Disebuah ruangan yang dipenuhi oleh beberapa orang ber-jas hitam. Susana tegang begitu terasa ketika seorang pria tua tengah berdiri mempresentasikan sesuatu hal yang menyangkut perusahaan mereka. Ucapan demi ucapan dari pria itu seolah mampu membuat orang yang mendengarkannya menjadi takjub akan kecerdasan yang ia miliki.
Min Sukhwan, pria berkepala enam itu kini tengah menjelaskan tentang bagaimana prospek kerja mereka kedepan.
"Untuk kedepannya, seluruh cabang dari perusahaan ini akan saya pindah ke tangan cucu saya. Semua aset, saham, dan apapun itu yang menyangkut kemajuan perusahaan ini akan menjadi tanggung jawabnya. Kalian tak usah khawatir, saya yakin seiring dengan berjalannya waktu perusahaan ini akan semakin berkembang pesat. Dan siapkan diri kalian semua karna sebentar lagi saya akan mengumumkan hasil rapat ini kepada kolega besar kita. Terimakasih. Kalian bisa kembali bekerja."
Semua orang mengangguk, membereskan beberapa berkas penting dan segera pergi dari sana.
Berbeda dengan yang lain, Min Donggun tetap setia duduk ditempatnya. Mengepalkan tangannya kuat seraya menahan gejolak yang ada didalam hatinya.
"Nak kau tak kem-
BRAK!!!
Donggun berdiri. Berjalan mendekat kearah sang appa dengan raut wajah yang sudah merah padam. "Kenapa appa memutuskan itu sendiri hah?" ucap pria paruh baya itu seraya berhenti tepat didepan sang appa.
Sukhwan menautkan kedua alisnya. "Apa maksudmu? Bukankah itu sudah menjadi hak keponakanmu eoh?"
"Tapi aku juga berhak atas aset-aset itu."
"Appa sudah memberimu aset di Amerika. Apa itu kurang?"
Donggun menggeleng pelan. "Aku tak mau perusahaan cabang. Aku mau perusahaan pusat."
"Apa maksudmu? Jadi kau tak terima dengan keputusan appa eoh?"
"Andwe. Aku tak pernah bisa menerima semua keputusan appa. Seungwon sudah mati. Seharusnya semua aset yang ia tinggal beralih atas namaku."
"Donggun-ah.. Sejak dulu hyung mu sudah banyak mengalah untuk mu. Bahkan hampir semua dari bagiannya sudah dia tulis atas namamu. Tapi kau kemanakan uang itu sekarang eoh? Kau kemanakan semua aset berharga itu? Hyung mu sudah bisa menjadikan perusahaannya menjadi perusahaan yang memiliki nama besar. Dia berhasil melebihi nama appa. Dan kau? Apa yang sudah kau kembangkan selama ini?" Ucap Sukhwan dengan tatapan kecewa nya.
Sebuah smirk keluar dari sudut bibir Donggun. "Dan apa appa percaya kalau cucumu itu bisa seperti Seungwon eoh?"
Sukhwan mengangguk mantab. "Appa percaya. Malah appa tak bisa percaya jika perusahaan ini berada di tanganmu. Dan ingat Donggun-ah, aku appa mu. Jangan kau pasang senyum seperti itu karna appa bisa melakukan lebih dari itu."
"Sukhwan-ssi.. Beberapa tahun belakangan ini kau kemana saja eoh? Apa kau tak melihat perusahaan ini semakin berkembang?"
Sukhwan terkekeh "Appa melihatnya. Bahkan appa juga melihat beberapa tikus yang membantumu dalam melancarkan misi kotor mu itu."
Donggun membolakan mata nya dengan sempurna. 'Bagaimana appa bisa tau?'
"Apa kau kaget? Hahaha... Donggun-ah.. Biar appa ingatkan.. Kau adalah darah daging appa. Kekerasan kepalamu murni turunan dari appa. Appa bisa melakukan apa saja yang tak pernah kau duga. Jika kau satu langkah lebih jauh dari seseorang, appa bisa sepuluh kali lebih jauh dari langkah yang kau miliki. Jadi jangan pernah bermain-main dengan appa. Karna dengan sekali tepukan appa bisa membunuh tikus-tikus yang kau pelihara sekarang." ucap Sukhwan dengan begitu dingin. Pria tua itu kini melangkah pergi meninggalkan Donggun dengan amarah yang semakin berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syndrome
Fanfiction[COMPLETE] Min Yoongi, seorang kepala detektif terkenal yang mengalami sindrom little space. Kelemahan yang Yoongi miliki adalah sebuah kunci utama untuk para kriminal menjalankan aksinya. Lalu bagaimanakah cara Yoongi melindungi dirinya sendiri? Se...