[4]

77 5 2
                                    

16 Mei 2019
Hari itu aku ron Surabaya untuk kesekian kalinya. Sampai di Surabaya aku menuju rumah Bu Wenny, ibu angkatku di sana. Kebetulan suami Bu Wenny dulunya seorang pilot TNI AL dan sekarang sudah berdinas di Wings Air, satu grup dengan maskapaiku. Aku sengaja menyempatkan mememui Bu Wenny karena sudah lama aku tak bertemu dengannya.

Malamnya, aku janjian lagi untuk nonton film dengan mas Dani. Sayangnya aku lupa film apa yang kutonton saat itu. "Vi mas agak telat ya jemputnya ini baru pulang", kata mas Dani. Aku memaklumi karena pekerjaannya. Sambil menunggu kedatangan mas aku mandi dan prepare ala kadarnya. Kebetulan aku salah membawa baju. Hanya baju lengan panjang hitam dan rok. Yasudahlah apa boleh buat.

Mas Dani sampai di depan rumah setelah aku share lokasi rumah lewat aplikasi whatsapp. Ia memakai jaket biru tua, celana kain krem, dan sepatu. Setelah berpamitan kami berangkat.
"Wah Vi keburu nggak ya ini?"
"Keburu inshaallah mas"
"Mas ngebut ya Vi? Udah jam berapa ini?"
"Mau jam 21.00 mas. Yaudah gak apa-apa ngebut mas"
"Kalo gak keburu kita nanti beli tiket lagi nonton yang lain ya?"
"Ah ngga usah mas, kalo telat kita mending makan aja"
"Okedeh"

Mas Dani sengaja ngebut hanya sekedar untuk memburu waktu nonton kami, 21.15. Melewati dua mobil yang bersebelahan. Aku sangat takut sejujurnya, tapi sesungguhnya aku merasa pasti mas Dani menjagaku dan tak akan membuatku celaka. Belum setengah perjalanan ternyata motor yang kami tumpangi, yap si merah dengan single spion itu tampak tak stabil. Bannya kempes, hahahaha. Lucu dan aku tertawa. Karena kami sudah buru-buru dan bannya kempes, kapan lagi bukan? Sungguh menarik hari itu.
"Wah gimana ini Vi ban e kempes?"
"Yaudah minggir dulu sambil cari tambalan ban"
"Nontonnya gimana ini jelas telat"
"Masih aja ya bahas nonton, itu lo mas bannya pecah, hahaha"
"Lha iyalo kok apes"
"Eh itu ada ban ban"
"Yaudah kesana dulu ya"

Sambil menunggu ban motornya diperbaiki mas Dani masih saja membingungkan masalah nonton. Padahal dalam hatiku nggak perlu nonton pun aku sudah senang ada di dekatnya. Dia sibuk mengotak-atik web XXI di hpnya berharap ada film lain yang bisa kami tonton jika telat. Aku hanya bilang, "Udah ngga usah mas, kita kalo telat juga bentar kok mas kayaknya". Tak lama bannya selesai diperbaiki dan kami lanjut ke Tunjungan Plaza Mall. Mas ngebut dengan kekuatan super, haha.

Sesampainya di Tunjungan Plaza Mall kami bergegas ke XXI lalu segera cetak tiket. Bisa-bisanya mas sempat membeli hotdog, kentang, dan minuman. Masuklah kami ke dalam bioskop dan benar saja sudah dimulai filmnya. Telat, tapi tak terlalu lama. Lanjutlah kami menonton. Di sela-sela menonton, entah sengaja atau tidak mas menyuapi hotdognya.
"Mas, aku ngga suka hotdog, sosisnya maksudku"
"Yaudah mas pisahin, mas makan sosisnya, kamu rotinya ya"
Mas menyuapiku dengan canggung. Lucu aku melihatnya.

Setelah nonton kami mampir makan tahu telor khas Surabaya. Sayangnya mas kelihatan tak menikmatinya. Dia sempat ke toilet, sakit perut dan mual. Aku khawatir. Kuajaknya pulang. Sesampainya di rumah aku dan Bu Wenny hendak membuatkan mas teh hangat. Sayangnya gas habis. Aku tertawa kenapa ada-ada saja hari ini. Seketika Ibu memesankan mas McD dekat rumah. Burger, kentang, dan teh panas.
"Udah jam berapa ini Vi?"
"00.15an mas hehehe"
"Mas pulang mess aja deh ya udah malem"
"Ini udah pagi kali mas. Yah gimana dong udah dipesenin ibu?"
"Waduh gak usah harusnya repot-repot"
"Gak apa-apa mas tunggu ya mas ya"
"Yaudah deh Vi"

Sambil menunggu aku mengajak mas main King Ludo di hpku. Perjanjiannya, yang kalah akan mendapat hukuman. Ternyata aku kalah. Disitu pesanan makanan kami juga sampai. Diminumnya teh panas dan mas bilang, "Kalah tuh kamu hukuman-hukuman".

Sudah hampir pukul 01.20 mas pamit pulang dan mengajakku ngobrol di depan rumah. Ia menyuruhku duduk di motonya.
"Wah belum dapet hukuman ya tadi"
"Apalo mas udah pagi ini"
"Sini duduk dulu"
"Apa apa"
"Itukan di depan ada sungai tuh eh tapi gak ada airnya ya"
"Ishh aku disuru apa"
"Yaudah kamu jawab pertanyaan mas ajadeh"
"Apatuu"
"Mau gak jadi pacar mas?"

Bingung, seneng, canggung campur jadi satu. Aku sempat berpikir dan mengulur waktu. 01.24, 17 Mei 2019, "Iya mas mau", jawabku. Masih canggung dan rasanya masih campur aduk. Mas Dani pamitan pulang dan disitu aku salim padanya pertama kali. "Hati-hati mas", salam pisahku.

-

Tak kusangka...
Ternyata benar dia, mas Dani
Sosok pria yang aku berikan boarding passku
Pria yang aku kagumi dari awal aku melihatnya
Yang amat tak kusangka dapat mengenalnya
Entah bagaimana cara, waktu, dan prosesnya?
Mas yang bisa masuk x-ray tanpa sengaja
Melewati jalanan bandara yang rumit dengan mudahnya
Bisa duduk di pesawatku dan mendapat kelas VVIP
Yang bisa menyempurnakan proses penerbanganku
Ready for take off, mas?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLEARANCE for LANDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang