Zhao Juan Mahdiyaksa

11 1 0
                                    

Ketika mulai mengetahui perihal Juan, seharian aku nggak fokus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika mulai mengetahui perihal Juan, seharian aku nggak fokus. Kerjaanku selesai dalam waktu yang lebih lama dari biasanya. Belum lagi saat makan siang dikantin, aku iya saja ketika dikasih nasi goreng seafood oleh Aluna. Padahal perutku musuhan sama seafood, sehingga aku muntah-muntah pada suapan ketiga. Lalu, saat pulang kerja aku salah masuk mobil Pak Anwar, kepala keuangan dikantor, yang kukira taksi online. Hanya karena beliau berhenti tepat dihadapanku. Aku sampek malu banget diketawain pak Anwar dan anak-anak lainnya yang kebetulan ada dihalaman kantor juga. Itu sangat memalukan!

Saat ini sosok Juan sedang berputar-putar didalam kepalaku tanpa henti. Harus bagaiman aku besok? Tadi, tanpa seizin ku, Viviane dengan lancangnya menghubungi sekertaris Juan guna memberitahu jika aku besok akan kesana. Dia nggak tahu kalau aku belum siap. Harus menjelaskan dengan cara apa? Kalau dia tanya aku siapanya Juan, kan bingung. Mantan pacar saja bukan, apa lagi gebetan.

Sedikit ku ceritakan pada kalian tentang Juan, ya. Dulu, sekitar 8 tahun lalu, saat pertama aku masuk kuliah Juan merupakan kating ku sekaligus asisten dosen disana. Dia termasuk mahasiswa pasca sarjana yang sedang menempuh pendidikan strata dua jurusan ekonomi bisnis. Jarak usia kita lumayan, hampir 6 tahun.

Juan merupakan mahasiswa populer saat itu. Dia tampan, tajir, otaknya juga lumayan. Banyak mahasiswi yang tergila-gila padanya. Termasuk aku dan teman-teman ku yang masih maba. Dia sangat ramah dan baik pada siapa pun. Nggak ada sifat angkuh yang keluar dari dirinya.

Aku nggak tahu, saat itu memang takdir atau kebetulan aku bisa dekat dengannya. Aku yang merupakan maba, mau tak mau harus mengikuti ospek. Tepat hari terakhir ospek, aku pingsan karena kelelahan. Satu-satunya orang yang menolong ku adalah Juan. Karena aku pingsan seusai keluar dari kamar mandi. Itulah awal kedekatan kami.

Sejak itu kami sering ngobrol. Bahkan tak sedikit mahasiswi yang terang-terangan menunjukan iri padaku. Tapi, aku bisa apa jika Juan selalu saja menghampiriku saat dia tidak ada jadwal, dia juga sering menjemputku dirumah. Banyak yang mengira kami pacaran saat itu, meski pada kenyataannya Juan nggak pernah sekali pun menyatakan perasaannya padaku.

Entah aku yang terlalu baper atau apalah, saat itu aku merasakan kalau Juan menyukaiku. Dan aku juga menyukainya. Siapa, sih yang bisa menolak pesona seorang Juan? Sedang diluar sana banya cewek yang rela baku hantam hanya untuk merebutkan Juan.

Waktu yang paling ku ingat dan sekaligus membuatku tetap setia nunggu dia adalah sehari setelah acara wisudanya. Malam itu, dia datang kerumah dan mengajakku berjalan-jalan. Kebetulan hari itu sabtu malam, jadi benar-benar seperti nge-date.

Dia mengajakku makan di sebuah cafe yang memiliki sebuah taman di halamannya dan rooftop yang memiliki spot pemandangan kota Jakarta. Didalam cafe bangku kayu ditata rapi dengan cahaya yang sedikit temaram. Sangat nyaman dan tenang.

Malam itu pengunjung tak terlalu banyak, karena susana sedang hujan gerimis. Kami menikmati rainbow cake dan cappucino panas ditemani lagu Dan-sheila on7 yang dinyanyikan oleh band akustik di depan sana. Disni setiap malam minggu memang selalu ada life musik, yang mana pengisi nya banyak dari kalangan mahasiswa.

Shabyna AmithyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang