Riddle And Creepy Story (END)

Riddle or Creepy

Dor.

Aku menembak kepalanya dengan satu kali tembakan, timah panas itu sepertinya cukup ampuh untuk meledakan otak mereka.

Aku berlari disepanjang lorong yang disetiap sisinya terdapat manusia-manusia yang saling buru.

Aku berhenti saat merasakan hawa dilorong ini semakin panas, aku melihat dindingnya berubah menjadi merah menyala.

Apa itu api.

Aku mencoba menyentuh dinding itu.

Sshhhh.

Aku menahan jeritanku, sangat panas, ternyata benar itu adalah api. Bagaimana bisa ada api didinding.

Aku berjalan namun sedikit berlari menembus hawa panas yang membuat keringatku bercucuran ini.

Aku harus cepat sampai pintu yang sepanjang mata memandang belum aku temukan.

Aku terus berlari sampai akhirnya hawa panas menghilang, aku menghembuskan napasku sesaat, aku mulai merasakan sejuk.

Aku semakin bersemangat mencari jalan keluar.

Dingin.

Semakin dingin.

Didinding sudah terlihat beku saking dinginnya, kaki ku mulai keram akibat dinginya tempat ini.

Napasku berubah tertahan, bibirku semakin pucat, langkahku mulai melahan.

Kumohon tidak.

Aku tidak ingin mati disini.

Aku ambruk, tidak bisa lagi bangkit, tubuhku membeku. Aku lebih memilih hawa panas dari pada dingin.

Napasku semakin memendek, kapan permainan ini akan berakhir. Aku melihat langit-langit ruangan ini.

5 menit lagi jam akan menunjukan pukul 12 malam, itu artinya semua permainan sialan yang sudah menyedotku ini akan berakhir.

Diawal permainan mereka mengatakan kalau sudah pukul 12 semua akan berakhir.

Hawa itu semakin menusuk tulangku yang tak mampu aku gerakan, aku berdoa dalam hati agar waktu cepat.

3
2
1

Pukul 00:00.

Aku tersenyum dibalik bibir pucatku.

"Game belum selesai."

Aku mendengar suara itu yang entah dari mana, tiba-tiba jam diatas langit-langit ruangan ini mengubah struktur nya.

13.

Ini tidak mungkin, mana ada jam 13 malam. Mereka mempermainkan ku.

"00:06 ... Selena Piek, pemain terakhir mati."

Temukan kejanggalan dalam cerita ini