1

50 2 0
                                    

"Jika waktu akan di ulang oleh tuhan, aku tetap memilihmu sebagai pemanis dalam kopiku"

Namanya Andira Maharani, impiannya adalah di cintai dengan setulus hati dan tidak di tinggalkan tanpa permisi. Terlalu melankolis rasanya, tapi itu sudah terdengar sangat romantis untuk gadis seusia nya kala itu. 19 tahun. Hidup sebagai mahasiswa semester 4 di sebuah universitas negeri di Jakarta, memaksaknya menjalani hidup yang penuh dengan lika liku luka di perantauan. Ekonomi terbatas tetapi perasaan tak memiliki batas.

" Gila, udah jam berapa ini!" Matanya melotot memandangi jam dinding yang sudah bergerak melewati angka delapan

Tanpa ba-bi-bu yang panjang kakinya tergerak secepat kilat menuju kamar mandi kos-kosan yang berada di belakang. Maklum hunian kalangan ekonomi terbatas jadi hanya seadanya. Sial. Sepertinya bukan hanya Andira yang telat bangun hari ini. Penghuni kosan yang lain juga terlihat masih mengantri giliran. Antriannya juga sangat panjang mengalahkan antrian BBM di Pertamina. Dan parahnya ada Karin di salah satu barisan antrian, penghuni kosan yang terkenal bisa menghabiskan waktu berjam-jam di kamar mandi. Tamat sudah riwayat Andira jika harus ikut antri giliran.

"Bodo amat ah, ngga ada yang tau juga kalau gue ngga mandi, yang penting wangi" bibirnya bergerak mengucapkan pembelaan terhadap dirinya sambil terus menyemprotkan parfum sebanyak mungkin kearah badannya yang mungil.

Mendengar kota Jakarta pikiran orang pasti tidak lepas dari Macet, dan benar saja. Pagi ini sepertinya memang adalah hari yang paling sial untuk Andira. Sudah telat bangun, ada kelas pagi dan jalanan macet parah. Bunyi klakson kendaraan saling bersautan, ditambah dengan polusi udara kota Jakarta yang semakin buruk membuat Andira serasa sedang berada di neraka.

"Mang, ngga bisa nyalip gitu, saya udah telat nih?" Keluhnya pada mang Dadang sopir metromini langganan Andira

"Wah ngga bisa nih neng Dira, macetnya parah ngga bisa gerak sama sekali" jawab mang Dadang yang tetap serius memandang ke depan

" Ya ellah, lumpuh kali ngga bisa gerak mang " tukas Andira kembali

" Neng Dira bisa aja, hehe "
" Neng naik ojek aja atau minta jemput ayang bebnya deh, kalau naik motor kayanya masih bisa nyelip tuh neng" usul mang Dadang yang langsung membuat mood Andira hancur.sudah tau Dira tidak punya pacar.

"Mang Dadang jahat deh."
" Dira turun disini yah mang, makasih sarannya " ia turun sambil memperbaiki ikatan rambutnya yang hampir saja terlepas. Yang di balas sebuah lambaian oleh mang Dadang sebagai tanda persetujuan.

Andira terus menyusuri trotoar di temani dengan sinar matahari yang mulai menghangat sambil mengotak-atik ponselnya, sesekali mencoba berpikir untuk menghubungi seseorang, tetapi tampak ada keraguan dari gesturenya.

"Ni anak udah balik belum ya dari Bandung" seolah sedang berbicara dengan diri sendiri. Dira akhirnya memutuskan  mengetikan sebuah pesan kepada nomor tersebut.

To : Angkasa

Sa, Udah di Jakarta belum?

Send.


beberapa menit berselang, tidak ada balasan,semenit, dua menit, lima menit kemudian. Andira mulai gusar, sepertinya hari ini dia bakal ngga masuk kelas.

From : Angkasa.

Udah, ini gua lagi di jalan mau ke kampus, gue tadi dari kosan lu, tapi kata si Karin centil itu Lo udah berangkat, ngga mandi lagi katanya.
Bau dong. 😉😉

Andira menggerutu, bisa-bisanya Angkasa menyebut nya bau, padahal tanpa mandi dua haripun Andira tetap wangi dan cantik. Lagi-lagi pembelaan diri.

To: Angkasa

Bodo amat, ngga mandi juga gua tetep cantik kok,😋 jemput.

Send.

