Sesekali kita coba tengok kebelakang.
Wahh, kita sudah berjalan begitu jauh ya?
Yang dulunya kita anggap itu tidak mungkin,
Nggak kerasa sudah jauh sekali kita lalui.Tapi, pencapaian itu udah nggak ada artinya sekarang.
Kau sudah memaksa untuk memilih jalanmu sendiri.Padahal aku yakin, tanpa kita berhenti kita masih bisa memperbaiki semua ini.
Tapi mau gimana lagi? Mata menjadi buta karna tertutup egois.
Hati sudah tak sinkron dengan logika karna terdesak egois diri.Nggak nyangka ya? Sampai berjanji seperti roman picisan, ternyata itu semua nggak sama sekali membantu.
Masalah kita yang terlampau berat, atau kita yang sudah tak lagi mengharapkan hubungan ini selamat.Sepertinya hanya kamu, sampai saat ini pun dengan badan yang sudah sakit, hati yang tak lagi utuh, aku masih berusaha.
Modal berpegang percaya, bahwa kamu akan kembali dengan rasa yang sama.Sungguh tak bisa dipikirkan bukan?
Tapi memang seperti itu nyatanya.
Kau mudah melepaskan, tapi setengah mati aku susah untuk mengikhlaskan.
Susah.Rasanya seperti saat kau mempunyai mainan yang kau jaga selama ini agar tetap baik, tetiba ada orang yang merebut secara paksa.
Aku yakin, kau pasti tak terima akan hal itu.Dengan rasa yakin kau memilih orang baru, dengan alasan bosan denganku? Hahahaha.
Kau merasa apa yang dia beri itu beda, karna apa? Kau sudah terbiasa dengan pemberianku hingga rasanya 'ah sudah biasa'Lalu, karna dia orang baru kau merasa ini adalah hal yang baru.
Percaya tak percaya, fase bosan akan kau hadapi lagi dikemudian hari.Rasanya tidak adil, kau bilang semua teman. Tapi kenapa dia yang lebih kau prioritaskan?
Apa teman ada perbedaan golongan?
Apa karna dia baru dan mampu membuatmu teralih dari rasa bosan, kau lebih memperhitungkan dia?Ingatlah ini! Mungkin kau sekarang bisa tertawa dengan semuanya, tapi tolong ingat dan hargai siapa yang selama ini menemanimu hingga kau sampai di titik ini.
Ambarawa, 12 Desember 2019