3

751 56 0
                                    

"Kemari"

Namjoon menurut, berjalan lurus sampai di depan gadis nya yang tengah tersenyum lebar dengan kedua tangan yang ia rentangkan.

"Tidak mau memeluk ku?"tanya Hoseok memelas karna Namjoon tak kunjung masuk ke dalam pelukan nya.

Tak ada jawaban namun sebuah pelukan hangat segera di rasa Hoseok setelah nya.

"Pikiran bodoh apa lagi yang menghampiri mu? Lagu mu tak akan sukses? Orang tua ku akan menjodohkan ku dengan orang lain? Kau tidak akan sukses? Atau aku akan meninggalkan mu demi orang lain? Yang mana?"celoteh Hoseok sembari mengusap punggung kekasih nya itu.
"Semuanya"jawab Namjoon lemah.
"Bodoh. Satu saja pasti sudah membuat mu pusing lalu kenapa sekarang semua kau pikirkan sekaligus? Otak mu butuh istirahat, monster"omel Hoseok.
"Tapi-"
"Dengarkan aku dulu"
"Baiklah"
"Lagu mu pasti akan di terima, mungkin tidak sekarang tapi pasti. Aku percaya itu. Orang tuaku tidak akan menjodohkan aku karna tau jika lelaki yang ku cintai sedang berjuang untuk ku. Kau akan sukses, pasti. Karya mu bagus, Joon. Soal aku meninggalkan mu demi orang lain itu urusan lain"

Namjoon melepas pelukan nya perlahan, menatap kekasih nya yang juga menatap ke arah nya dengan santai.

"Urusan lain?"tanya Namjoon.
"Ya"
"Jadi maksud mu kau bisa saja meninggalkan ku? Begitu?"tanya Namjoon.
"Sifat mu yang selalu pesimis jika terpuruk membuat ku sedih. Jadi lebih baik tidak bersama kan? Aku tidak akan melihat mu sedih"jawab Hoseok.
"Kau serius, Seok-ah?"
"Tentu saja tidak! Bodoh! Kemana aku bisa pergi jika cinta ku ada disini!"seru Hoseok kesal.

Helaan nafas lega segera Namjoon keluarkan kala pikiran buruk nya segera terjawab. Hoseok nya memang tak pernah berubah. Sekalipun. Di peluk nya lagi gadis cantiknya itu.

"Jangan terlalu kencang, monster. Aku sesak"protes Hoseok.
"Hm"
"Hei, monster perusak. Bagaimana jika aku rusak nanti?"omel Hoseok lagi.
"Itu juga yang aku takutkan"

Bukan nya menjawab, Hoseok justru terkekeh karna pikiran nya sendiri.

"Kenapa tertawa?"tanya Namjoon.
"Kalau kau perusak, rusak aku. Mess me up. Kurasa aku siap kau rusak"ujar Hoseok malu.

Namjoon terdiam, mulut nya menganga kala tau kemana arah tujuan pembicaraan sang kekasih. Ia lepas pelukan nya hendak menatap wajah Hoseok yang ia yakini pasti sudah memerah namun Hoseok enggan melepas pelukannya dan malah makin erat memeluk tubuh tinggi kekasih nya itu.

"Ya Tuhan, Jung Hoseok. Belajar kata-kata itu dari mana kau? Bisa gila aku"
"Diam, aku sedang malu!"
"Salah mu"
"Makanya cepat nikahi aku lalu mes-"
"Ssstt, sudah aku tidak mau dengar, aku tidak mau dengar"

Dan tawa Hoseok menghiasi kencan mereka di pinggir sungai Han sore itu.
.
.
.
Jimin melambaikan tangan dengan penuh semangat saat melihat sosok tercinta nya sudah datang lengkap dengan sekuter dan helm hitam nya. Kaki pendek itu segera berlari mendekat, berdiri di hadapan Yoongi yang baru selesai melepas helm nya.

"Hati-hati, Jimin. Kau bisa jatuh"ingat Yoongi.
"Aku sudah jatuh, kak. Jatuh cinta pada kakak"balas Jimin sembari menatap Yoongi disertai senyum lebar nya.
"Dengan siapa kau bermain seharian ini? Kau makan apa saja? Kenapa aneh sekali?"
"Tidak bisa mendengar gombalan ku ya? Begitu?"goda Jimin.
"Sayang, ayo pulang. Kurasa kau butuh istirahat"ajak Yoongi dengan wajah yang ia buat khawatir, mengimbangi sketsa buatan sang kekasih.
"Ah, wae?~ kakak janji akan mengajak ku makan ice cream semalam~"rengek Jimin.
"Oh? Jimin ku sudah kembali! Kemana saja, sayang? Baru saja ada Jimin aneh"bisik Yoongi.
"Issshh, menyebalkan"gerutu Jimin setelah berhasil memukul lengan Yoongi gemas.

