*
**
Hai ... Namaku Anggi Pratama wijaya. Aku adalah wanita yang paling bahagia karena di berkahi keluarga yang begitu aku sayangi. Terlebih pria yang bersamaku saat ini, dia adalah suamiku, Bram Nataloho. Dia adalah suami yang pengertian dan selalu mendukungku setiap saat, kami memang masih berjuang untuk bisa sama seperti orang-orang yang ketika menikah dan bisa memiliki rumah sendiri. Walau sedikit berbeda denganku, tapi aku masih tetap merasa bahagia karena setidaknya dia masih tetap setia bersamaku.Kami menikah sudah lebih dari delapan tahun dan kami sudah memiliki seorang putri yang cantik, Namanya Manuela Nataloho atau biasa kami panggil Ella. Dia baru berusia enam tahun, tapi anakku sangat mandiri, dia bahkan sudah bisa memasang bajunya sendiri di usianya yang belum genap dua tahun. Aku memang ibu muda, ketika di saat teman-teman sebayaku masih anak kuliahan, aku justru di sibukkan mengurus rumah tanggaku, tapi aku sama sekali tidak keberatan karena aku merasa bahagia.
Ketika pagi biasanya aku akan di sibukkan untuk mengurus keperluan anakku untuk pergi ke sekolah dan keperluan suami. Seperti menyiapkan pakaiannya dan menata pakaiannya. Lalu, menyiapkan sarapan untuk suami dan putriku. Setelah semuanya selesai dan mengantar putriku dan suami pergi bekerja barulah aku bisa bersantai sedikit sampai waktunya aku pergi bekerja juga.
"Mah, hari ini papah pulang terlambat, ada meeting penting soalnya." sebelum benar-benar pergi, suamiku memberitahuku jika dia akan pulang terlambat.
"Iya, pah. Jam berapa nanti akan pulang?" Aku bertanya karena jika dia pulang lebih awal sedikit aku tidak perlu mengunci pintu.
"Belum tau, mah, tapi di usahakan cepat."
"Kabari aja lewat whatsapp pah, kapan akan pulang biar pintunya ga di kunci."
"Iya istriku sayang." Dia, suamiku mengecup keningku sejenak, barulah ia pergi.
Sekarang aku di rumah seorang diri, biasanya ketika suami sudah berangkat bekerja dan anakku sudah ku antar ke sekolah, aku akan bermalas-malasan di kamar dan memainkan ponselku sembari menunggu jam untuk berangkat bekerja.
Aku kerja di mini market dari jam 09:00 sampai jam 16:00 sore, gajinya bisa dikatakan lumayan. Bos ku memberiku satu juta sebulan, lumayan kan? Daripada diam di rumah.
Di tempat aku bekerja, rekan kerja ku sering curhat padaku jika suaminya berselingkuh darinya. Dengan bijak aku selalu menasehatinya agar dia lebih bersabar. Mungkin itu cobaan dalam rumah tangganya.
"Gi, aku harus bagaimana? suamiku semakin ku nasehati kelakuannya semakin menjadi-jadi."
"Lin, yang sabar ya! Bukankah gaji suamimu kamu yang pegang semua? Jadi jika ada perempuan lain yang ingin mati kelaparan di luar sana ya sudahlah."
"Gi, tapi ini berbeda ... Aku masih mencintai suamiku. Berbagai upaya sudah aku lakukan, bahkan ponselnya sering aku bawa dan uang jajannya hanya ku beri dua puluh lima ribu sehari, tapi tetap saja dia sering menemui wanita itu ketika di jam kerja."
"Lin, bukannya suamimu satu tempat kerja dengan suamiku dan bukannya mereka berteman?"
"Iya benar gi, aku mesti gimana lagi gi?" Aku hanya diam tanpa memberi jawaban apapun, aku sangat kasian sekali dengan rekan kerjaku ini. Untung saja suamiku tidak seperti itu.
"Gi__ apa kamu ga takut jika suamimu punya wanita lain di luar sana?"
"Buat apa takut? Toh, keuangan aku yang pegang dan tiap gajian upahnya masih utuh seperti biasa, dia hanya akan mengambil uang rokok saja dariku. Lalu, dia masih sama dan tidak berubah padaku!"
"Gi_ laki-laki emang selalu bisa tahu membuat istrinya ga curiga, kamu juga mesti hati-hati. Jangan sampai kaya aku."
"Ih kamu mah__." Aku tidak melanjutkan kata-kataku lagi, memang selama ini aku tidak pernah curiga pada suamiku, untuk cek ponsel suamiku saja tidak pernah ku lakukan. Aku memilih tidak melakukannya daripada aku menemukan sesuatu yang membuatku sakit hati. Toh, dia masih sama padaku, tidak ada yang berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKIBAT Pernikahan Dini
No Ficcióncerita ini berasal dari seorang remaja belasan tahun yang salah ambil langkah hingga terjebak dengan pernikahan dini