Aku menatap langit malam musim dingin London yang terbentang luas di atasku saat ini. Selalu seperti ini. Hitam dengan sedikit bintang. Awan menggantung dimana-mana hingga menutupi bintang-bintang di langit, sekaligus mengancam para manusia untuk segera menyelesaikan urusan di luar rumah karena hujan salju akan segera turun.
"Seandainya sekarang bukan musim dingin, toko pasti tidak akan ramai dan aku bisa pulang lebih cepat untuk menghangatkan tubuh di rumah." Gerutuku sepanjang jalan sambil memperhatikan orang-orang disekitarku yang sudah mulai sibuk menyiapkan persediaan bahan makanan di rumah kalau-kalau musim dingin kali ini cukup buruk dan menghambat kegiatan normal apapun.
Bahkan aku sendiripun sudah mulai membawa beberapa barang-barang yang diperlukan untuk musim dingin nanti dari toko. Setidaknya kalau salju menumpuk tinggi dan menyebabkan pemblokiran jalan, aku tidak akan terkurung kelaparan dan kedinginan di rumah.
Tiba-tiba saja kepalaku membentur sesuatu yang cukup keras namun juga terasa lembut. "Ups... Sorry." Bisikku pelan saat aku menabrak sesuatu yang kusadari_beberapa detik kemudian_adalah punggung seorang laki-laki ras Asia.
Rasanya aku sering membaca adegan seperti ini di banyak novel-novel fiksi saat sang wanita bertabrakan dengan laki-laki yang nantinya akan menjadi bagian hidupnya. Tapi percayalah, sulit untuk tidak menabrak seseorang saat kau berjalan di trotoar yang dipenuhi orang-orang seperti saat ini. Sebagian besar dari mereka sama denganku, terburu-buru untuk segera mencapai rumah masing-masing sebelum udara semakin dingin dan membekukan.
Selama beberapa detik aku menatap laki-laki dihadapanku dengan seksama meski itu cukup tidak sopan. Mungkin dia dari kawasan Asia Timur. Hanya saja aku tidak bisa memastikan negara mana tepatnya. Memang tidak aneh ada banyak suku bangsa di London.
Laki-laki itu hanya tersenyum lalu mengambil kantong belanjaku yang terjatuh begitu menabraknya tadi. "Kau tidak terluka, Nona?" Tanya laki-laki itu lembut.
Ya Tuhan!
Ada banyak sekali laki-laki tampan yang sering datang ke toko hanya sekedar membeli permen karena ingin melihat Sandara_teman yang satu shift denganku yang kebetulan bertubuh mungil dengan wajah luar biasa cantik_tapi pria ini bukan hanya tampan. Dia seakan diciptakan Tuhan untuk menggantikan Rafael, malaikat yang konon katanya merupakan malaikat paling tampan. Bibirnya benar-benar membuatku nyaris seperti remaja yang sedang jatuh cinta hingga tidak bisa mengalihkan perhatian ke tempat yang lain, bukannya wanita 24 tahun yang seharusnya sudah dewasa.
Laki-laki itu meraih tanganku dan menggenggamkan pegangan kantong belanjaan padaku. "Lain kali, berhati-hatilah kalau berjalan, Nona. Dan berbahaya jalan sendirian di malam hari untuk wanita sepertimu." Ujarnya lalu melewatiku begitu saja sebelum aku sempat mengatakan apapun atas bantuan kecilnya itu.
Aku hanya terpaku diam. Apa maksudnya dengan wanita sepertiku? Dan sekarang baru jam 12 malam. Tidak pernah ada kata terlalu malam di kota seperti London yang memang tidak memiliki jam malam. Lihat saja trotoar pejalan kaki ini. Masih sangat ramai dilalui orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Of The Darkness (EXO Saga)
Roman d'amourHidup Lily selama ini hanya berkisar antara toko, apartemen, dan sahabatnya, Dara. Menjadi yatim piatu membuat Lily mandiri. Namun segalanya berubah saat Lily bertemu dengan pria tampan, wajah yang membuat wanita bergelimang dosa, di malam yang ding...