Cupp

"Strawberry ice cream sudah menunggu, princess"ujar Yoongi setelah mengecup kening Jimin.
"Oyeahhh~!"

Yoongi merapikan hoodie putih tulang yang di pakai Jimin lalu berpindah mengusap kepala si cantik itu sebelum memakaikan helm kuning milik Jimin. Terakhir, mengusap bibi bulat yang semakin bulat karna efek memakai helm itu dengan gemas.

"Anak ayam ku"ucap Yoongi gemas.

Jimin terkekeh. Raut wajah Yoongi saat sedang gemas padanya adalah yang terbaik. Ia merasa sangat di cintai, seperti sekarang.

"Ayo, sayang"ajakan Yoongi membuyarkan lamunan sesaat Jimin.
"Ne"

Jimin sudah duduk nyaman di bangku nya, memeluk erat Yoongi. Perjalanan mereka tidak memakan waktu lama karna kedai ice cream langganan keduanya memang tidak terlalu jauh dari universitas Jimin.

"Kakak mau ice cream apa?"tanya Jimin sebelum memesan.
"Kopi saja, sayang"
"Susu hangat saja ya? Jangan kopi hitam"tawar Jimin.
"Yasudah itu saja"
"Aku sekalian ke toilet ya"pamit Jimin.

Yoongi mengangguk lalu mulai sibuk dengan ponsel nya.

"Hahhhh"

Secara otomatis Yoongi menoleh ke belakang dan menemukan seorang gadis yang sudah tak asing lagi bagi nya. Itu Seokjin. Kakak tingkat sekaligus teman baik kekasih nya. Sedang duduk berhadapan dengan seorang lelaki dan yang pasti itu bukan Taehyung.

"Aku harus apa? Memang bukan aku, jadi mau memaksa seperti apa juga hati nya tidak akan jadi milik ku"suara Seokjin melemah.
"Hei, jangan pesimis. Taehyung mungkin tidak bisa mengekspresikan perasaan nya"ujar si lelaki.
"Dia mana bisa mencintai ku jika hati nya sudah milik orang lain?"balas Seokjin.
"Bukankah kita sudah membahas ini sebelumnya? Taehyung sudah jelas tidak suka pada Jimin, itu dulu. Jauh sebelum Jimin punya kekasih, Taehyung sudah membuang perasaan nya"

Yoongi mengangguk paham. Ia tidak buta. Ia tau jika teman baik kekasih nya itu memang memiliki rasa pada Jimin nya, tapi Taehyung yang tak pernah melempar tatapan benci dan bersaing padanya membuat Yoongi dengan santai nya menerima Taehyung dan mulai berteman juga dengan lelaki itu.

Yoongi yakin rasa suka itu masih, tapi melihat sikap Taehyung membuat lelaki Min itu semakin yakin jika Taehyung tak memiliki niat merebut atau menghancurkan hubungan nya dengan Jimin. Lelaki itu baik. Dan Yoongi sadar akan itu.

"Kau tau, Jae. Mungkin lebih baik berdiri di tempat dimana kau seharusnya berada daripada memaksa masuk atau membawa sesuatu yang bukan seharusnya. Tempat ku mungkin bukan di samping Taehyung. Aku belajar tau diri saja sekarang. Mungkin memang belum pantas atau belum jodoh"ujar Seokjin panjang lebar.
"Terserah kau, asal kau tidak banyak menangis lagi. Ayo pulang, sudah sore"

Dan kepergian dua orang tadi berhasil menciptakan suasana hening yang membuat Yoongi secara tidak langsung memikirkan perkataan Seokjin tadi. Mau tak mau merasa tertampar juga.

"Aku memaksa masuk dalam hidup Jimin lalu menariknya untuk bersama ku. Apa itu artinya aku tak sadar diri?"gumam Yoongi lirih.
"Kak? Melamun? Tumben sekali"tegur Jimin sembari mengusap pundak Yoongi.
"Ha? Oh tidak, hanya memikirkan sebuah lirik, sudah ku tulis"jawab Yoongi asal.
"Letakkan dulu ponsel nya, kakak butuh istirahat sebentar. Jadi sekarang lihat wajah ku sepuas nya karna aku adalah healer mu"

Tangan besar itu mengusap wajah Jimin lalu terkekeh kala Jimin terlihat geli, mirip kucing sekali.

"Aku mencintai mu, sayang"ujar Yoongi.
"Kakak pasti sudah tau jika aku juga sangat mencintai kakak kan?"dan anggukan dari Yoongi berhasil mengulaskan senyum cantik di wajah yang memang sudah cantik itu.








TBC

Mon Choix - YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang