part16

4.6K 277 41
                                    

Mirella terlihat berpikir sejenak sambil memperhatikan kaki kanan Edward dengan cukup intens. Barulah, setelah memastikan kalau ikatan pada kaki Edward sudah benar benar pas, Mirella berniat untuk memberi penjelasan pada pria yang tengah terbaring dengan pandangan terarah pada langit langit ruangan. Namun saat ingin membuka suara lebih dulu, ia dibuat kesal oleh Edward dan kalimatnya yang tiba tiba memecah kesunyian diruangan berukuran luas tersebut.

"Aku tahu kalau aku terlalu tampan untuk diabaikan. Tapi jangan menatapku terlalu lama atau kau akan kembali jatuh cinta padaku," ucapnya tanpa menoleh kearah Mirella.

"Ish... kau terlalu percaya diri. Aku hanya sedang memastikan kalau kakimu baik baik saja. Lagipula siapa yang akan jatuh cinta pada pria yang tidak terurus sepertimu. Lihatlah, wajahmu mulai dipenuhi bulu bulu dan rambutmu juga acak acakan. Seorang wanita harus berpikir ulang untuk memastikan perasaannya andai dia jatuh cinta padamu." Balas Mirella dengan nada tak suka.

"Oh benarkah. Jadi karena itu kau selingkuh dengan pria bermata biru yang tanpa bulu disekitar wajahnya?" Tanya Edward beralih menatap Mirella yang juga memperhatikan gerak geriknya.

"Sepertinya seseorang melupakan suatu hal. Tentang siapa yang benar benar berselingkuh dan berkhianat dimasa lalu." Lanjut Mirella sinis.

"Dan siapa yang melakukannya secara diam diam untuk tujuan yang buruk, itu jauh lebih menjijikan," ucap Edward dengan nada tajam uang menusuk.

Merasa kesal dan tidak terima, Mirella mulai kehilangan kendali dan membalas ucapan Edward dengan emosi."Ya, dan aku merasa puas akan hal itu. Sekarang lihatlah. Aku begitu bahagia karena sudah berselingkuh dengan pria bermata biru yang tampan lalu mendapati mantan suamiku begitu menyedihkan dengan luka disekujur tubuhnya." Barulah setelah kalimat sarkastiknya berhasil ia lontarkan, Mirella memilih pergi dari ruangan Edward dan duduk dikursi tunggu yang berada diluar ruangan dekat pintu masuk menuju ruangan pria yang terlihat menegang setelah mendengar kalimat terakhir Mirella.

"Huuuuuh... tenangkan dirimu Mirella,"ucapnya pada dirinya sendiri.

Beberapa saat kemudian, embusan napasnya begitu cepat namun lambat laun mulai memelan dan berubah tenang seiring berjalannya waktu. Merasa belum cukup, Mirella merogoh saku jasnya dan mengambil sebuat kotak obat berukuran sangat kecil. Mirella terlihat berpikir sejenak dengan mata yang tertutup sebelum akhirnya memutuskan untuk melempar kotak berisi obat tersebut pada tong sampah yang berada tidak jauh darinya. 'Ini lima belas menit terakhir dan setelah ini aku bisa pulang.' Gumamnya dalam hati.

Dengan ragu Mirella mengambil posisi berdiri dan membuka pintu ruangan Edward untuk memeriksa keadaan kakinya yang terakhir kali. Seolah ia berhasil membangun dinding pertahanan yang kuat, langkahnya juga berusaha ia yakinkan. Berharap setelah ini ia tidak akan berdebat atau membahas masa lalu dengan pria yang memasang ekspresi wajah begitu datar seiring dengan langkah Mirella yang berjalan mendekat padanya.

Tanpa berbicara lebih dulu, Mirella langsung memeriksa kaki kanan Edward dan memastikan pembalut yang ia pasang tidak berubah dari posisi dan menyebabkan kakinya membengkak. Beberapa menit berlalu dan Mirella mengembuskan napas lega setelah selesai dengan pemeriksaan terakhirnya.

"Kau tidak menginginkan sesuatu apapun lagi?" Tanya Mirella membuat Edward menoleh sekilas.

"Tidak. Aku mau tidur." Jawabnya singkat.

"Kalau begitu aku mau pulang. Jam kerjaku selesai dan kakimu sepertinya tidak bermasalah. Aku memasang pembalutnya dengan baik." Pamit Mirella berharap Edward mengijinkannya untuk pulang tanpa harus bernegosiasi lebih dulu.

"Terserah kau saja." Jawab Edward membuat Mirella bernapas lega.

"Jika kau perlu sesuatu aku akan meminta perawat untuk berada diruanganmu,"ucap Mirella menyarankan.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang