Part 20. About Love

701 90 35
                                    

Jadi, Park Jimin, arah mana yang akan kau tuju pada akhirnya?

Jimin membuka mata dengan peluh membanjiri dahinya, napas tersenggal, dan jantung yang berdebar kelewat cepat. Ia buru-buru terduduk, lantas menyambar segelas air putih di atas nakas. Pukul empat subuh, dan ini adalah pengalaman pertamanya mengalami mimpi buruk.

Pemuda Park itu bukan tipikal yang suka mengaitkan mimpi dengan realita, namun untuk yang kali ini, ia merasa seolah mimpinya menjelaskan arti lain. Ia bahkan masih mengingat jelas kata-kata yang berdengung di telinganya sesaat sebelum terbangun.

Siapa? Siapa yang akan ia berikan seluruh hidupnya?

Mungkin, Jimin bisa saja menyangkal, tapi perasaan yang tumbuh dan membesar setiap harinya telah menjelaskan semuanya. Ia telah jatuh cinta; bagaimana ia yang berubah aneh ketika menatap mata si gadis; bagaimana ia yang menggebu-gebu kendati mereka hanya berbincang santai; bagaimana hatinya yang terasa begitu sakit kala hanya dianggap sebatas teman.

Aneh sekali rasanya. Jimin bahkan tidak tahu ke mana perginya si bedevil yang hanya suka mempermainkan perempuan? Mengapa ia menjadi lelaki yang bertanggung jawab, lalu kemudian jatuh cinta? Apa sebegitu besar pengaruh perempuan-perempuan yang belakangan hadir di kehidupannya? Atau memang Kelsi Song dan Lila Lee benar-benar perempuan hebat yang bisa membuat hati Jimin mendadak seperti Hello Kitty.

Yang jelas, kini dirinya terjebak di antara mereka berdua.

Jimin beringsut bangun dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia memutuskan untuk bangun alih-alih tidur kembali. Hari ini ia akan pergi ke gym untuk kembali berlatih. Sudah lama sekali rasanya ia tak berkeringat―pun berkeringat di atas ranjang. Tampaknya, ia perlu menggunakan stok kondom yang masih tersisa banyak sekali di laci nakasnya. Namun sekejap saja, Jimin memukul wajahnya sendiri tatkala pikiran-pikiran kotor mulai berkecamuk di otak. Masih sangat pagi untuk memikirkan hal seperti itu.

Pemuda itu lantas berjalan keluar dari kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Kehidupan mereka kembali berjalan normal, karena meski salah satu dari mereka―oh, bukan, salah dua―telah pergi, kehidupan harus terus berjalan sebagaimana mestinya. Jimin juga tak tinggal di apartemen Taehyung lagi untuk menemani Kelsi, gadis itu bilang dirinya akan baik-baik saja dan Jimin bisa kembali ke apartemennya. Kelsi juga mengatakan bahwa ia masih ingin membiasakan dirinya bersama dengan Jimin, karena menurutnya pernikahan bukan hanya perihal gaun dan dekorasi, tapi ia juga harus menyiapkan hati dan keberaniannya.

Dan Jimin menyetujuinya, tapi bodohnya, saat ia tak tinggal bersama dengan Kelsi lagi, ia justru jatuh cinta dengan wanita lain. Bukan orang asing, gadis itu juga selalu ada bersamanya di tiap kesempatan. Dan semakin lama, perasaannya makin tak keruan, mengakibatkan kepalanya seperti ingin meledak. Apa boleh jika ia memiliki keduanya saja?

Jimin akhirnya melangkah keluar unit apartemennya dengan sedikit berlari. Ia sudah membawa sebotol air mineral untuk bekalnya lari pagi ini. Baru saja sampai di depan lift, Jimin sudah dikejutkan kehadiran satu sosok yang tahu-tahu muncul begitu pintu lift terbuka. Senyumnya menguar lebar, lekas-lekas ia menarik pergelangan tangan Jimin agar masuk ke dalam lift yang sama sebelum pintunya kembali menutup.

"Lila? Sedang apa kau di sini?"

Si gadis yang diberi pertanyaan masih saja tersenyum lebar seolah ia baru saja menemukan hadiah besar di malam natal. Tangannya masih mengamit lengan Jimin ketika ia menjawab, "Tadinya mau kubangunkan untuk lari pagi sama-sama, tapi ternyata sudah bangun. Syukurlah, aku tidak perlu menggedor pintumu."

Oh, harusnya Jimin tidur sedikit lebih lama tadi supaya Lila benar-benar menggedor pintunya. Barangkali nanti dia mau masuk ke dalam dan―oke, hentikan!

[M] Locked InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang