Sepertinya hari ini aku memang sial. Aku butuh hiburan, tapi Varo justru berada di benua dan negara lain. Barcelona. Dia ada kunjungan kerja. Terpaksa aku mengalami hari yang berat ini sendiri. Mengingat, Viviane juga sibuk.
Varo, atau Calvaro Greyson. Pria berusia 2 tahun diatas ku, 30 tahun tepatnya. Dia adalah seorang pria berdarah blesteran Turky dan Indonesia yang memiliki wajah nyaris sempurna dan merupakan pengusaha alat dan tempat gym sukses di negara ini. Dan juga pria absurd yang sialnya merupakan mantan random ku. Kenapa mantan random?
Kita bertemu saat aku masih kelas 2 SMA di sebuah cafe. Saat itu seperti kebetulan kita sama-sama patah hati. Aku yang baru saja melihat orang yang kusukai diam-diam pergi jadian dengan temanku, sedang saat itu Varo baru saja memergoki kekasihnya selingkuh. Kita yang sama-sama patah hati bertemu karena pesanan kita yang tertukar. Kita berkenalan dan semakin lama semakin dekat. Sampai akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan. Saat itu, kita pikir dengan pacaran kita bisa cocok dan move on karena memang kita klop dalam segala hal. Tapi, ternyata 5 bulan menjalin hubungan itu kita merasa semakin nggak cocok. Hubungan itu nggak berhasil. Kita lebih cocok menjadi sahabat, sampai sekarang.
Malangnya, Varo yang baik itu merupakan duda yang gagal move on. Istrinya meninggal 2 tahun yang lalu saat mereka menikah masih seumur jagung. Masih satu tahun. Istrinya mengalami kecelakaan pesawat saat akan keluar negeri untuk menyusul Varo yang tengah kunjungan bisnis. Mungkin sedikit banyak, itulah uang membuatnya susah move on dan selalu menyalahkan dirinya sendiri.
Sosok Varo selama ini sama seperti Viviane. Mereka berdua adalah tempat pelipur laraku. Jika Varo merupakan mantan randomku, Viviane adalah gadis baik yang kebetulan ku temui di pemakaman orang tuaku.
Aku lupa, nggak ada yang kebetulan didunia ini, kan?! Something happens for a reason. Itu kata Varo yang selalu ku ingat. Setidaknya itu kata penyemangat untuk diriku saat ini. Pertemuan ku dengan Juan tadi adalah sebagai ujung harapanku. Semua kenyataan sangat mempertegas posisi mana yang harus ku tempati dan jalan mana yang harus ku ambil.
Sendiri, patah hati, merenungi nasib yang kadang nggak bisa diajak berteman, nyatanya tidak terlalu menyedihkan jika ditemani sekotak sedang es krim vanilla dan sepiring mie instan goreng. Yeah, I'm Fine! Aku bakal baik-baik saja selama ada es krim vanilla dan mie instan goreng.
Aku menyuapkan es krim vanilla satu sendok penuh ke mulutku, bergantian dengan mie instan goreng. Biar saja aku gendut, jelek, jomblo, nggak bakalan bikin aku dosa atau mati juga. Secantik apa pun cewek, kalau dasarnya si cowok nggak cinta, ya nggak cinta. Dan begitu juga sejelek apa pun si cewek, kalau dasarnya cinta mati, ya gimana pun bentuknya tetap saja cinta. Cinta nggak butuh kata 'tapi'. Jika masih ada 'tapi' atau 'karena', itu bukan lagi cinta, melainkan transaksi.
Saat aku menikmati cemilan ku yang sudah berganti keripik kentang rasa rumput laut, ponselku berbunyi. Tertera nomor nggak dikenal. Dengan malas, aku mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shabyna Amithy
Ficção GeralINTINYA, FOLLOW AJA DULU!! BACA CERITA KEMUDIAN.... . . . . SHABYNA AMITHY Disaat penantian dan kesetiaan mulai tiada artinya. Disaat semua harapan tak sesuai ekspektasi. Shabyna merasa hidup tak pernah adil. Kekasih yang menghilang bertahun...