Hiburan

43 4 0
                                    


Senin telah kembali pada tempatnya. Navisa harus menjalani aktivitas sebagai seorang pelajar.

Terkadang navisa lelah. Dia tak pintar dalam mengerjakan soal. Ia juga tak pandai untuk memahami suatu permasalahan yang diberikan guru pada muridnya. Semua itu karena navisa jarang menyentuh bukunya, ia bahkan hanya menyentuhnya ketika di sekolah. Kesibukan membantu mamanya adalah kendala saat ini. Lelah memang. Namun, navisa tak berdaya.

"Ma, nav capek. Nav juga belum mengerjakan tugas bu guru. Nav bantu mama nanti lagi ya? " nav mengungkapkan isi hatinya. Dengan wajah memelas berharap mamanya setuju.

"Nav, kamu segitu aja sudah mengeluh. Mama lebih capek dari kamu. Mama cari uang juga buat siapa? Buat kamu juga kan? Lagian kalau mau belajar nanti malam kan bisa, masih banyak waktu, ngak usah jadi alasan." mamanya pergi setelah mengatakan itu.

Ingatan itu muncul lagi.

Navisa hanya bisa terdiam pasrah dengan keadaan.

~~~~~~~~~~

Pagi ini navisa merasa lapar sekali dan akhirnya mengambil kue dagangannya. Navisa makan dengan tenang sebelum fauzan datang.

"Masih pagi mbul___. pagi pagi kok sudah nggiling aja kayak selepan tepung tetanggaku. Makanya badan gembrot kayak gajah kebun binatang. "
Satu kelas tertawa semua mendengar ejekan fauzan pada navisa.

"Awas ya kamu, ngejek aku kayak gitu. Nanti kalau bodyku sudah langsing singset kayak gitar Spanyol. Awas aja kalau kamu sampai kepincut cinta sama aku tak tolak kamu mentah-mentah." jawab navisa dengan penuh percaya diri.

"Cuih, siapa yang bakalan suka sama kamu. Nanti waktu jalan kayak angka sepuluh." ujar fauzan dengan ketawa begitu keras.

"Hei kalian ya, bertengkar terus. Jodoh loh nanti. " kata salah satu siswa di kelas.

"Ya ampun, aku sama dia jodoh. Gak mungkin. Nanti kalau malam pertama penyet aku." jawab fauzan dengan tawa menggelegar.

"Ih, jijik omongannya pakek malam pertama segala." ujar Vania.

"Eh, kamu kira aku mau gitu sama kamu. Sombong banget. Nanti kamu dapet istri gendut baru tahu rasa. " kata navisa dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Halah mbul, ngomong aja kamu suka kan sama aku. Sok ngomong gak mau sama aku. Aku yang gak mau sama kamu. "

"Heh fauzan yang ganteng kata orang tuanya doang. Amit amit aku suka sama kamu. "

"Tuh buktinya ngakuin kalau aku ganteng. "

"Hei siapa ya yang bilang, aku bilangnya kan kata orang tua mu. "

"Halah pakek ngeles segala. "

Drama mereka terjadi setiap hari. Bertengkar adalah suatu kewajiban yang harus dijalankan bagi mereka. Bagi teman sekelas mereka , hal itu adalah suatu hiburan. Tapi, terkadang teman-teman merasa risih karena selalu bertengkar di setiap waktu.

Teman-teman kelas hanya mampu melihat tanpa ingin ikut campur. Kadang ada beberapa siswa yang memisahkan karena sudah terlalu risih.

"Kamu yang paling tahu dirimu. Orang lain hanya rasa dalam perjalanan hidupmu. Jangan meletakkan mereka terlalu mendalam. Nanti rasa itu akan semakin dalam."

~~~~~~~~~~

谢谢😍

Matahari Tuk Terbit LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang