Chapter 3

377 61 14
                                    

"Aku hanya kebetulan lewat, Lily. Kau tidak berharap kalau aku mengikutimu, bukan? Karena kalau aku mengikutimu, kau tidak akan menabrak orang lagi hari ini."

"Kau mengikutiku!" Seruku tidak percaya karena Lay tahu aku menabrak orang lagi hari ini.

Lay menggeleng pasrah, "Tidak, Lily. Aku hanya menebaknya. Dan ternyata itu benar. Aku juga punya pekerjaan, Sayang. Walaupun aku ingin disisimu 24 jam, tapi aku tidak bisa."

Aku hanya diam, berusaha tidak memperhatikan makhluk tampan disebelahku ini. Tapi entah kenapa mataku menolak mengalihkan tatapan dari sosoknya yang sangat tenang itu. Rambutnya, matanya, hidungnya, bibirnya. Semuanya terlihat seperti dipahat.

 Semuanya terlihat seperti dipahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu sempurna!

"Apa aku benar-benar tampan, sampai kau menatapku sepeti itu, Lily?" Tanya Lay begitu tiba-tiba dan diiringi cengiran yang membuatku menyadari sesuatu.

Dengan perlahan aku menjulurkan tangan ke wajahnya dan menyentuh sebuah lengkung kecil namun dalam di pipi kanannya. "Kau punya dimple." Bisikku pelan dan segera menarik tanganku saat aku sadar wajahnya terasa sangat dingin di tanganku.

"Kau pasti terkejut. Sepertinya pendingin mobil terlalu dingin." Ujarnya kering tanpa menatapku sedikitpun.

Aku membuang perhatianku ke jendela. Bukan karena pendingin mobil. Rasa dingin itu seperti kau sedang menyentuh es. Dan bagaimana mungkin tubuhnya bisa sedingin itu saat ini? Tidak ada tubuh manusia yang bisa sedingin itu dan tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

"Aku hanya bisa mengantarmu sampai disini. Nanti malam aku akan menjemputmu." Ujar Lay begitu kami tiba di rumah dan dia telah mengeluarkan semua belanjaanku dari dalam mobil.

"Tidak perlu. Terima kasih sudah mengantarku pulang." Ujarku berusaha tetap sopan walau pikiran-pikiran tentang kejadian tadi masih memenuhi kepalaku.

Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan meletakkan semua barang belanjaanku begitu saja di atas meja makan dan berlari ke kamar untuk mandi. Dan dalam waktu kurang dari 20 menit aku sudah mengunci pintu rumah kembali untuk bergegas ke toko karena aku benar-benar sudah terlambat untuk membuka toko.

Sepanjang sisa hari ini berjalan normal seperti hari-hari sebelumnya kalau kenyataan Lay tadi sore mengantarku pulang dianggap tidak terjadi. Pelanggan yang datang ke toko nyaris seperti biasa, tidak terlalu ramai, dan tidak juga sepi. Walau aku sempat sedikit takut saat beberapa orang laki-laki mengenakan jaket kulit masuk dan hanya membeli permen lalu bertanya ini dan itu sebelum pergi. Yang anehnya adalah, begitu mereka sampai diluar, mereka membuang permen itu ke dalam tempat sampah tanpa memakannya. Dan saat aku baru akan memesan makan malam di restoran kecil disebelah, seorang pelanggan masuk. Dia bukan pelanggan biasa. Pelanggan ini adalah laki-laki yang sama dengan yang kutabrak di supermarket tadi siang.

 Pelanggan ini adalah laki-laki yang sama dengan yang kutabrak di supermarket tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Night Of The Darkness (EXO Saga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang