" bukan kamu yang terlalu sempurna, tapi aku yang terlalu kurang "
Lagi-lagi seperti altet Maraton Andira berlari sekencang mungkin menaiki tangga darurat karena lift yang biasa di gunakan para mahasiswa masih dalam tahap perbaikan.bayangkan ruang kelas Andira berada di lantai 5 yang artinya Andira harus menaiki 100 anak tangga untuk bisa mencapai kelasnya. Dengan jam yang sudah menunjukan pukul 08:30 yang artinya ia sudah terlambat 30 menit dan berharap semoga dosennya pagi ini juga terlambat.
Nafas Andira hampir habis ketika kakinya menapak anak tangga terakhir, keringatnya sudah bercucuran membasahi tengkuk dan juga dahi. Langkahnya di pelankan dan ia berusaha merapikan penampilan nya yang sudah terlihat lusuh ditambah tidak mandi pagi.
Sesampainya di depan pintu kelas. Andira berusaha menenangkan degup jantungnya yang masih berdebar kencang terlebih hari ini adalah kelas pertama di semester baru dengan dosen killer sebagai pembuka semakin membuat nyali Andira ciut untuk mengetuk pintu. Tapi apa boleh buat, ia tidak ingin usahanya berlari-larian sia-sia. Bismillah yakinnya."Tok tok tok." Tidak ada jawaban
Tok tok tok " untuk kedua kalinya tidak ada jawabanMelihat tidak ada jawaban dari sang dosen yang mengajar, Andira memberanikan diri untuk membuka pintu kelas. Keringatnya yang tadi terasa gerah kini berubah menjadi keringat dingin.
Cekrek.
Betapa terkejutnya gadis itu mendapati kelasnya kosong melompong. Tidak ada satu orang pun disana. Bangku-bangku kuliah juga masih tertata rapi tidak nampak seperti habis ada perkuliahan.
Drtt.. drrt.. drrt..
Alya Calling" Hallo, Ra lo dimana ? " Tanya seorang gadis dengan suara cempreng di seberang telepon yang tak lain adalah Alya sahabat dekat Andira.
" Gua di ruangan, pada kemana semua sih kok kelas sepi bener " omelnya dengan mimik wajah cemberut
" Makanya baca grup dong Bu, jangan cuma ngestalkingin si pemain band aja yang lo tau " tukas Alya kembali " ya udah sini di kantin, gua sama Dikta lagi sarapan habis ketipu kaya ko juga " haha terdengar jelas suara tertawa alya
" Cie yang janjian sama Dikta, cihui jadian nih. " Ledek Andira yang di ikuti dengan gelak tawanya yang khas
" Ih si bangsat, ngomongnya sini lo gua tabok "
" Haha ya udah tunggu " Andira segera mematikan sambungan telepon nya dengan alya dan segera menuju kantin yang berada di gedung seberang berdekatan dengan gedung laboratorium Teknik Sipil.
--------
Angkasa berjalan menyusuri koridor fakultasnya menuju lift yang menghubungkan langsung dengan studio gambar. Hari ini dia akan sedikit sibuk dengan gambar yang akan ia gunakan sebagai bahan presentasi Minggu depan. Beberapa menit kemudian pintu lift terbuka, tanpa membuang waktu angkasa segera masuk dengan gaya cool andalannya, dingin tanpa senyuman. Angkasa tidak sendiri,ada seseorang lain disana. Aira gadis yang sudah lama menyukai Angkasa secara diam-diam. Mereka sekelas tapi tidak akrab sama sekali, bukan karena tidak kenal tapi karena memang dasarnya angkasa tidak mudah akrab dengan lawan jenis selain Andira. Suasana dalam lift benar-benar hening, meski hanya berjarak beberapa jengkal tidak satupun yang membuka suara, Aira gadis yang pemalu terbukti ia selalu menunduk kebawah tanpa berani mengangkat kepala menatap angkasa meskipun secara sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom
RomanceAndira Maharani dengan sepenggal cerita hidup yang menguras emosi. " Gua ini ngga pantes buat lo, lo sempurna sedangkan gua sampah " Andira dalam tangisnya sambil memukul-mukul dada laki-laki itu " Gua ngga perduli, Lo itu mimpi gua dari dulu " lela...