Bramanta: Perjalanan waktu

23 1 1
                                    


Waktu terus berputar begitu saja, tanpa lelah melangkah meninggalkan jejak yang terkadang terhapus tanpa sengaja.

Memori-memori memudar terbawa arus waktu yang tak mau menunggu kita untuk beristirahat sejenak dan kembali menyusun Puzzle tanpa tergesa gesa. Dunia ini terkadang seperti patahan-patahan puzzle yang pernah hilang dan ditemukan kembali ketika kita berada dalam jejak yang pernah kita injak.

Jejak yang di sana masih meyimpan memori yang dulu sempat ada dan seolah sudah tiada. Memori itu rasanya tak pernah benar-benar terhapus terbawa arus. Memori itu masih tersimpan entah dimana; mungkin juga tersimpan didalam alam bawah sadar kita.

Oh ya, perkenalkan namaku Bramanta, usiaku baru 11 Tahun, banyak orang memanggilku bocah sok tua dan sok tahu karena ocehan ku semacam tadi. Tapi beginilah aku, aku hanya ingin mencari tahu apakah ada puzzle-puzzle kehidupanku yang masih tercecer diluar sana atau bahkan tercecer didalam alam bawah sadar ku sendiri.

Aku sangat sering menanyakan hal ini kepada orang tuaku bahkan kepada guru-guru ku disekolah. Namun mereka hanya tertawa dan menganggap pertanyaan ku hanya sebuah ampas kosong yang dibuang begitu saja.

Terkadang aku cukup kecewa dengan tanggapan yang mereka berikan. Tetapi aku tetap mencari tahu tentang apa yang selama ini aku pikirkan adalah kenyataan atau hanya seperti mimpi disiang bolong yang tak perlu dipikirkan berlebihan.

Aku ingin bertanya kepadamu yang mungkin membaca pesan ku ini. Pesan yang sudah aku sebar di beberapa tempat dan aku harap kau yang berhasil menemukan pesanku bisa dengan senang hati membalasnya. Dibawah surat ini sudah ada alamat rumahku. Semoga kau mau membalasnya  ̶  aku menunggu.

Apa yang kau pikirkan tentang waktu?

Dulu aku menganggap waktu hanya sebagai pergantian hari tanpa ada hal lain yang menghinggapinya di belakang sana. Namun setelahnya aku mulai mengecek pikiranku tentang kehidupan masa kecilku yang sudah samar-samar menghilang.

Itulah awal mula pertanyaan-pertanyaan yang lain mulai menghampiri, aku menganggap mereka tak benar-benar hilang. Memori itu masih ada, aku hanya perlu mencarinya. Tapi aku tidak tahu harus mencari mereka dimana.

Apakah kau tahu dimana letak memori-memori itu?

Jika tahu, tolong beritahu aku agar aku tak benar-benar kehilangan memori-memori itu.

Hari ini dimana aku memutuskan untuk menulis surat-surat ini, hari selasa, 15 Januari 2010. Aku tidak tahu ketika kamu menemukan surat ini, di sana sudah hari apa, jam berapa, siang atau malam, yang pasti ketika beberapa surat yang aku sebar didekat rumah, aku letakkan pada malam hari.
Ada yang aku letakkan dibeberapa tempat ketika sedang bepergian ke rumah saudaraku.

Aku sudah meletakkan beberapa surat ditempat berbeda. Ada yang di taman, di atas tempat kotak pos di seberang jalan, ada yang aku letakkan di tempat peristirahatan dalam perjalanan pulang.

Aku hanya berharap dengan cara ini ada orang yang bisa membantu utuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ku.

Aku juga berpikir apa yang terjadi dengan waktu di sana, ketika surat itu aku letakkan dan aku kembali ke perjalanan kembali pulang.

Aku yakin dalam perjalanan sampai surat itu kau temukan, pasti akan ada memori-memori yang kembali tercecer. Memori tentang keadaan dimana surat itu ku simpan dan akhirnya kau temukan.

Mungkin apa yang aku tulis ini menurutmu hanya sebatas lelucon yang tak perlu dibahas serius. Namun cobalah pikirkan ini. Apakah kau juga merasakan hal yang sama sepertiku?, ketika aku merasa ada banyak sekali memori kehidupanku yang tercecer dan aku ingin sekali menemukannya.

Memori: Mereka yang tidak dipercayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang