngapain pas ujan gede kayak gini" celetuk June lagi yang membuat kening Rose berkerut.
"Neduh, mungkin? Kata Xiu setengah dari mereka manusia, pasti mereka juga mikir gimana caranya bertahan hidup" jawab Rose seraya menatap lelaki dengan senyum lebar itu "Hmm, Jun, orang tua lo udah bisa dihubungin?"
June menggeleng, semenjak gejala monsterisasi berlangsung, dia langsung kehilangan kontak dengan orang tuanya. Lelaki itu menatap lurus pada rak snack ringan sambil tersenyum getir "Rumah gue satu komplek sama sekolahan, harapannya kecil sih kalo mereka masih hidup sebagai manusia"
"Lo sendiri gimana? Udah ngehubungin orang rumah?"
Rose mengangkat bahunya "Gue harap orang tua lo baik-baik aja. Well. Both my parents die before I turned 10. Gue anak tunggal, enggak punya saudara sekandung ataupun saudara jauh. Jadi, gak akan ada yang gue khawatirin disituasi kayak gini. Gue bener-bener hidup sendiri"
"Oh, sorry, gue gak tau" jawab June menggaruk tengkuknya karena canggung.
Rose terkekeh kemudian menjawab "No, it's okay, I don't mind. But, you Jun. Are you sure, you're okay?" tanya Rose yang masih melihat kegetiran tergambar dari wajah lelaki disampingnya itu "You can talk to me"
"Kalo hari ini kayak hari-hari sebelumnya, mungkin sekarang gue belom sadar kalau nyokap sama bokap memang tempat gue pulang. Gue nyesel enggak pernah ngobrol banyak bareng mereka berdua padahal mereka selalu gangguin gue sampe gue mikir mereka annoying dan akhirnya kabur dari rumah"
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEP (Bobsoo)
FanfictionOrang-orang memulai hidupnya ketika mereka membuka mata. Namun, Bobby sebaliknya.