From : Angkasa
Sharelokasi buruan


Angkasa di tempat yang berbeda, segera melajukan motor sport nya dengan kecepatan tinggi, ia tahu Andira tipikal perempuan yang tidak suka menunggu lama. Ia tidak ingin membuat mood gadisnya semakin rusak jika ia terlalu lama tiba.

Membelah jalanan kota yang padat, Angkasa berusaha menyelipkan motor nya di antara banyaknya kendaraan yang terjebak macet, beruntung ia sangat lihai dalam memainkan stir motor sehingga bukan hal yang sulit untuknya bisa lolos dari jebakan macet yang membosankan. Tak jauh dari itu, Angkasa sudah bisa melihat Andira yang sedang sibuk memainkan ponsel nya tanpa memperhatikan sekeliling, dan tentunya itu adalah kebiasaan buruk Andira yang selalu mampu membuat Angkasa khawatir dan mengomel panjang lebar. Bagaimana jika tiba-tiba ada yang berniat jahat, bagaimana jika tiba-tiba ia terjatuh, dan masih banyak lagi yang akan Angkasa katakan untuk memarahi gadis berambut sebahu itu.

" Ra, kebiasaan banget sih " Angkasa menggerutu ketika sampai di hadapan Andira dan mengambil ponsel yang sedang di mainkan oleh Andira, bahkan ketika ia sampai saja Andira tidak menyadari kedatangan nya.

Tanpa rasa bersalah, Andira yang memang sudah hapal dengan sikap Angkasa hanya menarik satu garis lurus di bibir mungilnya yang tentunya selalu mampu membuat Angkasa tidak banyak ngomel setelah nya.

" Tau aja kelemahan gue apa, buruan katanya telat " Angkasa berjalan terlebih dahulu meninggalkan Andira yang masih sibuk membenarkan ikatan tali rambutnya yang lagi-lagi hampir terlepas,  menuju motornya dengan masih menyita ponsel Andira.

" Sa, tunggu dong " Andira berusaha mengejar langkah Angkasa yang memang begitu cepat.

" Jalan tuh yang cepet, biar ngga telat. " Tambah Angkasa yang hanya di balas wajah cemberut dari Andira yang semakin membuat gadis itu semakin menggemaskan di mata Angkasa

Perjalanan pagi ini adalah pertemuan pertama untuk mereka di bulan februari setelah sebulan lamanya mereka tidak bertemu karena libur semester, Angkasa pulang ke Bandung dan Andira pulang ke Makassar. Angkasa dan Andira sudah berteman sejak awal semester satu, mereka bertemu ketika masa pra ospek. Di satukan dalam satu tim saat pengenalan kampus, Tim Jeruk. Berisikan orang-orang yang senang makan buah jeruk. Agak aneh memang tapi memang seperti itu adanya. Pokoknya seperti itu lah.
Andira masuk jurusan Teknik Informatika dan Angkasa masuk jurusan Teknik Arsitektur.

"Nih Handphone Lo, awas aja kalau gua lihat main handphone tanpa merhatiin sekitar " Angkasa menyerahkan benda pipih yang baru ia ambil dari saku jaketnya kepada Andira.

"Iya ih, bawel banget sumpah. Ntar cepet tua loh kalau lo ngomel terus. Ngga ada yang mau ntar sama Lo " Andira membalas

"Bodo Amat, gini-gini juga gua jadi rebutan Adek-adek tingkat " Angkasa menyombongkan diri

"Sombong, ya udah gua duluan yah, makasih luv " Andira meninggalkan Angkasa sambil melambaikan tangannya. Angkasa hanya bisa tersenyum melihat tingkah Andira yang selalu saja bar-bar. Tapi itulah yang membuatnya sangat menyukai gadis mungil berketurunan Bugis itu.

Angkasa menyadari, cinta tidak bisa dipaksakan, dan ia tahu Andira hanya menganggap nya sebagai Sahabat tanpa lebih. Dan ia tidak ingin Andira menjauh dan berubah ketika gadis itu mengetahui bahwa ada lelaki yang begitu mencintainya yaitu angkasa sahabat yang selalu ada dan menemani Andira di segala keadaan.
Ketika Andira berbahagia karena ditembak oleh Kakak tingkat, ketika Andira menangis ketika putus cinta, Angkasa selalu ada tanpa memikirkan perasaan nya, meski sakit setidaknya ia bahagia bisa menjadi bagian terpenting dalam hidup Andira.

MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang