0.5

2.5K 362 67
                                    

Felix sadar betul bahwa ia tengah disidang sekarang ini.

Laki-laki manis itu menunduk, menekuri meja kantin yang penuh hiasan bercak kuah bakso yang berkombinasi dengan tumpahan es teh yang sudah mengering sehingga sulit untuk dibersihkan. Jemarinya bergerak, menggulung mie ayam di dalam mangkuk yang sudah mengembang karena tidak kunjung dimakan, tidak nafsu. Takut-takut, ia melirik Jisung yang duduk tepat di depannya.

Cowok bersurai kecoklatan itu menatapnya dengan mata memicing tajam. Kedua lengannya terlipat rapi di depan dada, membuat gestur yang kerap ia gunakan ketika ngambek. Bibirnya membentuk satu kurva lengkung ke bawah, cemberut.

Mereka memutuskan untuk pergi ke kantin karena kelas sudah mulai dipadati oleh teman-teman yang sudah kembali setelah mengisi perut.

Suasana yang ramai tentu tidak kondusif bagi Jisung untuk menginterogasi Felix, dimana banyak manusia bergender perempuan yang turut kepo melempar tanya pada Jisung sebelum Felix kembali ke kelas mengenai apa hubungan antara Felix dan kakak kelas mereka yang digandrungi lebih dari setengah populasi hawa di sekolah mereka.

Sesaat setelah Felix menjejak kembali ubin kelas dengan muka lesu, Jisung tentu langsung menyeretnya pergi sebelum sahabatnya itu dirubungi oleh cewek-cewek itu. Felix hanya menurut karena tenaganya tersedot habis setelah menjambaki, menggebuk, dan mengomeli Chan di ruang siaran tadi.

Jisung mengernyitkan dahi, menatap Felix curigas sembari menarik gelas es tehnya mendekat.

"Sejak kapan?"

"Apanya?" Felix balik bertanya enggan, tahu kemana percakapan ini akan Jisung bawa.

"Kamu sama Kak Chan." Jisung berdecak. "Udah berapa lama?"

"Apanya?"

"Apanya terus ih!" Satu desis tercetus dari si tupai mungil. "Kalian udah pacaran berapa lama?"

"Enggak pacaran, kok! Males banget, aku liat mukanya aja udah bosen." Yang berambut blonde mengeluh.

"Terus tadi itu apa?" Jisung beringsut mendekat, penasaran. "Kak Chan ngapain ngomong kaya gitu di radio? Kenapa ngumumin ke seantero sekolah kalau suka sama kamu?"

"Aku juga gatau!" Felix menggeleng, frustasi.

"Fel, dia mantan ketos loh. Anak olim Biologi lagi. Bukan orang biasa. Kenapa-"

"Ji, jangan tanya aku. Aku juga bingung." Cowok bersurai blonde menghela nafas panjang, melepas penat dalam hembusan karbondioksida yang perlahan mengawang di udara.

"Gimana awalnya?"

Felix membuang muka, berusaha mengingat-ingat. "Awal MPLS."

"Terus?"

"Inget ngga pas aku keseleo gara-gara jatuh? Nah aku kan cerita ke kamu kalau dianter pulang sama kakak OSIS. Itu Kak Chan."

"What?!" Jisung nampak tidak terima. "Kenapa kamu ga cerita kalau dianter kakel hot overload ples pemes ga ketulungan kaya dia?!"

"Karena... itu ga penting, maybe?"

"Oke, aku jadi heran setinggi apa seleramu soal cowok." Jisung memutar bola mata, jengah. "Terus?"

"Yaudah gitu doang. Dia minta nomer aku, dan ngomong-"

Raut geli yang kentara terlihat mengaliri air muka Felix setelahnya, "-'Dek, saya suka. Mau izin PDKT-in kamu, boleh?'."

Sedetik berselang setelah si blonde beri tanda titik pada akhir kalimatnya, yang bersurai coklat terang didera shok luar biasa. Sepasang mata almond yang sedari awal sudah besar kini membulat sempurna, bersamaan dengan mulutnya yang menganga tidak percaya. Ia menatap sahabatnya dengan alis bertaut dan jemari mungil menutup bibir dengan dramatis.

Temporary [ChanLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang