Part 2 Gadis Itu ... Siapa Dia?

135 44 35
                                    

Mentari pagi bersinar terik menembus kaca jendela kamar yang terbuka sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari pagi bersinar terik menembus kaca jendela kamar yang terbuka sedikit. Kupandangi tampilan diri di depan cermin sambil membetulkan kancing seragam putih yang masih memperlihatkan separuh dadaku.

Monoton. Bangun pagi, mandi pagi, makan pagi, berangkat sekolah, pulang sekolah, mandi, bimbel, lanjut belajar, dan tidur. Hanya 2 sampai 3 kali sebulan aku belajar bersama di rumah Fenan, paling kalau lagi malas belajar, ia akan mengajakku jalan, sekedar keluar makan bersama atau hanya sekedar cuci mata mencari angin segar (mantengin cewek-cewek cantik).

Harap maklum, sudah kodratnya terlahir sebagai cowok, normal jika suka sama cewek. Tanda petik warning! Naudzubillah min dzalik, jangan sampai deh suka sama sesama jenis.

"KAVA!!! CEPAT TURUN. SARAPAN DULU." Teriak mama dari dapur, terdengar lirih sampai ke telingaku.

"IYA, MA!!!" jawabku membetulkan dasi sekolahku yang miring. Kuraih tas ransel yang tergeletak di atas meja belajar, terburu-buru keluar dari dalam kamar. "Auch!" lututku membentur railing tangga, hampir saja terjatuh berguling, ketika kakiku mendadak terselip saat menuruni tangga.

Syukurlah, Tuhan masih sayang padaku.

Kucomot sepotong roti isi telur keju ke dalam mulutku tanpa menyentuh nasi goreng jawa buatan Mama di atas meja makan persegi panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kucomot sepotong roti isi telur keju ke dalam mulutku tanpa menyentuh nasi goreng jawa buatan Mama di atas meja makan persegi panjang.

Mengendap-endap pergi mengambil kunci Sibro dari tempat gantungan kunci. Tentu saja teriakan Mama spontan menggema dari kejauhan, membikin gaduh seisi rumah.

"KAVA! SARAPAN DULU, NAK!!!"

"Sudah tadi. Roti ..." jawabku sebisanya tak menggubris teriakannya, lebih memilih ngeloyor pergi.

Sampai garasi, kucolokkan kunci, menyalakan mesin Sibro merah milikku. Mengenakan helm sembari menunggu memanasi motor sebentar.

GRUNG!

Bersama Sibro melaju tenang keluar dari halaman rumah menuju jalan perumahan.

Beberapa blok rumah terlewati, lalu kunyalakan lampu riting kananku, berbelok menukik ke seberang jalan. Ban sepeda motorku berdecit mengerem paksa, menimbulkan suara decitan pelan di antara suara knalpotku yang meraung-raung.

RASA YANG TAK DIANGGAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang