prolog

87 1 0
                                    

*
*
*
Hari ini langit begitu cerah, burung-burung berkicau sangat merdu. Mentari mulai menampakan dirinya malu- malu dari upuk Timur. Suara hiruk pikuk sudah mulai terdengar. Banyak orang berlalu lalang bepergian untuk melakukan aktivitas masing masing, di tengah- tengah kerumunan banyak orang, tampak seorang wanita dengan wajah yang murung dan berjalan tak tentu arah, ada raut kesedihan di wajahnya. Namun, tidak ada satupun dari orang yang berpapasan dengannya yang peduli padanya yang ada hanya beberapa ibu-ibu yang tampak sibuk berbisik-bisik dengan tatapan tampak meremehkannya.

"Hah__ kenapa ini harus terjadi padaku? Apa salahku?" Wanita itu berbicara seorang diri dengan bibir kelunya, dia merasa jika dunia sangat tidak adil padanya. Jika dulu dirinya bahkan pernah mengalami pelecehan seksual, bahkan bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali hingga membuatnya merasa tertekan, tetapi rasanya tidak sesakit seperti ini. Dia memilih bersama pria itu juga atas dasar cinta, mereka saling mencintai. Dia tidak merebutnya dari wanita lain, tetapi kenapa sekarang harus dia mengalami hal seperti ini?
Siapa yang tidak sakit jika mengetahui suaminya memiliki wanita lain di luar sana sedangkan pernikahan mereka jauh dari kata yang tidak baik. Mereka baik-baik saja bahkan terbilang harmonis, tapi apakah semua itu suaminya lakukan hanya untuk menutupi kebusukannya di luar sana?

Bertahun tahun mereka membina rumah tangga, tapi baru kali ini pria itu membuatnya sesakit ini. Yang lebih membuatnya kecewa ketika dia mendapati suaminya memiliki wanita lain dan bertanya dengan santainya, pria itu mengatakan jika dia ingin memiliki dua istri. Mungkin bagi seorang pria,
perkataannya itu hanya becandaan saja, tapi pantaskah perkataan itu yang ia lontarkan di tengah-tengah situasi seperti ini?

Dan jika hal itu hanya terjadi sekali, mungkin wanita itu akan dengan tegar mengatakan jika dia memaafkan suaminya, tetapi pria itu sudah melakukan kedua kalinya dan dengan orang yang sama. Dan dengan teganya membohongi istrinya dengan mengatakan maaf dan tidak akan melakukannya lagi dengan mudahnya.

Mungkin bagi sebagian orang hal itu biasa saja. Namun, tidak bagi Anggi, dia tidak ingin berbagi suami dengan wanita lain, dia tidak ingin di madu. Ya nama wanita itu adalah Anggi dan Bram suaminya.

Ketika menikah dengan Bram, ia masih di usia sangat belia yaitu 17 tahun dan suaminya baru berusia 21 tahun. Pasangan yang sama Belia bukan? Namun, walaupun di usia belia Anggi tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan pernikahannya. Dia serius menjalaninya karena mencintai suaminya itu. Hal yang sama sebenarnya dengan sang suami, semenjak menikah dan memiliki seorang anak suaminya tekun bekerja. Tiada hari tanpa bekerja, itu semua demi menghidupi keluarganya. Mereka memang masih belum memiliki rumah dan masih ngontrak, tapi Anggi selalu bersyukur karena pria itu setidaknya memikirkan masa depan mereka, masa depan putrinya. Walaupun di tengah ekonomi yang menghimpit, tapi dia jauh lebih beruntung ketimbang orang-orang di luar sana yang masih sulit untuk memiliki pekerjaan dan kesulitan bahkan untuk makan saja.
Anggi dan suami memang hanya lulusan SMA, tapi suaminya sudah memiliki pekerjaan yang mapan dan bisa menjamin masa depan mereka.
Anggi sendiri tidak sepenuhnya ibu rumah tangga, dia masih bekerja dan mendapat upah yang cukup lumayan untuk sekedar membantu suaminya untuk membayar kontrakan mereka.

AKIBAT Pernikahan DiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang