◊
Aku tidak yakin sejak kapan, tetapi kupikir kemanusiaanku telah memudar sejak dahulu.
◊
Kurang dari satu minggu sebelum tahun berganti.
Malam ini merupakan titik balik matahari musim dingin. Karenanya, dibandingkan dengan suhu selama satu tahun penuh, malam ini jauh lebih dingin dibandingkan musim-musim yang lain. Sedingin tahun yang berjalan perlahan menuju kematiannya, tanpa menjanjikan satupun harapan.
Pada saat yang sama, secara stabil, manusia juga secara perlahan berjalan menuju kematian mereka. Tentu saja, tanpa kepedulian. Mereka tertawa layaknya tiada hari esok, dan hidup dengan ketidak-tahuan terhadap fakta ini—atau lebih tepat seperti yang dikatakan sebelumnya-ketidakpedulian—yang sebenarnya, merupakan hal bagus. Dengan ketidaktahuan, dengan ketidakpedulian, manusia dapat hidup secara penuh, tanpa perlu risau, tanpa perlu takut, tanpa perlu mengetahui akhir yang menunggu mereka.
Dasarnya, manusia telah mati sejak lama. Lebihnya, kematian sendiri telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di dunia. Waktu hanya menjadi relevansi kosong—mungkin sebagian orang masih menggunakannya untuk mencari kebahagiaan, mungkin saja—dibandingkan pada masa lampau. Dahulu, waktu merupakan anugerah. Orang-orang melihat dunia dengan sudut pandang yang jauh lebih baik, menghargai waktu sebagai bagian dari kebahagiaan mereka.
Bukan berarti secara literal manusia telah mati. Apa yang kumaksud, mungkin seperti esensi dari manusia. Mereka bilang manusia merupakan makhluk yang rakus dan tak kenal dengan rasa puas, tapi dari sudut pandangku, mereka terlihat menyedihkan.
Malam ini merupakan malam natal.
Kemanusiaan telah mati sedari dulu, atau setidaknya begitulah yang terlihat. Meskipun manusia masih hidup dan akan terus hidup hingga akhir menjelang, apa yang mengikat bersama kehidupan mereka telah sirna sedari dulu.
Dahulu, natal merupakan salah satu malam paling berkesan dalam kurun satu tahun. Tercipta untuk mengumpulkan orang-orang bersama dalam satu ruangan, saling bercerita dan tertawa bersama, menikmati makanan dan menyongsong hangat yang berpendar indah di perapian, kupikir itu adalah salah satu dari apa yang hilang dari manusia.
Kalau aku boleh mengatakan apa hal yang hilang sepanjang sejarah manusia hidup? Terlalu banyak. Tetapi satu hal yang pasti, hal-hal yang hilang tersebut tidak sepenuhnya hilang. Mereka hanya memudar dan menjadi tak terlihat di mata orang-orang, meureka tidak sepenuhnya hilang melebur dalam ketiadaan.
Tetapi selama mereka tidak dapat menggapainya, maka hal tersebut akan tetap hilang.
Selayaknya waktu, yang terbagi dalam tiga bagian. Semua bagian tersebut selalu mengikat kehidupan seseorang, masa lalu yang menjadi akar penciptaan pribadi di masa sekarang, masa sekarang yang mengikat setiap detik yang kita hidupi, dan sesaat pun jauh ke depan di mana kita menua, semuanya berkesinambungan mempengaruhi bentuk satu sama lain.
Begitu pula manusia, mau tak mau, melalui benang-benang tak terlihat mereka terikat satu sama lain, membentuk sebuah sistem yang lebih kita kenal dengan sebutan "Dunia" saat ini.
Manusia itu unik, meski mereka saling terikat satu sama lain, mereka entah secara sadar atau tidak sadar, selalu menyakiti satu sama lain, di hidupnya, entah matinya. Dan meski begitu, mereka terus bertahan dalam status quo untuk tetap menjalin relasi satu sama lain. Entah itu secara absah, dengan maksud dan tujuan tertentu layaknya simbiosis, atau murni sekedar relasi platonis.
Namun seiring waktu berubah, meskipun dunia tetap sama, isinya akan selalu berubah mengikuti waktu. Begitu pula orang-orang, semakin menyadari betapa sulit untuk hidup bersama orang lain, dan lambat laun, mereka menjadi individu yang terbagi tanpa relasi. Hubungan hanya sebatas sebuah lingkaran yang menguntungkan, sementara di luar mereka bersendau-gurau, hati mereka membangun tembok tinggi yang sulit untuk dicapai. Mereka sadar, bahwa berhubungan dengan orang lain terasa menyakitkan, dan pula kemungkinan, mereka juga tidak ingin menyakiti siapapun, jalan teraman yang dapat ditempuh adalah dengan menutup diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless Tale
Historia CortaAku mencintai kisah. Sebuah gambaran akan semesta manusia, yang tak mengenal batas-batas.