Lingga menatap pantulan diri nya di cermin setinggi tubuh nya.
"Widihh.. Gue ganteng banget. Kalau kek gini bisa kalah abang sama adek nya sendiri."
Lingga hanya cengar-cengir. Setelah mengatakan itu lingga hanya kembali menatap cermin.
"Lingga aldanial fransa. Cowok paling tanpa se SMA Pelita Bangsa."
"Bhaahahahaha. Ya allah adek gue.. Kesambet lo?" entah sejak kapan rian berada di ambang pintu kamar lingga. Lingga teperanjak kaget dan secara reflek langsung mencengkram dada kiri nya yang terbalut seragam putih.
"Adek! You ok!." rian langsung menghampiri lingga yang masih berdiri. Rian merutuki diri nya sendiri.
Lingga masih tidak bergeming. Membuat rian makin khawatir.
"Dek! Adek denger abang.. Hey!" rian menepuk pipi lingga lembut. Mencoba menyadar kan lingga.
Rian makin khawatir. Melihat adik nya masih mematung. Apakah ia berlebihan waktu mengeluarkan oktav suara nya tadi. Padahal tadi malam adik nya sempet kambuh.
Apa rian akan memperburuk keadaan adik nya yang sudah mulai baik-baik saja.
"Ya allah adek!" pekik rian saat melihat tubuh lingga meluruh hampir menghantam dingin nya lantai.
Bertepatan dengan pekikan rian, aliana dan aldan langsung menghampiri rian yang sudah menopang tubuh lingga.
"Ya allah abang... Adek kenapa?" tanya sang bunda.
"Gak tau nda.. Tiba-tiba pingsan!" aldan langsung mengambil alih tubuh mungil lingga dan membaring kan dengan sangat hati-hati.
"Abang tolong telfon om alex!" rian mengangguk dan langsung melaksanakan perintah sang ayah.
"Adek.. Adek denger bunda! Bangun sayang!" aliana mengelus pipi lingga lembut.
"Gimana bang?"
"Om alex langsung jalan kok nda."
Eugh
Lenguhan singkat lingga terdengar.
"Sayang.. Gimana? Ada yang sakit? Sesek atau gimana?" tanya sang bunda bertubi-tubi.
"Bunda~…" rengek lingga yang langsung mendekap tubuh sang bunda dan langsung menenggelamkan wajah nya di dada sang bunda.
"Kenapa sayang?, ada yang sakit?" aliana mengecup singkat pipi putih bersih lingga sayang.
"Bunda.. Hiks.. Hiks"
"Loh kok nangis sih sayang.. Kenapa, dada adek sakit atau gimana, pusing?" lingga hanya menggeleng pelan.
"Terus kenapa Sayang?" tanya aliana dengan sabar. Jika lingga sudah dalam mode manja nya akan sangat membutuh kan kesabaran yang extra.
"Abang jahat.. Tadi kalau nafas adek gak balik lagi gimana bun.. Hiks.. Hiks" isak lirih lingga yang sedikit mendongak menatap sang bunda dengan wajah sembab.
Aliana, aldan dan rian terpaku. Segitu menyakiti kan kah yang di rasakan kesayangan mereka. Tak bisakah di gantikan oleh mereka saja.
Lingga kembali menenggelamkan kepala nya di dekapan sang bunda. Seakan tak rela jika bunda nya beranjak se inci pun.
"Maafin abang ya dek?" rian mendekat mencoba mengusap lembut rambut lingga.
Aliana dapat merasakan anggukan lemah bungsu.
"Ya udah, abang langsung sekolah aja. Adek ada bunda di sini." rian menggeleng lembut.
"Enggak bun, abang mau nemenin adek aja. Sampek om alex dateng. Gak papa kan bunda?" aliana dan aldan hanya menghela nafas pastrah.
Lingga masih betah dalam rengkuhan sang bunda. Sesat kemudian langsung mendongak melepaskan dekapan sang bunda dan menatap tiga orang dewasa di depan nya.
"Adek mu bobok aja, gak mau sekolah." aliana, aldan dan rian kompak mengangguk. Syukur lah si bungsu tak rewel pengen sekolah. Mungkin emang bungsu mereka tidak baik-baik saja.
"Ya udah adek bobok aja ya bunda temenin." lingga menggeleng, mengundang kernyitan bingun pada tiga orang di sana.
"Loh kenapa ngegeleng gak mau bunda yang temenin?" tanya aliana dengan raut wajah sedih.
"Adek mau bunda, ayah abang jugak ikut nemenin." mendengar penuturan itu mengundang kekehan geli mereka.
Gini kalau bungsu mereka dalam mood manja.To be continued
Hy hy hy I'm back
Ad yg kangeunn?
KAMU SEDANG MEMBACA
LINGGA [SLOW UPDATE]
Teen Fiction[Budayakan follow dulu sebelum di baca 😉] Tentang lingga yang istimewa. Tentang lingga yang berjuang. Tentang lingga dengan segala keterbatasannya. Dan segala kekurannya. Tentang lingga dan hari-hari nya. Baca aja kuyyyy Ayooook di baca aja dul...