"Kamu keterlaluan Bim!"
Pak Silo mencambuk Abim bertubi - tubi hingga meninggalkan bekas merah pada tubuh Abim."Aku tak pernah mengajarimu kasar pada wanita, beraninya kau lempar vas pada Nayya!!!"
Pak Silo terus memarahi Abim sambil mencambuknya. Abim hanya diam menunduk sesekali nyengir menahan sakit. Sementara Anton hanya diam memandang kejadian itu di sudut ruangan.
"Kakek!!" Nayya berteriak menyerbu tubuh Abim menahan tangan Pak Silo.
"Apa yang Kakek lakukan?"
"Biar aku hukum anak gak tahu diri ini Nay!"
"Tidak dengan cara ini Kek! Apa salah Abim sampai Kakek lakukan ini?"
"Dia bilang dia sudah menyakitimu, dia bilang dia melempar vas padamu. Bagaimana jika kamu terluka?"
"Dia tidak sengaja Kek! Dia reflek melempar vas, dia tak sadar aku berada di arah vas itu terlempar Kek!"
Pak Silo menjatuhkan cambuknya, terkulai lemas di atas kursi roda. Sorot mata merah itu kini mengembun dan meneteskan bulir air mata. Pipi keriputnya menahan air mata itu hingga berhenti di sana. Tangan tuanya mengusap bulir itu.
"Ini rumah tangga Nayya dan Abim, Kek! Tolong jangan ikut campur. Kalau Abim keterlaluan aku juga tidak akan tinggal diam Kek! Percayalah pada Nayya Kek! Nayya mohonnnn ...." Nayya menangis dalam pangkuan Pak Silo. Pria yang mulai tak bertenaga itu mengusap rambut Nayya.
"Jangan ragu minta bantuan Kakek Nay! Kakek akan bersikap adil meski Abim cucu Kakek sendiri." Nayya mengangguk.
"Mbak Mira tolong bawa Kakek ke kamar ya?" Pinta Nayya. Mira segera melakukan perintah Nayya.
Nayya membantu Abim bangkit dan berjalan menuju kamar. Anton turut membantu di sisi lainnya. Abim dibaringkan di atas ranjang. Shella memberikan salep pada Nayya. Dengan segera Nayya mengobati luka Abim."Kenapa kamu berbohong pada kakek?" Nayya bertanya sesekali meniup luka Abim jika dilihatnya Abim kesakitan.
"Pasti dia sedang sakit Nay!" Sahut Shella.
"Rupanya kamu masih ingat dengan kebiasaanku La!"
"Aku ingat semua Mas! Tapi kamu yang sekarang tak seperti yang kami kenal dulu. Kamu seperti orang lain Mas." Shella menitikkan air mata, lalu meninggalkan kamar.
"Meski kita bukan saudara kandung tapi kami peduli padamu Bim! Kami masih ingat betul setiap kamu sakit, kamu sengaja cari masalah agar ayah atau bapak menghukummu. Jadi sakitmu bisa tersamarkan seolah karena hukuman. Aku senang hari ini kamu lakukan hal yang sama. Setidaknya masih ada yang kami kenali darimu. Lekas sembuh Bim!" Anton pun berlalu pergi.
"Apa maksud Mas Anton?" Nayya bertanya saat Anton telah menutup pintu.
"Aku ini munafik Nay! Aku lemah bahkan sangat lemah. Aku iri pada Mas Anton yang selalu terlihat begitu kuat. Jadi setiap kali aku sakit entah demam atau flu berat, aku sengaja membuat kakek dan papa marah, supaya mereka menghukumku. Setelah dihukum jika oranglain tahu aku sakit mereka tahunya karena hukuman bukan karena aku lemah."
"Itu kan dulu Bim, sekarang harusnya kamu mikir jawara sekalipun bisa sakit kok!"
"Kan gak lucu Nay, kalau preman kayak aku sakit."
"Ishhh ... malah bercanda." Nayya menekan kuat tangan Abim yang merah.
"Auhhh ... sakit Nay!"
"Preman bisa sakit ya?"
"Nggak kok! Cuma pura - pura sakit."
"Ya ya ya! Istirahatlah! Kubuatkan bubur."
"Maafkan aku Nay!" Abim menahan tangan Nayya yang ingin melangkah pergi. Nayya mengernyitkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELABUHAN CINTA (End)
RomanceNayya sedang bingung dengan kondisi keuangan keluarga. Tanpa sengaja menemukan sebuah tas berisi uang dan surat berharga. Atas kejujurannya barang itu dikembalikan pada sang pemilik. Bukannya mendapat ucapan terima kasih, Nayya malah mendapat hukuma...